[at] NPNG:
loh koq berkelit? itu hanya pengantar untuk membuka pandangan, diberikutnya ada saya jawab juga kan soal pembuktiannya? Begini, ada banyak guru2 dengan banyak pandangan2nya yang berbagai macam dan semuanya sudah "dibuktikan" itu maksudnya yg ingin disampaikan. Bahwa hanya dengan pengakuan sudah jadi "saksi" itu belum serta merta itu "benar" karena soal yg intangible itu sangat subjektif.
Soal saya percaya atau tidak memang bukan concern anda sih. kan memang kita boleh berpendapat berbedakan? Sayangnya saya bukan tipe ngikut aja dari apa kata "guru" saya. Jadi kalau saya diberitahu, tentu saya nda langsung percaya jg sama kata si "guru".
Utk tanya ke Sayalay, yah saya skip deh. Mungkin kurang "parami" utk ketemu beliau
Yah setidaknya saya kan bisa tanya u bro utk itu yg mungkin siapa tahu sudah tahu. tapi thanks utk penjelasanya sejauh ini
utk memilih guru mungkin itu guru terbaik menurut bro, silahkan. Tapi coba deh liat2 "toko" sebelah utk dibandingkan dan membuka pandangan2 lainnya, atau baca khotbah2 Sang Buddha utk dibandingkan.
[at] Mas Tidar:
Maybe yes, maybe no soal belum kesampaian. Yah bisa jadi memang tidak ada itu hadaya-vatthu lalu sampai parinibbana juga nda bakal ketemu kan? ini hal subjektif yang sulit kalau mau adu pembuktian yg tidak terukur.
Soal praktek vs mempertebal pengetahuan, itu adalah hal yg sering dijadikan "bahan" dalam diskusi. IMO sih disini adalah utk tempat bertukar pendapat dan soal mau praktek sendiri, itu urusan masing2. Itu diluar konteks dari yg didiskusikan disini. Anda kan tidak kenal teman diskusinya secara pasti unless bisa membaca batinnya sejauh mana prakteknya misalnya. Itu sudah masuk ranah bahaya, jadinya bukan dibahas apa yg dibicarakan, malahan menilai lawan bicaranya. Lebih baik fokus ke tulisannya kalau tidak asumsi2 akan bermunculan. Jika seseorang yang memang nda pernah praktek mengucapkan kebenaran, yah tidak akan mengurangi kebenaran apa yang diucapkannya dan seorang yg sudah banyak praktek lalu tidak serta merta semua ucapannya menjadi kebenaran. Lagi pula kalau dibalik kan bisa juga apakah anda mau praktek tanpa meneliti apa yg mau anda praktekkan terlebih dahulu? Dalam JMB8, dimulai dari pandangan benar dahulu. Yah gimana bisa samadhi benar kalau pandangan belum benar?
Benar kita gunakan teks rujukan utk cros-cek, tapi rujukan mana yang digunakan? Maka itu tadi saya ada minta tolong utk rujukan Hadaya-vatthu di tipitaka-nya. demikian loh maksudnya