Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama

Started by SUGI THEN, 22 June 2012, 03:31:52 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

FZ

Quote from: sanjiva on 16 July 2012, 09:34:18 AM
Kalo begitu kita2 ini masih level anak2 ya bro  :D

Waduh, baru ngomong soal pramugari di pesawat sudah ada yg lempar 2 bata ke gw  ::)
healing ... ;D

sanjiva

«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Mas Tidar


Ooops, ini di pesawat laut ya, bukan pesawat udara  :hammer:    ;D

Quote from: sanjiva on 16 July 2012, 06:48:43 AM
Kalo kita naik pesawat, sebelum take off biasanya pramugarinya akan memperagakan prosedur penyelamatan dan keadaan darurat.

Trus ada instruksi seperti ini :
"Jika tekanan udara dalam cabin menurun, masker oksigen akan otomatis keluar. Bagi yang membawa anak kecil, harap memakai masker untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong memakaikan untuk anak anda"   ::)  :-?

Ooops, ini di kapal laut ya, bukan kapal udara  :hammer:    ^-^
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Mas Tidar

#33
sepertinya ndak cman cuplikan Samanera Tissa saja yang perlu direvisi tapi seluruh Tipitaka
karena mahkluk sekaliber Sang Buddha hanya ada 1 mahkluk saja yang mampu pergi ke hutan dan "mendapatkan" pencerahan, menurut reply #23.

Quote from: Forte on 16 July 2012, 09:46:17 AM
Berarti orang yang hanya sekaliber Buddha kah yang bisa mencapai penerangan dengan meditasi di hutan ?

wah berarti artikel ini perlu direvisi kah ?

Selesai menyampaikan khotbah, Sang Buddha pulang kembali ke Vihara Jetavana. Sore harinya, para bhikkhu memuji Samanera Tissa dihadapan Sang Buddha, "Bhante, Samanera Tissa telah melakukan sesuatu yang tidak mudah, meskipun ia telah memperoleh pemberian dan dana dari orang-orang Savatthi, tetapi meninggalkannya dan pergi hidup sederhana di dalam hutan."
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

djoe

#34
Sanggupkah kita seperti Buddha yang welas asih mengorbankan dirinya, melepaskan segalanya, memberikan dirinya untuk mencari jalan demi penderitaan umat manusia???

Pengetahuan dhamma hanya dipergunakan untuk menguatkan akar diri.


:(

Jangan hanya meniru penampilan dari luar, tetapi tirulah juga dari dalamnya.
Jika tidak, maka jadinya hanya seperti burung beo yang berlagak manusia.
Burung Beo tidak akan pernah menjadi manusia

ryu

Quote from: djoe on 16 July 2012, 12:38:35 PM
Sanggupkah kita seperti Buddha yang welas asih mengorbankan dirinya, melepaskan segalanya, memberikan dirinya untuk mencari jalan demi penderitaan umat manusia???

Pengetahuan dhamma hanya dipergunakan untuk menguatkan akar diri.


:(

Jangan hanya meniru penampilan dari luar, tetapi tirulah juga dari dalamnya.
Jika tidak, maka jadinya hanya seperti burung beo yang berlagak manusia.
Burung Beo tidak akan pernah menjadi manusia
oh berarti anda itu burung beo yang sudah menjadi manusia atau sama juga burung beo?
kalau menurut anda burung beo tidak akan pernah menjadi manusia, jadi anda tetap burung beo dong?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

FZ

Quote from: djoe on 16 July 2012, 12:38:35 PM
Sanggupkah kita seperti Buddha yang welas asih mengorbankan dirinya, melepaskan segalanya, memberikan dirinya untuk mencari jalan demi penderitaan umat manusia???

Pengetahuan dhamma hanya dipergunakan untuk menguatkan akar diri.


:(

Jangan hanya meniru penampilan dari luar, tetapi tirulah juga dari dalamnya.
Jika tidak, maka jadinya hanya seperti burung beo yang berlagak manusia.
Burung Beo tidak akan pernah menjadi manusia
jika ingin berdiskusi.. berdiskusilah dengan ilmiah bro..
Anda mengatakan : "pergi ke hutan dan meditasi itu adalah hal sia2 dan tidak bisa mendapatkan pencerahan"
lalu ketika statement anda diuji.. anda malah bermellow ria..
bagaimana bisa berdiskusi jika model pribadi anda seperti ini..

ilustrasi seperti ini :
djoe  :  1+1= 3
guru : ha ? 1+1 bukannya 2 ?
djoe : guru, anda jangan hanya meniru ucapan orang lain.. bagaimana pun juga anda bukan penemu 1+1 = 2, anda hanya seperti burung beo berlagak manusia..

walau si guru dikatai sebagai burung beo, burung nuri, burung kakaktua, burung parkit segala macam.. tapi jawaban 1+1 = 3 itu tetap saja salah, kebenaran yang sesungguhnya tetap 1+1 = 2

Mas Tidar


kami tidak akan memaksakan opini yang ada Tipitaka kepada Anda jika Anda memiliki pandangan sperti dibawah ini

QuoteKecuali anda sekaliber Buddha, pergi ke hutan dan meditasi tidak akan membawa kemana mana.

dan

QuoteDan perlu diingat, Buddha pergi ke hutan dan meditasi demi penderitaan manusia. Ia memberikan dirinya demi penderitaan orang lain. Ia mencari jalan demi penderitaan orang lain.


tapi yang perlu Anda tela'ah lebih lanjut, cobalah untuk belajar dengan bukti yang ada dalam hal ini yang ada di dalam sutta/sutra.
Minimal Anda membaca kembali posting dari si TS, posting paling atas.





