News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Pentingkah utk menimbulkan Samvega?

Started by chingik, 09 July 2011, 06:37:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

SUGI THEN

Quote from: wang ai lie on 12 July 2011, 08:49:43 AM
saya lebih cenderung merasa cocok dengan cara di atas, melaksanakan 8 jalan utama dalam kehidupan
dan tetap menjadi umat perumah tangga  :)
ya baguslah kalau semuanya jadi bhikku siapa nanti yang menyokong kehidupan para bhikku memang anda adalah seorang dayaka yang baik :)

K.K.

Quote from: SUGI THEN on 12 July 2011, 08:42:52 AM
apanya yang dipadamkan???
Yang dipadamkan adalah semua nafsu dan kemelekatan sehingga tidak timbul lagi penjelmaan apapun di masa depan.

Memang kalau menurut bro Sugi sendiri, nibbana itu seperti apa?

SUGI THEN

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 July 2011, 09:01:25 AM
Yang dipadamkan adalah semua nafsu dan kemelekatan sehingga tidak timbul lagi penjelmaan apapun di masa depan.

Memang kalau menurut bro Sugi sendiri, nibbana itu seperti apa?
ahh capee ahhh ngejelasinnya soalnya dari subuh sii ngebicarain pencapaian nibbana baca aja deh kiriman terdahulu :)

wang ai lie

Quote from: SUGI THEN on 12 July 2011, 09:09:12 AM
ahh capee ahhh ngejelasinnya soalnya dari subuh sii ngebicarain pencapaian nibbana baca aja deh kiriman terdahulu :)

kita disini hanya membantu menjelaskan mengenai pencapaian nibbana yang menurut bro sugi harus dengan meninggalkan kehidupan berumah tangga, padahal tanpa melakukan hal itupun dapat mencapai nibbana selama menjalankan 8 jalan utama yang diajarkan oleh sang buddha  :)

nibbana bukan hanya milik bhikku/bhikkuni saja atau para samana, tetapi nibana itu milik umat perumah tangga juga  :)
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

K.K.

Quote from: SUGI THEN on 12 July 2011, 09:09:12 AM
ahh capee ahhh ngejelasinnya soalnya dari subuh sii ngebicarain pencapaian nibbana baca aja deh kiriman terdahulu :)
Maka itu cobalah menjelaskan secara langsung dan tidak putar-putar. Mungkin akan lebih 'tidak cape'.

Ya tidak apa kalau memang tidak berniat diskusi.



hendrako

Quote from: wang ai lie on 12 July 2011, 09:15:26 AM
kita disini hanya membantu menjelaskan mengenai pencapaian nibbana yang menurut bro sugi harus dengan meninggalkan kehidupan berumah tangga, padahal tanpa melakukan hal itupun dapat mencapai nibbana selama menjalankan 8 jalan utama yang diajarkan oleh sang buddha  :)

nibbana bukan hanya milik bhikku/bhikkuni saja atau para samana, tetapi nibana itu milik umat perumah tangga juga  :)

Baru denger Nibbana bisa di-milik-i ??
yaa... gitu deh

wang ai lie

Quote from: hendrako on 12 July 2011, 09:21:36 AM
Baru denger Nibbana bisa di-milik-i ??

dalam tanda kutip om  ;D , maksudnya di capai  :D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

hendrako

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 July 2011, 09:21:06 AM
Maka itu cobalah menjelaskan secara langsung dan tidak putar-putar. Mungkin akan lebih 'tidak cape'.

Ya tidak apa kalau memang tidak berniat diskusi.


Keknya mis-komunikasi deh, coba bro Kay ikuti lagi tanya jawab antara bro Sugi dan sis Sri pada post2 sebelumnya, bro Sugi bukan benar2 bertanya untuk meminta jawaban tetapi pertanyaannya justru mengarah pada penjelasan kepada sis Sri.
yaa... gitu deh

K.K.

Quote from: hendrako on 12 July 2011, 09:26:23 AM
Keknya mis-komunikasi deh, coba bro Kay ikuti lagi tanya jawab antara bro Sugi dan sis Sri pada post2 sebelumnya, bro Sugi bukan benar2 bertanya untuk meminta jawaban tetapi pertanyaannya justru mengarah pada penjelasan kepada sis Sri.
Ya, saya sudah baca postnya, tapi isinya itu sebatas "jalannya begini", "rumah tangga begini, petapa begitu", "Buddha dulu begini-begitu", tapi tidak ada penjelasan mengenai nibbananya sendiri. Kalimat yang paling 'menjelaskan' itu hanya: "setau saya arti sebuah kata nibbana adalah yang telah terputus dari segala bentuk kemelekatan dan keterikatan", tapi saya juga tidak tahu kemelekatan ini apakah kemelekatan lem tikus, keterikatannya apakah pakai tali tambang, atau apa.

