EMPAT MACAM KEWIBAWAAN
Pada suatu hari Sang Bhagava menasehati para
bhikkhu : "Para bhikkhu, sekarang kami akan
menjelaskan tentang empat macam kewibawaan
(mahapadesa), dengarkan dan perhatikan dengan
seksama." "Baiklah, bhante," jawab para bhikkhu.
Seorang bhikkhu mungkin berkata : "Di depan dan
dari mulut Sang Bhagava sendiri saya mendengar dan
menerima pernyataan : "Ini dhamma, ini vinaya, ini
ajaran Guru."
Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
atau pun celaan. Tanpa pujian dan celaan semua kata
dan ungkapan itu haruslah dimengerti dengan baik dan
dibandingkan dengan Sutta dan Vinaya. Bila setelah
dibandingkan, kata-kata dan ungkapan itu tidak sesuai
dengan Sutta dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat
menyimpulkan bahwa sesungguhnya itu bukan ucapan Sang
Bhagava dan telah disalahmengerti oleh bhikkhu itu.
Kamu sekalian harus menolak pernyataan itu. Tetapi,
jikalau kata-kata dan ungkapan itu sesuai dengan Sutta
dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat menyimpulkan
bahwa sesungguhnya itu ucapan Sang Bhagava dan telah
dimengerti dengan baik oleh bhikkhu itu. Ini harus
diterima sebagai Mahapadesa pertama.
Seorang bhikkhu mungkin berkata : "Di tempat
tertentu ada Sangha dengan para thera dan pemimpinnya.
Di depan Sangha itu saya mendengar dan menerima
pernyataan : "Ini dhamma, ini vinaya, ini ajaran
Guru." Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
atau pun celaan .... Ini harus diterima sebagi
Mahapadesa kedua.
Seorang bhikkhu mungkin berkata: "Di tempat
tertentu ada banyak bhikkhu thera dalam Sangha yang
telah banyak belajar, berkeyakinan sama dengan para
pendahulu, banyak mengetahui dhamma, vinaya dan
menguasai matika (ikhtisar). Di depan para bhikkhu
thera itu saya mendengar dan menerima pernyataan :
"Ini dhamma, ini vinaya dan ini ajaran Guru." Para
bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh bhikkhu itu
seharusnya tidak diterima dengan pujian atau pun
celaan .... Ini harus diterima sebagai Mahapadesa
ketiga.
Seorang bhikkhu mungkin berkata: "Di tempat
tertentu ada seorang bhikkhu yang telah banyak
belajar, berkeyakinan sama dengan para pendahulu,
banyak mengetahui dhamma, vinaya dan menguasai matika
(iktisar). Di depan bhikkhu tersebut saya mendengar
dan menerima pernyataan: "Ini dhamma, ini vinaya dan
ini ajaran Guru."
Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
maupun celaan. Tanpa pujian dan celaan semua kata dan
ungkapan itu haruslah dimengerti dengan baik dan
dibandingkan dengan Sutta dan Vinaya. Bila setelah
dibandingkan, kata-kata dan ungkapan itu tidak sesuai
dengan Sutta dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat
menyimpulkan bahwa sesungguhnya itu bukan ucapan Sang
Bhagava dan telah disalahmengerti oleh bhikkhu itu.
Kamu sekalian harus menolak pernyataan itu. Tetapi,
jikalau kata-kata dan ungkapan itu sesuai dengan Sutta
dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat menyimpulkan
bahwa sesungguhnya itu ucapan Sang Bhagava dan telah
dimengerti dengan baik oleh bhikkhu itu. Ini harus
diterima sebagai Mahapadesa keempat."
<note: scara pribadi saya lebih suka mengartikan pujian-celaan dalam menanggapi sebagai penerimaan-penolakan>