berkhayal

Started by exam, 11 November 2011, 08:34:39 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

wang ai lie

Quote from: exam on 11 November 2011, 08:34:39 PM
sekiranya ada pelaksana budhisme yang telah mencapai tingkat kesucian tinggi sehingga berkemampuan melihat kehidupan masa lalu orang lain, dan lalu menguatkan/bersaksi atas kebenaran tentang hukum karma (yang lebih detil) mengenai sebab musabab seseorang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam kehidupan sekarang, tentu kesaksian ini bisa membuat keyakinan pengikut budhisme menjadi lebih kuat lagi.  hanya khayalan saya semata.....

bersaksi itu mudah tapi membuat orang percaya itu sulit, kecuali kita sendiri yang membuktikan  :)
kita percaya terhadap ajaran sang buddha bukan karena kesaksian orang lain melainkan dari pembuktian yang dilakukan oleh diri kita sendiri
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Kang_Asep

Quote from: wang ai lie on 16 November 2011, 08:23:27 PM
bersaksi itu mudah tapi membuat orang percaya itu sulit, kecuali kita sendiri yang membuktikan  :)
kita percaya terhadap ajaran sang buddha bukan karena kesaksian orang lain melainkan dari pembuktian yang dilakukan oleh diri kita sendiri

apakah sesuatu harus tidak kita percayai dengan alasan kita belum menyaksikannya sendiri?

will_i_am

Quote from: Kang_Asep on 19 November 2011, 12:00:00 PM
apakah sesuatu harus tidak kita percayai dengan alasan kita belum menyaksikannya sendiri?
jangan dipercaya, tetapi juga jangan ditolak...
telaah dulu dengan pengetahuan, nilailah apakah hal itu baik atau buruk...
baru setelah kita menilainya, kita boleh menerima atau menolaknya...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Kang_Asep

Quote from: will_i_am on 19 November 2011, 02:43:14 PM
jangan dipercaya, tetapi juga jangan ditolak...
telaah dulu dengan pengetahuan, nilailah apakah hal itu baik atau buruk...
baru setelah kita menilainya, kita boleh menerima atau menolaknya...

yang harus dijadikan tolak ukur penilaiannya apa?

will_i_am

Quote from: Kang_Asep on 19 November 2011, 02:50:58 PM
yang harus dijadikan tolak ukur penilaiannya apa?
dengan pengetahuan, dan batin kita...
apakah ajaran tersebut sesuai dengan kebenaran dan kebaikan dalam batin anda??
kalau memang sesuai, maka anggaplah itu sebagai hal yang benar, tetapi jangan menutup mata terhadap ajaran2 lainnya di kemudian hari, bila ajaran lain itu lebih benar dan lebih baik...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Indra

Quote from: will_i_am on 19 November 2011, 03:12:39 PM
dengan pengetahuan, dan batin kita...
apakah ajaran tersebut sesuai dengan kebenaran dan kebaikan dalam batin anda??
kalau memang sesuai, maka anggaplah itu sebagai hal yang benar, tetapi jangan menutup mata terhadap ajaran2 lainnya di kemudian hari, bila ajaran lain itu lebih benar dan lebih baik...

atau sesuai dengan ajaran dalam Gotami Sutta

Kondisi-kondisi apa pun, Gotami, yang engkau ketahui: kondisi-kondisi ini mengarah pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu, mengarah pada belenggu bukan pada ketiadaan belenggu, mengarah pada pengumpulan (kelahiran kembali), bukan pada ketiadaan pengumpulan, mengarah pada banyak keinginan, bukan pada sedikit keinginan, mengarah pada ketidak-puasan, bukan pada kepuasan, mengarah pada pergaulan, bukan pada kesendirian, mengarah pada kelembaman, bukan pada kegigihan, [258] mengarah pada kesulitan dalam menyokong diri sendiri, bukan pada kemudahan dalam menyokong diri sendiri – maka engkau harus mengetahui dengan pasti, Gotami, bahwa ini bukanlah dhamma, ini bukanlah disiplin, ini bukanlah ajaran Sang Guru. Tetapi kondisi-kondisi apa pun, Gotami, yang engkau ketahui: kondisi-kondisi ini mengarah pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu ... (kebalikan dari sebelumnya) ... mengarah pada kemudahan dalam menyokong diri sendiri, bukan pada kesulitan dalam menyokong diri sendiri – maka engkau harus mengetahui dengan pasti, Gotami, bahwa ini adalah dhamma, ini adalah disiplin, ini adalah ajaran Sang Guru."

Kang_Asep

Quote from: Indra on 19 November 2011, 07:04:41 PM
atau sesuai dengan ajaran dalam Gotami Sutta

Kondisi-kondisi apa pun, Gotami, yang engkau ketahui: kondisi-kondisi ini mengarah pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu, mengarah pada belenggu bukan pada ketiadaan belenggu, mengarah pada pengumpulan (kelahiran kembali), bukan pada ketiadaan pengumpulan, mengarah pada banyak keinginan, bukan pada sedikit keinginan, mengarah pada ketidak-puasan, bukan pada kepuasan, mengarah pada pergaulan, bukan pada kesendirian, mengarah pada kelembaman, bukan pada kegigihan, [258] mengarah pada kesulitan dalam menyokong diri sendiri, bukan pada kemudahan dalam menyokong diri sendiri – maka engkau harus mengetahui dengan pasti, Gotami, bahwa ini bukanlah dhamma, ini bukanlah disiplin, ini bukanlah ajaran Sang Guru. Tetapi kondisi-kondisi apa pun, Gotami, yang engkau ketahui: kondisi-kondisi ini mengarah pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu ... (kebalikan dari sebelumnya) ... mengarah pada kemudahan dalam menyokong diri sendiri, bukan pada kesulitan dalam menyokong diri sendiri – maka engkau harus mengetahui dengan pasti, Gotami, bahwa ini adalah dhamma, ini adalah disiplin, ini adalah ajaran Sang Guru."


ini adalah ajaran yang sangat nyata dan indah.