Apakah Guru Buddha Seorang Seksis?

Started by sobat-dharma, 28 July 2011, 04:06:35 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

adi lim

Quote from: dilbert on 01 August 2011, 11:50:27 AM
Bhikkhuni-bhikkhuni pertama di-tabhiskan langsung oleh sammasambuddha (Ehi Bhikkhuni). dan untuk selanjut-nya penabhisan bhikkhuni dilakukan oleh Sangha Bhikkhuni dan ini sesuai dengan Vinaya (Theravada) yang diakui.

Jika pada jaman sekarang tidak ada lagi sangha bhikkhuni, bagaimana memulai penabhisan bhikkhuni yang tidak melanggar vinaya (yang mengharuskan samaneri ditabhiskan oleh sangha bhikkhuni yang sudah tidak eksis lagi) ?
Ajahn Brahm yang menabhiskan ?

bold : Iya
makanya AB di keluarkan dari Sangha yang dulu tempat bernaung.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dilbert

Quote from: morpheus on 01 August 2011, 12:45:40 PM
saya ingin berkomentar yg ini saja.

saya merasa mereka yg kritis pada sesuatu yg sudah baku dan mengkristal di tradisi2 buddhism itu sifatnya positif dan konstruktif demi kemajuan buddhism itu sendiri. keanekaragaman pendapat dan penggalian buddhism dari berbagai sudut justru akan memperkaya pemahaman dan memperluas perspektif buddhis itu sendiri...

belajar dari sejarah agama2 lain, tradisi kuno yg keras dan barbarik bisa berkembang dan bertambah kaya menjadi suatu pemikiran modern yg lebih humanis disebabkan oleh keanekaragaman pendapat dan kebebasan berpendapat dari pemikir2 yg menganut agama tersebut. sungguh disayangkan kalo buddhism yg memiliki semangat kebebasan berpendapat yg secara eksplisit diucarkan oleh pendirinya malahan mengharamkan pendapat2 yang baru dan segar hanya karena bertentangan dengan kebakuan dan orthodoxy yg sudah ada, berpuas diri dengan satu arah pemikiran saja...

marilah kita bertukar pikiran dengan bebas, menganalisa dan menggali argumennya, bukan berfokus pada yg gak esensial --siapa yg menulis, apa kira2 motivasinya, mencari popularitas, dll-- untuk membungkam pendapat2 yg bertentangan.

saya yakin buddhism akan semakin kuat dengan diskusi2 kritis seperti ini...
demikian juga theravada, akan semakin kuat dengan pemikiran2 kritis, bukannya jatuh atau menjadi semakin lemah...


Masalah-nya : Sangha Bhikkhuni (Theravada) itu sudah tidak bisa ditabhiskan karena garis silsilah bhikkhuni theravada sudah terputus. dan Sesuai dengan Vinaya katakanlah sebagai AD/ART memang sudah tidak bisa diakomodasi, kita harus menyatakan  bahwa sesuai dengan rujukan TIPITAKA PALI KANON, sudah tidak mungkin lagi penabhisan bhikkhuni Sangha (Theravada) pada saat sekarang.

Kecuali kalau Vinaya itu di-amandemen... permasalah-annya siapa yang BERHAK untuk meng-amandemen VINAYA tersebut ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: adi lim on 01 August 2011, 02:10:42 PM
bold : Iya
makanya AB di keluarkan dari Sangha yang dulu tempat bernaung.

sesuai dengan orang yang taat pada azas, maka keputusan mengeluarkan Ajahn Brahmn dari Sangha tempatnya bernaung adalah sudah sesuai dengan AD/ART (baca Vinaya).

Terpaksa harus-lah Ajahn Brahmn itu menggunakan "kendaraan" lain dengan vinaya yang berbeda yang sudah bisa mengakomodasi penabhisan bhikkhuni ala THERAVADA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

rooney

Quote from: dilbert on 01 August 2011, 02:18:10 PM
sesuai dengan orang yang taat pada azas, maka keputusan mengeluarkan Ajahn Brahmn dari Sangha tempatnya bernaung adalah sudah sesuai dengan AD/ART (baca Vinaya).

