Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?

Started by inJulia, 24 November 2011, 10:58:39 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sobat-dharma

Tampaknya, judul thread ini lama kelamaan bisa berubah dari:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"
menjadi:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"

;D ;D ;D
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

morpheus

ternyata rekan dari reinkarnasi sebelumnya :)

Quote from: inJulia on 30 November 2011, 01:37:14 PM
Sesungguhnya trit saya adalah masalah umat Buddha, kita bersama. Jangan dilihat SIAPA (yayasan, saya, Sangha mana) nya, tapi mari kita lihat dan diskusikan PERMASALAHAN-nya. Sekarang kami yg alami, mungkin besok ANDA yg mengalaminya....

Bila ini terjadi pada diri kita sendiri, apa yg mesti, patut, pantas kita lakukan sehingga masih dalam batas yg wajar, sesuai Dhamma?
agar tidak kebablasan, begitu. Kebetulan saat ini saya alami, karena tak ada respon tahu2 ada "upper cut", maka saya berharap sekaligus bisa mendapat masukan di sini. Saya memang mohon masukan, apa yg sebaiknya saya lakukan selanjutnya? Diam saja, atau bagaimana? demikian bro.


Menurut saya, karena ini masalah riel, mestinya justru menjadi lebih menarik untuk dibahas bersama-sama. Dibandingkan topik yg TIDAK RIEL. Sekali lagi yg penting adalah TOPIKnya, bukan SIAPAnya. Itu sebabnya saya samarkan.
imo, permasalahan ini mungkin erat hubungannya dengan misi dan visi sangha di indonesia.
bagaimanakah seharusnya misi dan visi organisasi sangha? bagaimana sangha seharusnya seperti yg didirikan oleh Sang Buddha?

kalo misalnya misi dan visinya adalah "memperbesar aset, wilayah kekuasaan serta jumlah umat". ya berarti misi dan visinya kurang tepat. kalo misi dan visinya udah benar seperti "bekerjasama dalam arti seluas-luasnya dengan semua golongan agama buddha lainnya di indonesia atas dasar saling menghormati demi keagungan buddha dhamma di indonesia", ya mungkin ada yang gak beres dengan operasional dan pelaksanaannya, yg mungkin tidak transparan, tidak memiliki mekanisme kontrol, etc.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

will_i_am

Quote from: inJulia on 30 November 2011, 01:37:14 PM
Maaf kalau membingungkan, bro Dilbert, tapi ini memang kasus nyata.

Tulisan yg berwarna (hijau dan biru) memang isi surat kami.  :)
Sedang yg hitam, barulah tambahan saya pribadi. Semoga lebih jelas.

***
Sesungguhnya trit saya adalah masalah umat Buddha, kita bersama. Jangan dilihat SIAPA (yayasan, saya, Sangha mana) nya, tapi mari kita lihat dan diskusikan PERMASALAHAN-nya. Sekarang kami yg alami, mungkin besok ANDA yg mengalaminya....

Bila ini terjadi pada diri kita sendiri, apa yg mesti, patut, pantas kita lakukan sehingga masih dalam batas yg wajar, sesuai Dhamma?
agar tidak kebablasan, begitu. Kebetulan saat ini saya alami, karena tak ada respon tahu2 ada "upper cut", maka saya berharap sekaligus bisa mendapat masukan di sini. Saya memang mohon masukan, apa yg sebaiknya saya lakukan selanjutnya? Diam saja, atau bagaimana? demikian bro.


Menurut saya, karena ini masalah riel, mestinya justru menjadi lebih menarik untuk dibahas bersama-sama. Dibandingkan topik yg TIDAK RIEL. Sekali lagi yg penting adalah TOPIKnya, bukan SIAPAnya. Itu sebabnya saya samarkan.

Semoga menjadi lebih jelas, bro.

_/\_



yah setidaknya buat nama depannya donk...
misalnya yayasan YYY, atau bhikkhu X...
kalau cuma ditulis YYY aja, orang ga bakalan ngerti donk, itu apaan?? makanan?? nama orang?? atau nama organisasi??
saya aja engga ngerti ini tulisan apa dari awal sampai akhir...
apalagi saya tidak tahu menahu tentang konflik yang terjadi dalam sangha, dlsb...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

inJulia

Quote from: sobat-dharma on 30 November 2011, 02:06:28 PM
Tampaknya, judul thread ini lama kelamaan bisa berubah dari:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"
menjadi:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"

;D ;D ;D
Jangan, dong bro.  :)

inJulia

Quote from: morpheus on 30 November 2011, 02:09:29 PM
ternyata rekan dari reinkarnasi sebelumnya :)
imo, permasalahan ini mungkin erat hubungannya dengan misi dan visi sangha di indonesia.
bagaimanakah seharusnya misi dan visi organisasi sangha? bagaimana sangha seharusnya seperti yg didirikan oleh Sang Buddha?

