Menguji Kemampuan Analitis

Started by K.K., 21 October 2011, 10:41:51 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dhammadinna

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:17:34 PM
Saya memang sengaja pasang perangkapnya, ampun, sis! ^:)^ 
Hal ini karena orang sering menganggap barang yang dicuri dari A, selamanya milik si A, padahal tentu saja sudah jadi milik si pencuri, dalam kekuasaannya si pencuri.

Ya, dimaafkan. Tidak perlu sujud lagi, silakan berdiri.

Quote
Kalau menurut saya, kita bisa melepas sesuatu tanpa men-tekadkannya diberikan pada pihak lain. Jika kita tekadkan pada pihak lain dan ada pihak lain tersebut yang menerimanya, maka baru terjadi dana.

jadi sumedha, melepas ya?

dhammadinna

Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:29:30 PM
makanya datang diskusi di RG.. jgn nyuci baju mulu..  :hammer:

:outoftopic:

hehe.. inget aje..

johan3000

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 01:43:03 PM
Niat yang baik itu apa kriterianya? Apakah niat agar penerima cepat berpindah alam, atau gimana?
Pengetahuan yang benar juga apa kriterianya? Apakah yang penting menimbulkan perasaan senang?
Bagaimanakah output yang baik? Dikatakan setelah menerima makanan (terakhir) dari Cunda, Buddha Gotama sakit perut luar biasa. Apakah ini karena dananya buruk?

Tidak bisa. Secara umum: waspada, jangan berpenampilan menyolok (=toko emas berjalan), bawa uang secukupnya (jangan jadi ATM berjalan).
Niat baik adalah niat yg memperbaikin GIZI nya penerima sehingga lebih mendekatin PENCERAHAN,
bisa juga dlm hal mempercepat berpindah alam (spt atas bantuan Cunda)
Pengetahuan benar adalah mengerti tentang carakerja ajaran Buddhist, dan penimbulan perasaan senang atau tidak hanya produk sampingan aja.
Output yg baik adalah membantu pengumpulan POINT utk mencapai Pencerahan (karma baiknya bertambah)
Menurut Buddha Gautama, Cunda telah berdana yg kebaikannya tidak kalah dari dana semangkok nasi dan susu (pencerahan Buddha).

sementara begitu dulu bro... soalnya kepala gw udah cenat-cenut... ;D ;D ;D
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

K.K.

#153
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 01:43:55 PM
selagi menunggu Hendrako dan SC makan, saya posting dulu.
QuoteThe Anguttara Nikaya (A.iv,236) enumerates the following eight motives of Dana:

Asajja danam deti: one gives with annoyance, or as a way of offending the recipient, or with the idea of insulting him.[5]

yang ungu, mirip yang ini:
QuoteJika pemberiannya adalah untuk manfaat si penerima, maka pemberian itu dikatakan berdana. Jadi kalau saya misalnya saya beri kopi ke seseorang dengan harapan: "semoga sakit maag-mu kambuh", maka tidak bisa dibilang sedang berdana, walaupun di situ ada 'pemberian'.

Apakah pengertian dana di sutta, sama dengan yang kita bahas sekarang. Atau dana=pemberian. Maksudnya, semua jenis pemberian = dana ?
Yang diposting suhu beda nomornya, mungkin berdasarkan buku ke berapa. Di Tipitaka saya, ada di Anguttara Nikaya, 8. Atthakanipata, Pathamapannasaka, Danavaggo, 1. Pathamadanasutta.

Saya memahami artinya berbeda:
Āsajja dānaṃ deti: dana diberikan karena kerelaan
bhayā dānaṃ deti: dana diberikan karena rasa takut
'adāsi me'ti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'aku telah diberi'
'dassati me'ti dānaṃ deti: dana diberikan karean berpikir, 'aku (akan) diingat'
'sāhu dāna'nti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'dana adalah baik'
'ahaṃ pacāmi, ime na pacanti; nārahāmi pacanto apacantānaṃ dānaṃ adātu'nti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'saya memasak, dia tidak memasak; adalah tidak sesuai bagi yang memasak jika tidak memberikan pada yang tidak memasak'
'imaṃ me dānaṃ dadato kalyāṇo kittisaddo abbhuggacchatī'ti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'dengan dana ini, maka nama baik dan popularitasku akan meningkat'
cittālaṅkāracittaparikkhāratthaṃ dānaṃ deti: dana diberikan demi kebaikan pikiran dan keindahan pikiran.

