MMD (Meditasi Mengenal Diri)

Started by hudoyo, 18 April 2008, 05:58:17 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

#1545
Quote from: morpheus on 19 January 2009, 06:01:12 PM
wah, anda ketinggalan kereta, bang kain...

jmb 8 itu disebut2 rekan2 di sini karena udah diresmiken oleh lembaga buddhis dunia...
stempel dan tanda tangan udah diteken...
jadi dhamma Sang Buddha udah disegel dan disahken oleh sebuah lembaga buddhis dunia...
ups, tunggu bentar... dhamma? disahkan?  :-? :-? :-?


Ya, saya ingat kok dulu dibilang karena menurut "mainstream" di seluruh dunia, kesepakatan internasional yang berlaku adalah demikian. Cukup aneh sebetulnya. Seharusnya sutta-sutta yang "membingungkan" seperti Gotami Sutta (Anguttara Nikaya, Atthaka, 53) yang menjelaskan ajaran yang sesuai, seharusnya dibuang saja. Itu 'kan bertentangan dengan kesepakatan internasional. ;D


morpheus

Quote from: ryu on 19 January 2009, 06:04:49 PM
lho jadi anda disini ngapain? membela MMD atau mau memberitahu meditasi yang lain atau apa?
lho, lupa yah? tadinya kan saya bilang lupakan mmd, prinsip tanpa usaha itu prinsip umum meditasi, bisa ditemukan di meditasi buddhis apa aja, diajarkan oleh banyak guru2 meditasi buddhis, bisa bereksperimen dalam meditasi apapun. trus anda jawab males...

trus bang nyana juga bilang coba dulu nyebur.. saya yakin maksud bang nyana, nyebur di meditasi apapun, bukan hanya mmd...

jangan negatif thinking dong bang... saya gak jualan mmd...
atau kecepetan baca?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: morpheus on 19 January 2009, 06:21:11 PM
Quote from: ryu on 19 January 2009, 06:04:49 PM
lho jadi anda disini ngapain? membela MMD atau mau memberitahu meditasi yang lain atau apa?
lho, lupa yah? tadinya kan saya bilang lupakan mmd, prinsip tanpa usaha itu prinsip umum meditasi, bisa ditemukan di meditasi buddhis apa aja, diajarkan oleh banyak guru2 meditasi buddhis, bisa bereksperimen dalam meditasi apapun. trus anda jawab males...

trus bang nyana juga bilang coba dulu nyebur.. saya yakin maksud bang nyana, nyebur di meditasi apapun, bukan hanya mmd...

jangan negatif thinking dong bang... saya gak jualan mmd...
atau kecepetan baca?
ape baca gak di past aye yang dulu, oya yakin kalau meditasi tanpa usaha diajarkan semua guru dan paling bener?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: bond on 19 January 2009, 05:56:13 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)


Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Jerry

Bisa jd zaman itu oleh Sang Buddha, dirujuk dgn Dhamma. Dan kemudian hari setelah Dhamma Buddha ditulis dan dikeranjangkan, baru disebut Sutta. Dari situ tentu diblg Sutta, dan ga pake Dhamma lagi.
Yah.. Asumsi positip aja lah.. sejauh kita tdk mengetahui kebenaran. Kalo bilang dah dikarang, otomatis, akan ada pertanyaan yg timbul thdp pegangan kita sendiri.
Dan akhirnya, ngga penting otentik atau ngga sejauh itu memang memuat kebenaran. Saya rasa gitu..  :)

Makanya Bertrand Russell bilang salah satu kekurangan Buddhism itu yaitu bersifat subjektif banget. Karena terlalu bergantung pd individu yang bersangkutan. Akhirnya, kalo tanpa mengosongkan cangkir masing2 dan kebijaksanaan serta upaya utk memahami maksud lawan bicara, yang ada cm perselisihan antar individu mengenai kebenaran yg dialami masing2.
Meski terkadang hal yg dikatakan itu sama.

_/\_
appamadena sampadetha

tesla

Quote from: xuvie on 19 January 2009, 08:17:22 PM
Bisa jd zaman itu oleh Sang Buddha, dirujuk dgn Dhamma. Dan kemudian hari setelah Dhamma Buddha ditulis dan dikeranjangkan, baru disebut Sutta. Dari situ tentu diblg Sutta, dan ga pake Dhamma lagi.
betul sekali, Buddha menyebut ajarannya adalah Dhamma dan Vinaya... dalam Tipitaka pasangan kata ini (Dhamma-Vinaya) jg dipakai...
kalau tujuannya seperti yg sdr. xuvie sebutkan harusnya semua diganti jadi Sutta & Vinaya donk...