kalo misalnya misi dan visinya adalah "memperbesar aset, wilayah kekuasaan serta jumlah umat". ya berarti misi dan visinya kurang tepat. kalo misi dan visinya udah benar seperti "bekerjasama dalam arti seluas-luasnya dengan semua golongan agama buddha lainnya di indonesia atas dasar saling menghormati demi keagungan buddha dhamma di indonesia", ya mungkin ada yang gak beres dengan operasional dan pelaksanaannya, yg mungkin tidak transparan, tidak memiliki mekanisme kontrol, etc.
:)

Soal visi misi Sangha, saya buta, bro. :-)

Selama ini asumsi saya, yah pembinaan Dhamma, dan sebagai referensi sikap dan tindakan mana yang selaras dan tidak dg Dhamma.
Menjaga dan meningkatkan Saddha Umat. Tapi yg kami alami, kok malah asset tanah dan bangunan vihara yg lebih diutamakan. :(

Teman senior saya mengingatkan, aturan pemerintah bisa berubah. Misalnya tentang kepemilikan luas tanah. Bila ada perubahan ttg pembatasan kepemilikan tanah, bagaimana akibatnya nanti? Apa tidak kacau? Bom waktu.

Saya, kami cuma merasa aneh saja dg masalah yg kami hadapi. Apa yg kami terima memang sesuai visi misi Sangha, itulah yg saya ingin tahu. kalau memang sudah sesuai, yah tentu kami bisa menerima dg lega.

Thanks bro.
_/\_

inJulia

Quote from: will_i_am on 30 November 2011, 02:13:03 PM
yah setidaknya buat nama depannya donk...
misalnya yayasan YYY, atau bhikkhu X...
kalau cuma ditulis YYY aja, orang ga bakalan ngerti donk, itu apaan?? makanan?? nama orang?? atau nama organisasi??
saya aja engga ngerti ini tulisan apa dari awal sampai akhir...
apalagi saya tidak tahu menahu tentang konflik yang terjadi dalam sangha, dlsb...
Maaf, bro Will,

Sebetulnya sudah saya tulis di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21589.0

Sederhana, bro
Ini banyak sub topiknya, jadi bisa dibahas per posting.

dan tetap ingat pada SEMANGAT Kalama Sutta:
Mana informasi yang valid dan mana invalid, disinformasi, tentu teman-teman JANGAN ASAL GLECK, PERCAYA atas apapun yg saya tulis.

Atau kalau ada yg kurang jelas, meragukan, silahkan dikonfirmasi.

Thanks
_/\_


johan3000

Quote from: sobat-dharma on 30 November 2011, 02:06:28 PM
Tampaknya, judul thread ini lama kelamaan bisa berubah dari:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"
menjadi:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"

;D ;D ;D

judulnya :

Penyumbang Utama kup/nego dgn petinggi utk menggeser semua pengurus wihara lama.

apakah begitu ?  :))
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

inJulia

Quote from: johan3000 on 30 November 2011, 05:06:07 PM
judulnya :

Penyumbang Utama kup/nego dgn petinggi utk menggeser semua pengurus wihara lama.

apakah begitu ?  :))
Tepat!!!
Awalnya saya diajak mendepak pengurus lain. saya tdk bersedia. Ini habis manis sepah dibuang.

Mengajak yg belum kenal vhr sj sulit, skrg kok sok main depak yg sdh ada?
APA TUJUAN MEMBANGUN VIHARA?????????

Krn sy menolak, mk sayapun coba didepak, dg mengajak anggota lain. tp anggota itupun tdk mau.
8: 1. mk, ia kalah suara.
Tp jenius. ia mendanakan tanah yg masih atas namanya ke Sangha.
Ia sengaja membenturkan kami ke Sangha.

Krn Sangha BERSEDIA mendukung, alias masuk dalam taktiknya.  ini membuat kaget, Tidak wajar menurut kami.
nah, menurut bro Johan, APA YG PANTAS kami lakukan?


_/\_

inJulia

Quote from: dato' tono on 25 November 2011, 07:39:28 PM
setahu dato' vihara dalam naungan sangha tertentu (semoga benar tebakan dato' sangha yg dimaksud) disarankan (bole trima ato tolak) untuk menyerahkan vihara (kepemilikannya) kepada yayasan vihara bukan kepada sangha, tidak/jangan kepada oknum bhikkhu X, tidak/jangan kepada nama salah satu orang pendiri/pengurus

dato' malah baru denger jika ada saran untuk menyerahkan vihara (kepemilikannya) kepada sangha...
Maaf, kemarin buru2, jd respon sy krg detiil.

Surat saran dr Sangha TIDAK ADA menyatakan agar diserahkan ke Sangha. Tp MENYARANKAN Badan Pembina yys yg baru adalah 4 bhikkhu.

ini butuh pemahaman hukum ttg yys. Bhw dg menyetujui SARAN tsb. sama saja SECARA HUKUM kami menyerahkan seluruh wewenang dan asset yys kami ke nama yg duduk di Badan Pembina. Ini sama saja artinya bhw yys kami diminta. Tanpa ada kata meminta atau pengalihan hak dan wewenang.