Terpaksa harus-lah Ajahn Brahmn itu menggunakan "kendaraan" lain dengan vinaya yang berbeda yang sudah bisa mengakomodasi penabhisan bhikkhuni ala THERAVADA.

Apakah ada sangha Theravada di dunia yang mengesahkan penahbisan bhikkuni selain Srilanka ?

dilbert

Quote from: rooney on 01 August 2011, 02:23:42 PM
Apakah ada sangha Theravada di dunia yang mengesahkan penahbisan bhikkuni selain Srilanka ?

Apakah di Srilanka ada penabhisan bhikkhuni Theravada ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

sobat-dharma

Quote from: pannadevi on 01 August 2011, 11:49:03 AM
saya juga pikir demikian, mereka yg menulis itu kelolosan utk re-check kelihatannya.

mettacittena,

Mungkin perlu pengkajian komparatif untuk menemukan versi mana yang lebih absah.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

#126
Quote from: dilbert on 01 August 2011, 12:39:26 PM
Dengan rujukan yang berlainan, apakah bisa samaneri (yang berkiblat pada Theravada) bisa di tabhiskan oleh sangha bhikkhuni Mahayana (yang vinaya, sutta dan abhidhamma-nya tidak sama persis) ?

Soal ni telah dijawab oleh Ajahn Brahm dalam suatu wawancaranya, yang kurang lebih saya terjemahkan sebagai berikut:

Saya juga berpikir, tatkala saya masih seorang biarawan muda di Thailand, bahwa masalah itu adalah masalah aturan, bahwa sangha bhikkhuni tidak bisa dihidupkan kembali. Namun setelah diselidiki dan dipelajari, saya telah menemukan bahwa banyak hambatan yang kita pikir ada ternyata tidak ada ada sama sekali. Seseorang seperti Bhikkhu Bodhi [yang dihormati sarjana-bhikkhu Theravada] telah meneliti Vinaya Pali dan hasil penelitiannya merupakan hal yang paling mengesankan bagi saya - adil, seimbang, menghasilkan pada kesimpulan "Hal ini mungkin, mengapa tidak kita melakukan ini? "

Salah satu mitos terbesar adalah bahwa bhikkhuni di bawah tradisi Mahayana bagaimanapun dipisahkan dari Theravada. Tetapi kebenaran dari hal ini, tidak ada Vinaya Mahayana yang demikian. Di semua aliran Mahayana, apakah di Tibet, Cina, Korea, atau Vietnam, kebanyakan dari mereka menganut Vinaya Dharmagupta. Dharmagupta adalah salah satu sekte Theravada. Mereka mengikuti Vinaya Theravada. Jika Anda benar-benar mempelajari Vinaya tersebut dan membacanya, Anda akan mendapatkan betapa mirip dengan Vinaya yang dijalankan – atau yang harus dijalankan - di sini, di Thailand.

Jika Anda melihat upacara penahbisan di Taiwan - saya melihat sebuah video yang baru-baru ini dibuat - Anda akan melihat kesamaan. Saya punya salinan dari chanting-nya. Hal ini sangat identik dengan upacara penahbisan yang dilakukan di Wat Bovorn sini, di Bangkok. Perbedaan yang ada bersifat dangkal dan tidak akan melanggar keabsahan penahbisan itu. Jika ada orang yang pakar dalam aturan, atau bahkan dalam filsafat dan logika, memeriksa kasus ini, mereka juga akan sampai pada kesimpulan bahwa silsilah bhikkhuni yang kita lihat sekarang di Taiwan dan Cina adalah keturunan yang tak terputus sejak zaman Sang Buddha . Mereka bhikkhuni seperti halnya yang dimaksudkan oleh Sang Buddha. Mereka hanya mengenakan pakaian yang berbeda. Ajaran-ajaran, sutra-sutra yang berbeda, tetapi Vinaya adalah sama. Silsilah bhikkhuni mungkin telah mati di beberapa negara, tapi tidak mati sepenuhnya.