Quote
Yah.. Asumsi positip aja lah.. sejauh kita tdk mengetahui kebenaran. Kalo bilang dah dikarang, otomatis, akan ada pertanyaan yg timbul thdp pegangan kita sendiri.
sifat dhamma itu mengundang utk dibuktikan, bukan dilekati ;)
Tipitaka memang adalah pegangan umat Buddhist, namun pertanyaan yg timbul mengenai keotentikannya tidak perlu didiamkan. justru dalam sutta sendiri Buddha menganjurkan sikap kritis kepada suku Kalama, yg sering kita sebut sbg ehipassiko.

Quote
Dan akhirnya, ngga penting otentik atau ngga sejauh itu memang memuat kebenaran. Saya rasa gitu..  :)
setuju,

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

Quote from: tesla on 19 January 2009, 08:08:20 PM
Quote from: bond on 19 January 2009, 05:56:13 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)



mungkin maksudnya itu kitab taurat yang diturunkan Musa kali =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Quote from: ryu on 19 January 2009, 06:46:09 PM
ape baca gak di past aye yang dulu, oya yakin kalau meditasi tanpa usaha diajarkan semua guru dan paling bener?
semua guru? paling bener? saya tadi nulis gitu?
kayaknya diskusi dengan anda sampai di sini aja bang... selamet bersenang2
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

chingik

Setelah belajar dhamma dari Sang Buddha langsung , Devadatta malah makin parah. Nah lho.. ^-^
Tanya kenapa..

ryu

Quote from: tesla on 19 January 2009, 08:08:20 PM
Quote from: bond on 19 January 2009, 05:56:13 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)



SN 20.7
Ani Sutta
The Peg
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1

"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn20/sn20.007.than.html
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: morpheus on 19 January 2009, 08:55:35 PM
Quote from: ryu on 19 January 2009, 06:46:09 PM
ape baca gak di past aye yang dulu, oya yakin kalau meditasi tanpa usaha diajarkan semua guru dan paling bener?
semua guru? paling bener? saya tadi nulis gitu?
kayaknya diskusi dengan anda sampai di sini aja bang... selamet bersenang2

Quote from: morpheus on 17 January 2009, 08:01:15 AM
Quote from: ryu on 17 January 2009, 07:29:28 AM
Oh iya, perbedaan MMD dengan meditasi yang lain mungkin :
MMD = meditasi tanpa usaha
Meditasi lain = Meditasi dengan usaha
sepertinya pak hudoyo perlu bikin faq :)
dijelaskan berkali2, tetep aja disalah artikan.
tanpa usaha itu salah satu prinsip meditasi yg diakui oleh semua meditator yg saya kenal, tidak terkecuali meditator samatha...
daripada mendebat kata2nya, mending dicoba bermeditasi aja lah. lupakan mmd, coba bermeditasi apa aja.



ok mungkin aye yang salah mengerti, di atas ditulis diakui oleh semua meditator yg saya kenal ;D

ok deh selamat bersenang2 juga deh ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: chingik on 19 January 2009, 10:30:24 PM
Setelah belajar dhamma dari Sang Buddha langsung , Devadatta malah makin parah. Nah lho.. ^-^
Tanya kenapa..
Apa pernah baca Bahiya sutta gak ? =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: ryu on 19 January 2009, 10:37:10 PM
Quote from: tesla on 19 January 2009, 08:08:20 PM
Quote from: bond on 19 January 2009, 05:56:13 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)



SN 20.7
Ani Sutta
The Peg
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1

"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn20/sn20.007.than.html

Anumodana bro ryu,
di sutta tsb cuma dipakai kata "discourse" (kotbah/ajaran/uraian Sang Buddha),
tidak keluar kata "sutta" sekalipun... yg ingin saya konfirmasi adalah:

Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim,
dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya
– jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Hendra Susanto

kkekekekkkekekekek... keblingerrr... :)) udahhh ahhh... balik gunung lagi... daahhh...

Sumedho

sutta = discource = kotbah kan?

sutta pitaka adalah keranjang yg berisi kotbah2x.

There is no place like 127.0.0.1