Krn secara hukum, yg punya wewenang tertinggi dlm yys adalah B. Pembina.  Kedudukannya tanpa batas waktu, selama yys itu masih ada.
Sedang Badan Pengawas dan Pengurus, diangkat oleh B Pembina, dg masa bhakti sesuai AD ART.

Semoga jelas, bro.
Thanks


johan3000

QuoteSedang Badan Pengawas dan Pengurus, diangkat oleh B Pembina

kalau pengawas diangkat oleh B Pembina,....
   mau jadi apa ya....??

sedikit salah ngawas, bulan depan udah diberhentikan ....
atau pengawas cuma.... nama doang.... padahal org sendiri !  :o
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

inJulia

Saya lanjutkan bro Dato,

Surat saran dr Sangha TIDAK ADA menyatakan agar diserahkan ke Sangha. Tp MENYARANKAN Badan Pembina yys yg baru adalah 4 bhikkhu.

ini butuh pemahaman hukum ttg yys. Bhw dg menyetujui SARAN tsb. sama saja SECARA HUKUM kami menyerahkan seluruh wewenang dan asset yys kami ke nama yg duduk di Badan Pembina. Ini sama saja artinya bhw yys kami diminta. Tanpa ada kata meminta atau pengalihan hak dan wewenang.
—————

Nah, MISALNYA kami buta hukum soal yys, lalu bersedia mengikuti saran tsb.

Setelah selesai, yys baru terbentuk, kami kaget, kok wewenang kami lenyap semua dan menyatakan bhw KAMI TIDAK BERMAKSUD MENYERAHKAN ke Sangha.  Kami tentu (maaf, ini sekedar tukar pikiran) merasa dikelabui.  kalo sdh begini apa semua pihak bersedia  membatalkan ?????


Saya pribadi menilai saran model begini sebaiknya JANGAN PERNAH DIPAKAI dalam lingkungan spiritual!!!!!!!!!

Bagaimana menurut bro Dato?

inJulia


Bro Johan,
yg ngelola yys sehari hari adalah B Pengurus.
Nah b pengawas mengawasi hasil kerja B Pengurus.
;-)


johan3000

Quote from: inJulia on 30 November 2011, 10:08:11 PM
Bro Johan,
yg ngelola yys sehari hari adalah B Pengurus.
Nah b pengawas mengawasi hasil kerja B Pengurus.
;-)



apa hubungan b penurus dan b pengawas ?
b pengawas adalah org yg tidak "takut" pada b pengurus...
nah kalau dia diangkat oleh b pengurus, kan jadi salah tingkahhhh...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

inJulia

Quote from: johan3000 on 01 December 2011, 06:55:03 AM
apa hubungan b penurus dan b pengawas ?
b pengawas adalah org yg tidak "takut" pada b pengurus...
nah kalau dia diangkat oleh b pengurus, kan jadi salah tingkahhhh...
yayasan itu organisasi yg berbadan hukum, resmi.
Siapa saja bisa mendirikan, bila sesuai dg aturan (UU tentang yayasan) yg ada

nah, segala sesuatunya adalah HAK dan WEWENANG SI PENDIRI YYS (bisa terdiri dari beberapa orang, yang setelah berdiri resmi akan duduk menjadi Anggota Badan Pembina)  untuk menentukan asas, visi, misi, AD ART dlsb. serta siapa yg pantas jadi anggota Badan pengurus dan anggota Badan Pengawas. Orang luar yayasan TIDAK PUNYA HAK MENGATUR urusan intern yayasan orang lain.  jelas, kan bro?

jadi siapa yg dianggkat menjadi apapun, ITU BUKAN URUSAN ORANG LUAR.  ;D

Urusan orang luar, bila mau dan percaya pada yayasan tsb. silahkan sokong, donasi.
Bila tak percaya, yah jangan disokong. Gitu, bro semoga jelas.

Nah, agar dapat kepercayaan dari masyarakat, orang luar yayasan, dibutuhkan laporan terbuka soal keuangannya. dari laporan inilah masyarakat menilai apakah satu yayasan bersih atau dikorup pengurusnya.

_/\_


morpheus

siapakah yg memprakarsai dan mengeksekusi berdirinya yayasan baru yg "merampas" secara siluman kepemilikan sah yayasan lama ini, bro? apakah ini bisa digolongkan sebagai praktik pencurian?

mengingat ini akan menjadi teladan buruk bagi agama buddha di indonesia, seperti saran om indra, apakah masih mungkin serah terimanya dibatalkan saja ketimbang diiklaskan untuk "digarong" yayasan baru? apakah ada resiko vihara ini akan diboikot oleh bhikkhu2 dari sangha Sxx? ataukah karena tidak kepingin ribut dan gontok2an dengan saudara sedhamma dan bhante?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path