Selain itu, selama bertahun-tahun kami berpikir bahwa untuk membangun kembali bhikkhuni dalam Buddhisme membutuhkan bhikkhuni lainnya. Argumen ini tidak valid. Terdapat kesempatan, dengan cara lain untuk membaca Vinaya, untuk mengatakan bahwa hal itu tidak diperlukan. Salah satu penemuan besar Bhikkhu Bodhi, tatkala ia meneliti, ia menemukan bahwa seorang bhikkhu Burma sangat terkenal [Mingun Sayadaw Jetavan, guru meditasi dari Mahasi Sayadaw yang termasyhur dan Taungpulu Sayadaw] yang pada 50-60 tahun lalu mengatakan dengan cukup jelas bahwa Buddha meninggalkan kesempatan dalam aturan monastik untuk penahbisan ulang bhikkhuni yang dilaukan oleh kelompok bhikkhu. Sayadaw berpendapat Sang Buddha melakukannya karena ia harus telah meramalkan bahwa suatu hari sangha bhikkhuni akan menghilang dan untuk mendirikannya kembali Beliau meninggalkan kesempatan terbuka bagi para bhikkhu untuk melaksanakan upacara untuk menahbiskan kembali para bhikkhuni."

Sumber: [spoiler]http://www.bhikkhuni.net/library/ajahn-brahm-interview-nissarah.html[/spoiler]
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

rooney

Quote from: dilbert on 01 August 2011, 02:47:16 PM
Apakah di Srilanka ada penabhisan bhikkhuni Theravada ?

Seorang bhikkhuni Abhayagiri (Ayya Sara) pernah menahbiskan 300 bhiksuni di China bersama bhiksu Dharmaguptaka. Ketika silsilah bhikkhuni lenyap, Sangha Srilanka meminta sangha Bhikkhuni yang pernah ditahbiskan oleh bhikkhuni Abhayagiri ini untuk memberikan penahbisan atau singkatnya menghidupkan kembali sangha bhikkhuni si Srilanka. Jadi, Srilanka masih mengesahkan penahbisan sangha bhikkuni Theravada.

adi lim

Quote from: sobat-dharma on 01 August 2011, 02:49:42 PM
Mungkin perlu pengkajian komparatif untuk menemukan versi mana yang lebih absah.

versi Mahayana pasti absah
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

#129
Quote from: sobat-dharma on 01 August 2011, 02:51:33 PM
[spoiler]
Soal ni telah dijawab oleh Ajahn Brahm dalam suatu wawancaranya, yang kurang lebih saya terjemahkan sebagai berikut:

Saya juga berpikir, tatkala saya masih seorang biarawan muda di Thailand, bahwa masalah itu adalah masalah aturan, bahwa sangha bhikkhuni tidak bisa dihidupkan kembali. Namun setelah diselidiki dan dipelajari, saya telah menemukan bahwa banyak hambatan yang kita pikir ada ternyata tidak ada ada sama sekali. Seseorang seperti Bhikkhu Bodhi [yang dihormati sarjana-bhikkhu Theravada] telah meneliti Vinaya Pali dan hasil penelitiannya merupakan hal yang paling mengesankan bagi saya - adil, seimbang, menghasilkan pada kesimpulan "Hal ini mungkin, mengapa tidak kita melakukan ini? "

Salah satu mitos terbesar adalah bahwa bhikkhuni di bawah tradisi Mahayana bagaimanapun dipisahkan dari Theravada. Tetapi kebenaran dari hal ini, tidak ada Vinaya Mahayana yang demikian. Di semua aliran Mahayana, apakah di Tibet, Cina, Korea, atau Vietnam, kebanyakan dari mereka menganut Vinaya Dharmagupta. Dharmagupta adalah salah satu sekte Theravada. Mereka mengikuti Vinaya Theravada. Jika Anda benar-benar mempelajari Vinaya tersebut dan membacanya, Anda akan mendapatkan betapa mirip dengan Vinaya yang dijalankan – atau yang harus dijalankan - di sini, di Thailand.