Khususnya Asajja di sini, berbeda jauh. Kalau menghina atau melecehkan, yang saya temukan, istilahnya "Abhisajjati." Kalau dipaksa 'a + sajja' justru bisa jadi artinya adalah 'tanpa menghina, tanpa melecehkan, dst."
Tapi sepertinya tidak juga, karena itu bukan motif, tapi cara memberikan yang baik, yaitu pemberian dana dengan hormat (sakkaccaṃ dānaṃ deti).
Jadi saya menyimpulkan yang pertama itu adalah motif karena 'a' = tidak + 'sajjati' = melekat; atau 'a' = tidak + 'sajjati' = dipersiapkan, alias spontan. Hal ini karena sukar diterima kalau Buddha menyatakan 'pikiran untuk menzolimi' orang lain adalah motif dari berdana.


K.K.

Koreksi, setelah lihat lagi, "Āsajja", bukan "Asajja", jadi saya masih belum bisa menyimpulkan.

stephen chow

Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 02:00:13 PM
hehe.. inget aje..
saya ud capai arahat jadi ingat kejadian lampau..  :hammer:
ato ingat karena cewe ya..  :-[
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

K.K.

Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 01:45:06 PM
Ya, dimaafkan. Tidak perlu sujud lagi, silakan berdiri.
;D

Quotejadi sumedha, melepas ya?
Sepertinya selain melepas, juga sekaligus berdana karena ditekadkan untuk diberikan ke orang lain, dan ada penerimanya.

K.K.

Lanjut lagi karena ada titik terang...
Menurut penjelasan dari Samanera Santacitto, "Āsajja" ini secara literal adalah "setelah duduk", maksudnya adalah kalau ada seorang yang dianggap penerima dana, seseorang langsung memberikan dana secara spontan. Jadi bukan dalam artian "melecehkan atau menghina".


dhammadinna

^ ^ ^
Source: Pali-English Dictionary, TW Rhys Davids, William Stede, Description:

Āsajja (indecl.) [ger. of āsādeti, Caus. of āsīdati, ā + sad; Sk. āsādya] --

1. sitting on, going to, approaching; allocated, belonging to; sometimes merely as prep. acc. "near" (cp. āsanna) Sn 418 (āsajja naŋ upāvisi he came up near to him), 448 (kāko va selaŋ ā. nibbijjāpema Gotamaŋ); J ii.95; vi.194; Miln 271. --

2. put on to (lit. sitting or sticking on), hitting, striking S i.127 (khaṇuŋ va urasā ā. nibbijjapetha Gotamā "ye've thrust as 't were your breast against a stake. Disgusted, come ye hence from Gotama" trsl. p. 159; C. expls. by paharitvā, which comes near the usual paraphrase ghaṭṭetvā) <->

3. knocking against or "giving one a setting -- to", insulting, offending, assailing D i.107 (ā. ā. avocāsi = ghaṭṭetvā DA i.276); A iii.373 (tādisaŋ bhikkhuŋ ā.); J v.267 (isiŋ ā. Gotamaŋ; C. p. 272 āsādetvā); Pv iv.710 (isiŋ ā. = āsādetvã PvA 266). --

4. "sitting on", i. e. attending constantly to, persevering, energetically, with energy or emphasis, willingly, spontaneously M i.250; D iii.258 = A iv.236 (dānaŋ deti); Vv 106 (dānaŋ adāsiŋ; cp. VvA 55 samāgantvā). See āsada, āsādeti, āsīdeti, āsajjana.

Sumber
______________

Ternyata Āsajja banyak artinya. Kalau googling tentang sutta ini, hampir semua terjemahan pake yang warna hijau. Tapi saya juga lebih cocok yang ungu..

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

K.K.