Quote from: djoe on 16 July 2012, 12:38:35 PM
Sanggupkah kita seperti Buddha yang welas asih mengorbankan dirinya, melepaskan segalanya, memberikan dirinya untuk mencari jalan demi penderitaan umat manusia???

Pengetahuan dhamma hanya dipergunakan untuk menguatkan akar diri.


:(

Jangan hanya meniru penampilan dari luar, tetapi tirulah juga dari dalamnya.
Jika tidak, maka jadinya hanya seperti burung beo yang berlagak manusia.
Burung Beo tidak akan pernah menjadi manusia
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

senbudha

Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri dalam kesunyian tidak akan mampu menolong lain dengan baik. Setahu saya,dari kisah hidup para bhiksu mahayanist yang berhasil dalam berlatih diri,semuanya memulainya dari hidup menyendiri dulu yang cukup lama baru keluar,itu pun kalau dimohon mengajar. Contoh Bhiksu YIn Kuang,Bhiksu Kuang Chin,Bhiksu Xin Yun,Bhiksu Tao an,para bhiksu tibetan dan juga para Bhikhu Dhutangga di hutan. Maafkan saya,saya belum membaca kisah hidup dan melihat satu bhiksu,bhikkhu,lama tibetan yang belum pernah hidup dalam penyepian yang berhasil dalam "jalan" tapi anehnya dikenal orang ramai. Setelah meninggalnya,tidak ada relicnya sebagai bukti pencapaian.Bahkan bhante Ashin Jinarakita pun pernah mengalami hidup dalam pertapaan di burma. Tolong kasih tahu kalau ada seorang bhiksu,bhikhu,sidha atau apapun dia dalam lingkup buddhism yang berhasil mencapai jalan tanpa melewati hidup dalam kesunyian? Namaste

sanjiva

Quote from: senbudha on 17 July 2012, 12:29:13 PM
Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri dalam kesunyian tidak akan mampu menolong lain dengan baik. Setahu saya,dari kisah hidup para bhiksu mahayanist yang berhasil dalam berlatih diri,semuanya memulainya dari hidup menyendiri dulu yang cukup lama baru keluar,itu pun kalau dimohon mengajar. Contoh Bhiksu YIn Kuang,Bhiksu Kuang Chin,Bhiksu Xin Yun,Bhiksu Tao an,para bhiksu tibetan dan juga para Bhikhu Dhutangga di hutan. Maafkan saya,saya belum membaca kisah hidup dan melihat satu bhiksu,bhikkhu,lama tibetan yang belum pernah hidup dalam penyepian yang berhasil dalam "jalan" tapi anehnya dikenal orang ramai. Setelah meninggalnya,tidak ada relicnya sebagai bukti pencapaian.Bahkan bhante Ashin Jinarakita pun pernah mengalami hidup dalam pertapaan di burma. Tolong kasih tahu kalau ada seorang bhiksu,bhikhu,sidha atau apapun dia dalam lingkup buddhism yang berhasil mencapai jalan tanpa melewati hidup dalam kesunyian? Namaste
Bravo, pandangan anda kritis dan analitis   ^:)^
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

will_i_am

Quote from: senbudha on 17 July 2012, 12:29:13 PM
Tolong kasih tahu kalau ada seorang bhiksu,bhikhu,sidha atau apapun dia dalam lingkup buddhism yang berhasil mencapai jalan tanpa melewati hidup dalam kesunyian? Namaste
LSY
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

williamhalim

Ada para Guru mengajarkan murid2nya secara langsung dan jelas dan ada yg memakai perumpamaan...

Kalo saya pribadi, lebih cocok dengan yg jelas2 aja dan langsung... soalnya dengan jelas dan langsung aja, masih sulit, apalagi jika pake perumpamaan... contohnya Gambar perahu tsb, maksudnya mungkin menjelaskan ke pantai sebrang dibantu oleh Boddhisatva dan para Bhikkhu (atau seperti yg dijelaskan oleh TS), tapi nggak mungkin toh TS atau yg membuat gambar tsb menjelaskan kesemua yg melihat gambar ini cerita perumpamaan tsb? Jika tidak dijelaskan orang cenderung berpikir para Boddhisatva dan Bhikkhu akan mendayungkan perahu kita keseberang, kita cuma perlu berdiri saja, nggak usah mengayuh...

Jadi, opini saya: saya masih tetap berpikiran bahwa Ajaran pencerahan seyogyanya harus disampaikan sejelas2nya, dan seterang2nya ... sedapat mungkin...

Udah sulit, jangan dipersulit

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

sanjiva

«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

will_i_am

hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_