Jika Anda melihat upacara penahbisan di Taiwan - saya melihat sebuah video yang baru-baru ini dibuat - Anda akan melihat kesamaan. Saya punya salinan dari chanting-nya. Hal ini sangat identik dengan upacara penahbisan yang dilakukan di Wat Bovorn sini, di Bangkok. Perbedaan yang ada bersifat dangkal dan tidak akan melanggar keabsahan penahbisan itu. Jika ada orang yang pakar dalam aturan, atau bahkan dalam filsafat dan logika, memeriksa kasus ini, mereka juga akan sampai pada kesimpulan bahwa silsilah bhikkhuni yang kita lihat sekarang di Taiwan dan Cina adalah keturunan yang tak terputus sejak zaman Sang Buddha . Mereka bhikkhuni seperti halnya yang dimaksudkan oleh Sang Buddha. Mereka hanya mengenakan pakaian yang berbeda. Ajaran-ajaran, sutra-sutra yang berbeda, tetapi Vinaya adalah sama. Silsilah bhikkhuni mungkin telah mati di beberapa negara, tapi tidak mati sepenuhnya.

Selain itu, selama bertahun-tahun kami berpikir bahwa untuk membangun kembali bhikkhuni dalam Buddhisme membutuhkan bhikkhuni lainnya. Argumen ini tidak valid. Terdapat kesempatan, dengan cara lain untuk membaca Vinaya, untuk mengatakan bahwa hal itu tidak diperlukan. Salah satu penemuan besar Bhikkhu Bodhi, tatkala ia meneliti, ia menemukan bahwa seorang bhikkhu Burma sangat terkenal [Mingun Sayadaw Jetavan, guru meditasi dari Mahasi Sayadaw yang termasyhur dan Taungpulu Sayadaw] yang pada 50-60 tahun lalu mengatakan dengan cukup jelas bahwa Buddha meninggalkan kesempatan dalam aturan monastik untuk penahbisan ulang bhikkhuni yang dilaukan oleh kelompok bhikkhu. Sayadaw berpendapat Sang Buddha melakukannya karena ia harus telah meramalkan bahwa suatu hari sangha bhikkhuni akan menghilang dan untuk mendirikannya kembali Beliau meninggalkan kesempatan terbuka bagi para bhikkhu untuk melaksanakan upacara untuk menahbiskan kembali para bhikkhuni."

Sumber: [spoiler]http://www.bhikkhuni.net/library/ajahn-brahm-interview-nissarah.html[/spoiler]


menjadi Bhikkhu Theravada tentunya praktek Vinaya Tipitaka kanon Pali
menabhiskan Bhikkhuni Theravada berarti melanggar Vinaya itu sendiri, apakah patut ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dilbert

Quote from: sobat-dharma on 01 August 2011, 02:51:33 PM
Soal ni telah dijawab oleh Ajahn Brahm dalam suatu wawancaranya, yang kurang lebih saya terjemahkan sebagai berikut:

Saya juga berpikir, tatkala saya masih seorang biarawan muda di Thailand, bahwa masalah itu adalah masalah aturan, bahwa sangha bhikkhuni tidak bisa dihidupkan kembali. Namun setelah diselidiki dan dipelajari, saya telah menemukan bahwa banyak hambatan yang kita pikir ada ternyata tidak ada ada sama sekali. Seseorang seperti Bhikkhu Bodhi [yang dihormati sarjana-bhikkhu Theravada] telah meneliti Vinaya Pali dan hasil penelitiannya merupakan hal yang paling mengesankan bagi saya - adil, seimbang, menghasilkan pada kesimpulan "Hal ini mungkin, mengapa tidak kita melakukan ini? "

Salah satu mitos terbesar adalah bahwa bhikkhuni di bawah tradisi Mahayana bagaimanapun dipisahkan dari Theravada. Tetapi kebenaran dari hal ini, tidak ada Vinaya Mahayana yang demikian. Di semua aliran Mahayana, apakah di Tibet, Cina, Korea, atau Vietnam, kebanyakan dari mereka menganut Vinaya Dharmagupta. Dharmagupta adalah salah satu sekte Theravada. Mereka mengikuti Vinaya Theravada. Jika Anda benar-benar mempelajari Vinaya tersebut dan membacanya, Anda akan mendapatkan betapa mirip dengan Vinaya yang dijalankan – atau yang harus dijalankan - di sini, di Thailand.