Quote from: dhammadinna on 25 October 2011, 04:13:39 PM
^ ^ ^
Source: Pali-English Dictionary, TW Rhys Davids, William Stede, Description:

Āsajja (indecl.) [ger. of āsādeti, Caus. of āsīdati, ā + sad; Sk. āsādya] --

1. sitting on, going to, approaching; allocated, belonging to; sometimes merely as prep. acc. "near" (cp. āsanna) Sn 418 (āsajja naŋ upāvisi he came up near to him), 448 (kāko va selaŋ ā. nibbijjāpema Gotamaŋ); J ii.95; vi.194; Miln 271. --

2. put on to (lit. sitting or sticking on), hitting, striking S i.127 (khaṇuŋ va urasā ā. nibbijjapetha Gotamā "ye've thrust as 't were your breast against a stake. Disgusted, come ye hence from Gotama" trsl. p. 159; C. expls. by paharitvā, which comes near the usual paraphrase ghaṭṭetvā) <->

3. knocking against or "giving one a setting -- to", insulting, offending, assailing D i.107 (ā. ā. avocāsi = ghaṭṭetvā DA i.276); A iii.373 (tādisaŋ bhikkhuŋ ā.); J v.267 (isiŋ ā. Gotamaŋ; C. p. 272 āsādetvā); Pv iv.710 (isiŋ ā. = āsādetvã PvA 266). --

4. "sitting on", i. e. attending constantly to, persevering, energetically, with energy or emphasis, willingly, spontaneously M i.250; D iii.258 = A iv.236 (dānaŋ deti); Vv 106 (dānaŋ adāsiŋ; cp. VvA 55 samāgantvā). See āsada, āsādeti, āsīdeti, āsajjana.

Sumber
______________

Ternyata Āsajja banyak artinya. Kalau googling tentang sutta ini, hampir semua terjemahan pake yang warna hijau. Tapi saya juga lebih cocok yang ungu..
Ya, memang agak membingungkan. Barusan lihat2 lagi, di salah satu terjemahan berarti 'secara teratur', dan terjemahan lain (yang saya ambil dari SP), menuliskan 'secara spontan'. Keduanya saya pikir masih sesuai juga. Pada masa itu memang ada orang-orang tertentu yang menyiapkan tempat-tempat bagi petapa yang datang ke sana. Jadi ketika petapa datang dan duduk di tempat yang disiapkan, maka dana diberikan. Sepertinya dana model begini yang dimaksud dengan "Āsajja dānaṃ deti".




K.K.

Quote from: Sumedho on 25 October 2011, 04:18:29 PM
Terjemahan Walshe sih, Asajja itu pada ada kesempatan

http://dhammacitta.org/dcpedia/Dana#Motivasi_melakukan_Dana
Kalau konteks seperti yang saya bahas di atas, sepertinya bisa juga. Dana ini memang dipersiapkan, tapi tidak ditujukan kepada penerima tertentu. Begitu ada petapa yang datang menerima dana, maka pada kesempatan itulah dana diberikan.

M14ka

QuoteKualitas penerima dana dari kita sangat menentukan besarnya pahala yang dihasilkan.

Gmn cara kita tau penerima dana itu orang baik, orang suci, orang jahat, dll? Bagaimana seandainya itu orang jahat tpi kita kira orang baik?

K.K.

Quote from: M14ka on 28 October 2011, 02:38:10 PM
Gmn cara kita tau penerima dana itu orang baik, orang suci, orang jahat, dll? Bagaimana seandainya itu orang jahat tpi kita kira orang baik?
Kalau memang mau berdana, kita tidak usah terlalu memperhitungkan si penerima, walaupun tentu saja harus bijaksana. Menurut Buddha, dana itu bisa 'dimurnikan' dari sisi pemberi atau penerima atau keduanya. Jadi seandainya penerimanya orang super-bejad saja, jika pemberiannya memang diberikan berdasarkan pandangan benar (yang berarti dimurnikan dari sisi pemberi), akan sangat bermanfaat; apalagi kalau si penerima adalah orang baik atau bahkan mulia. (Dalam Dakkhinavibhanga sutta, dikatakan pemberian ke hewan saja, bisa diharapkan berbuah sampai 100x lipat; ke orang jahat, bisa sampai 1000x lipat.)

stephen chow

Quote from: M14ka on 28 October 2011, 02:38:10 PM
Gmn cara kita tau penerima dana itu orang baik, orang suci, orang jahat, dll? Bagaimana seandainya itu orang jahat tpi kita kira orang baik?
bang KK ud jawab dengan benar menurut saya.. mau tmbahin, harus BIJAKSANA ini kuncinya menurut saya juga..

apakah gk boleh dana dhamma kepada orang jahat..  ;)
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..