Jadi kalau tidak menyadari kekosongan fenomena ini, nasib ditentukan siapa?
kalau om kainyn nanya kek gitu bisa2 kek humor ini :
PENGALAMAN MEMBELI DOMBA
Seorang ibu mendatangi laki-laki penjual domba di pinggir jalan. Dia mau membeli domba untuk Hari Raya Kurban. Di samping laki-laki itu ada dua ekor domba, berwarna hitam dan putih.
“Berapa harga domba ini, Pak?” tanya ibu itu sambil menunjuk ke arah domba.
“Yang mana, Bu? Yang hitam, apa yang putih?”
“Yang hitam!” tanya si ibu.
“Yang hitam harganya sejuta dua ratus ribu.”
“Kalau yang putih?”
“Yang putih juga sama, sejuta dua ratus ribu.”
“Oohh. Boleh ditawar tidak?” tanya si ibu kembali.
“Yang mana? Yang hitam, atau yang putih?” tanya balik laki-laki itu.
“Yang hitam lah….”
“Yang hitam tidak boleh ditawar, sudah harga pas.”
“Kalau yang putih?”
“Eemm, kalau yang putih, sama juga. Sudah harga pas, tidak boleh ditawar.”
“Halah, sama saja kalau begitu,” kata ibu itu mulai kesal.
“Ini domba Garut semua, Pak?” tanya si ibu lagi.
“Yang mana Bu? Yang hitam atau putih?”
“Yang putih!”
“Kalau yang putih memang domba Garut,” jawab laki-laki itu.
“Kalau yang hitam?”
“Eeemm…sama, domba Garut juga.”
“Haah, sama juga. Gimana nih Bapak?” tanya si ibu mulai marah.
“Gimana apanya, Bu?” tanya laki-laki itu seperti tak bersalah.
“Kalau semuanya sama, kenapa mesti dibeda-bedain, ada domba hitam, domba putih? Dasar tukang domba aneh!”
“Masalahnya Bu, kalau domba putih milik saya sendiri.”
“Oh gitu. Kalau domba hitam?”
“Eehmm…samma, milik saya juga.”
“Aaah, dasar kamu tukang domba aneh!” serang si ibu dengan suara keras.
“Maaf, maaf…tukang domba yang aslinya lagi ngopi di warung.”
“Lalu kamu sendiri apa?”
“Hheemm…tukang domba juga….”
Sesaat suasana hening, lalu…
Bruaak… Prang… Krontang… Brugg… Cluuit… Swer… Prash… Dum… Dum… Dum… Baam…
Terdengar suara-suara aneh yang menandakan telah terjadi “perang dunia” dalam skala lokal…