Jika Anda melihat upacara penahbisan di Taiwan - saya melihat sebuah video yang baru-baru ini dibuat - Anda akan melihat kesamaan. Saya punya salinan dari chanting-nya. Hal ini sangat identik dengan upacara penahbisan yang dilakukan di Wat Bovorn sini, di Bangkok. Perbedaan yang ada bersifat dangkal dan tidak akan melanggar keabsahan penahbisan itu. Jika ada orang yang pakar dalam aturan, atau bahkan dalam filsafat dan logika, memeriksa kasus ini, mereka juga akan sampai pada kesimpulan bahwa silsilah bhikkhuni yang kita lihat sekarang di Taiwan dan Cina adalah keturunan yang tak terputus sejak zaman Sang Buddha . Mereka bhikkhuni seperti halnya yang dimaksudkan oleh Sang Buddha. Mereka hanya mengenakan pakaian yang berbeda. Ajaran-ajaran, sutra-sutra yang berbeda, tetapi Vinaya adalah sama. Silsilah bhikkhuni mungkin telah mati di beberapa negara, tapi tidak mati sepenuhnya.

Selain itu, selama bertahun-tahun kami berpikir bahwa untuk membangun kembali bhikkhuni dalam Buddhisme membutuhkan bhikkhuni lainnya. Argumen ini tidak valid. Terdapat kesempatan, dengan cara lain untuk membaca Vinaya, untuk mengatakan bahwa hal itu tidak diperlukan. Salah satu penemuan besar Bhikkhu Bodhi, tatkala ia meneliti, ia menemukan bahwa seorang bhikkhu Burma sangat terkenal [Mingun Sayadaw Jetavan, guru meditasi dari Mahasi Sayadaw yang termasyhur dan Taungpulu Sayadaw] yang pada 50-60 tahun lalu mengatakan dengan cukup jelas bahwa Buddha meninggalkan kesempatan dalam aturan monastik untuk penahbisan ulang bhikkhuni yang dilaukan oleh kelompok bhikkhu. Sayadaw berpendapat Sang Buddha melakukannya karena ia harus telah meramalkan bahwa suatu hari sangha bhikkhuni akan menghilang dan untuk mendirikannya kembali Beliau meninggalkan kesempatan terbuka bagi para bhikkhu untuk melaksanakan upacara untuk menahbiskan kembali para bhikkhuni."

Sumber: [spoiler]http://www.bhikkhuni.net/library/ajahn-brahm-interview-nissarah.html[/spoiler]


Vinaya Theravada dan Mahayana sama ? Masalah makan daging saja mungkin sudah berbeda.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

sobat-dharma

Quote from: adi lim on 01 August 2011, 03:25:08 PM
versi Mahayana pasti absah

Rasanya kedua versi itu ada di dalam Tipitaka Pali. Memangnya saya sempat menyebutkan tentang versi Mahayana?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

dilbert

Quote from: sobat-dharma on 01 August 2011, 03:54:33 PM
Rasanya kedua versi itu ada di dalam Tipitaka Pali. Memangnya saya sempat menyebutkan tentang versi Mahayana?

kedua versi yg mana ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

sobat-dharma

Quote from: dilbert on 01 August 2011, 03:54:11 PM
Vinaya Theravada dan Mahayana sama ? Masalah makan daging saja mungkin sudah berbeda.

Tidak semuanya "Mahayana" menggunakan vinaya yang sama. Dalam kasus di atas, para bhiksuni di Taiwan tersebut memang mewarisi silsilah Vinaya Dharmagupta, yang memang adalah Theravadin.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: adi lim on 01 August 2011, 03:30:54 PM
menjadi Bhikkhu Theravada tentunya praktek Vinaya Tipitaka kanon Pali
menabhiskan Bhikkhuni Theravada berarti melanggar Vinaya itu sendiri, apakah patut ?

Soal ini nanti akan saya jelaskan lebih lanjut, namun berhubung waktu yang sempit tidak bisa kulakukan sekarang. Bhikkhu Bodhi pernah membahasnya dalam satu buku kecil dengan sangat jelas dan gamblang. Nanti silahkan Anda baca sendiri dari buku beliau.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek