Nah loh, anda sekarang mengatakan bahwa tidak terdapat satu entitas tunggal yang berdiri sendiri, segalanya adalah perpaduan (kecuali Nibbana). Ini berarti ada perbedaan antara Nibbana dengan skhandha yang merupakan perpaduan unsur, dengan kata lain Nibbana tidak sama dengan samsara, atau Sunyata bukanlah samsara. Jadi pernyataan Sunyata adalah samsara atau Nirvana adalah samsara adalah salah.
Saya mengindikasikan anda telah salah memahami apa yang sedang dibicarakan. Cobalah anda melihat duduk persoalannya. Saya juga mengindikasikan kemungkinan bahwa anda tidak tahu bahwa Nibbana itu adalah (=) Sunya. Jika tahu maka anda tentu tidak sependapat dengan anggapan Nibbana adalah samsara atau Sunya=Isi / Kosong=isi atau turunannya, karena seperti yang anda sampaikan bahwa kecuali Nibbana, segalanya adalah perpaduan, ini berarti samsara pun adalah perpaduan. Oleh karena ada pengecualian maka Nibbana/Nirvana/Sunya/Kosong tidak sama dengan skhandha.
Ketika seseorang melekat pada gelas setengah berisi, maka diajarkan bahwa gelas itu setengah kosong
Dan pada orang yg melekat pada gelas setengah kosong, maka diajarkan bahwa gelas itu sentengah berisi.
Masalahnya setelah diajarkan, seseorang tetap melekat pada ajaran dan mengatakan bahwa sesuatu yang tidak ada itu eksis
Karena pada dasarnya ultimate truth bukanlah berdasarkan pada metapisik(supranatural) tetapi berdasarkan pada conventional. Ultimate muncul bergntung pada conventional.
Ultimate diajarkan karena manusia cenderung "mengkonkretkan" segala sesuatu, karena itu diajarkan sunya.
Maka dikatakan sunya itu sendiri adalah sunya, keberadaanya tida inheren dan bergantung pada conventional. Jika tidak ada conventional maka tidak ada yang namanya sunya.
Dan celakanya sekarang manusia melekat pada sunya, tidak melihat bahwa dharma adalah rakit/alat yang digunakan untuk membantu kita melihat sesuatu sesuai apa adanya bukan untuk mengkonkretkan sunya