Globalisasi mengancam penghasilan buddhist monks di Singapura

Started by morpheus, 21 November 2011, 03:29:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 22 November 2011, 06:20:09 AM
Ya masalah menerima dan memegang uang dsb itu bukan masalah upaya kausalya, bukan masalah pembenaran di zaman modern, tetapi lebih karena mereka memegang satu KODE SET aturan yang BERBEDA atau VINAYA yang BERBEDA.

1. Mahasanghika Vinaya membolehkan para bhiksu menerima uang tapi tidka boleh menyentuhnya, jadi mereka memakai semacam pelindung tangan untuk tidak menyentuh uang secara langsung.

2. Mulasarvastivada Vinaya membolehkan para bhiksu menerima uang dan melakukan berbagai transaksi ekonomi serta kegiatan komersial lainnya. Dalam Vinaya tersebut dicatat bahwa Sang Buddha Shakyamuni sendiri yang memberikan berbagai macam saran bagaimana cara meng-handle uang secara bijaksana oleh para anggota Sangha.

Anggota Sangha Tibetan dan Shingon Jepang mengikuti Vinaya Mulasarvastivada. Anggota Sangha Mahayana Tiongkok dan Jepang yang lain mengikuti Dharmaguptaka Vinaya.

Dharmaguptaka Vinaya (Four Parts Vinaya) melarang menerima dan memegang uang seperti layaknya Theravada. Namun di era modern ini tampaknya para bhiksu Mahayana Tiongkok juga mengikuti satu kode etik yang disarankan Mulasarvastivada Vinaya ttg uang.

Jadi kalau ada kejadian kaya bhiksu menerima uang tidak usah dipolemikkan. A mengikuti Vinaya A. B mengikuti Vinaya B. Dan beres. 8)

Yang perlu dipolemikkan adalah, apakah cara meng-handle uang yang dilakukan Sangha bertentangan denagn cara bijaksana yang dianjurkan di dalam Vinaya? Dari kasus di atas, bisa dilihat mereka malah terikat dengan uang itu sendiri, mencari untung semata bagi pribadi (dilihat dari mematok tarif tinggi-tinggi), menjadikan semacam saingan bisnis bhiksu lain, ini yang tidak pernah dianjurkan Vinaya manapun.

_/\_
The Siddha Wanderer

terus yang mana seharusnya vinaya "turunan" buddha Gautama ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Yani Puk


Indra

 [at] Gandalf, numpang tanya, Mahayana yg di Indonesia ini (SMI or SAGIN) mengadopsi vinaya yg mana ya?

GandalfTheElder

 [at] Indra

Harusnya Dharmaguptaka... tp karena semangat Mahayana itu non-sektarian terhadap 18 aliran Shravakayana, maka kemungkinan juga mengambil poin" dr Mulasarvastivada Vinaya.

Quoteterus yang mana seharusnya vinaya "turunan" buddha Gautama ?

Masing" mengaku paling asli.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Indra

Quote from: GandalfTheElder on 22 November 2011, 11:06:11 PM
[at] Indra

Harusnya Dharmaguptaka... tp karena semangat Mahayana itu non-sektarian terhadap 18 aliran Shravakayana, maka kemungkinan juga mengambil poin" dr Mulasarvastivada Vinaya.

_/\_
The Siddha Wanderer

maksudnya, gabungin semua then pilih hanya vinaya yg menunjang kenikmatan duniawi, misalnya memperkaya diri, makan malam, dll?

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 22 November 2011, 11:06:11 PM

Quote from: dilbert on 22 November 2011, 10:25:59 AM
terus yang mana seharusnya vinaya "turunan" buddha Gautama ?

Masing" mengaku paling asli.

_/\_
The Siddha Wanderer

masing-masing yang beda itu ngaku paling asli....  =))
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

seniya

Kmrn saya bertanya kpd seorg suhu (bhiksu Mahayana) tentang kasus penggunaan uang oleh anggota Sangha. Kata beliau, bhiksu tidak seharusnya mencari nafkah/uang, pd berita itu adalah mrk yg menjadi bhiksu untuk menjadikannya sbg mata pencaharian, jelas praktek yg salah/menyimpang dari Buddha Dharma.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

adi lim

Quote from: seniya on 23 November 2011, 08:30:23 PM
Kmrn saya bertanya kpd seorg suhu (bhiksu Mahayana) tentang kasus penggunaan uang oleh anggota Sangha. Kata beliau, bhiksu tidak seharusnya mencari nafkah/uang, pd berita itu adalah mrk yg menjadi bhiksu untuk menjadikannya sbg mata pencaharian, jelas praktek yg salah/menyimpang dari Buddha Dharma.

ini suhu/bhiksu yg benar  :jempol:
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.