Saya pikir kalau dia memang mengetahui kemelekatan dan keterikatan dalam konteks yang dimaksud, maka tidak akan menanyakan 'kepadaman dari apa?' karena jawabannya sama.

Atau mungkin bro hendrako mau meringkas dan bantu jelaskan ke saya tentang pendapat bro Sugi?

wang ai lie

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 July 2011, 09:21:06 AM
Maka itu cobalah menjelaskan secara langsung dan tidak putar-putar. Mungkin akan lebih 'tidak cape'.

Ya tidak apa kalau memang tidak berniat diskusi.

kalau di lihat "cape" nya karena apa yang di jelaskan bro sugi tidak sesuai dengan kita, bro sugi berpendapat " jika ingin mencapai nibbana "harus meninggalkan" kehidupan berumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah"

dari semua postingan di atas bro sugi cenderung tidak mau menerima komentar yang di berikan , tetapi menekankan apa pendapat dia adalah benar yang akhirnya timbul pertanyaan tentang nibbana dan mengabaikan komentar lain nya mengenai pencapaian nibbana tersebut ,tapi mungkin ini hanya pikiran saya saja :)
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

hendrako

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 July 2011, 09:36:50 AM
Ya, saya sudah baca postnya, tapi isinya itu sebatas "jalannya begini", "rumah tangga begini, petapa begitu", "Buddha dulu begini-begitu", tapi tidak ada penjelasan mengenai nibbananya sendiri. Kalimat yang paling 'menjelaskan' itu hanya: "setau saya arti sebuah kata nibbana adalah yang telah terputus dari segala bentuk kemelekatan dan keterikatan", tapi saya juga tidak tahu kemelekatan ini apakah kemelekatan lem tikus, keterikatannya apakah pakai tali tambang, atau apa.

Saya pikir kalau dia memang mengetahui kemelekatan dan keterikatan dalam konteks yang dimaksud, maka tidak akan menanyakan 'kepadaman dari apa?' karena jawabannya sama.

Atau mungkin bro hendrako mau meringkas dan bantu jelaskan ke saya tentang pendapat bro Sugi?

Maksud ane, tanggapan bro Kai terhadap pertanyaan bro Sugi yang ditanyakan kepada sis Sri konteksnya berbeda. Sepenangkapan saya dari diskusi Sugi dan Sri, (agar tidak melebar fokus pada post pertanyaan bro Sugi kepada Sis Sri) jawabannya kemungkinan adalah padam dari nafsu, nah secara tidak langsung bro Sugi mengajak Sis Sri untuk meninjau jawabannya dengan pendapat Sugi sebelumnya yaitu apakah seorang perumah tangga yang memiliki istri dan anak serta kewajiban mencari nafkah dapat padam dari nafsu?

Kemudian anda menjawab hal yang kurang lebih sama dan menanyakan hal yang sama yang jawaban bro Sugi kemungkinan besar kurang lebih sama dengan jawaban anda jadi tidak nyambung konteks antara pertanyaan kemudian jawaban dari anda dan menanyakan hal yang sama pula yang jawabannya sama, oleh karena itulah beliau sampe berkata....cape deee.....
yaa... gitu deh

hendrako

Quote from: hendrako on 12 July 2011, 09:45:55 AM
Maksud ane, tanggapan bro Kai terhadap pertanyaan bro Sugi yang ditanyakan kepada sis Sri konteksnya berbeda. Sepenangkapan saya dari diskusi Sugi dan Sri, (agar tidak melebar fokus pada post pertanyaan bro Sugi kepada Sis Sri) jawabannya kemungkinan adalah padam dari nafsu, nah secara tidak langsung bro Sugi mengajak Sis Sri untuk meninjau jawabannya dengan pendapat Sugi sebelumnya yaitu apakah seorang perumah tangga yang memiliki istri dan anak serta kewajiban mencari nafkah dapat padam dari nafsu?

Kemudian anda menjawab hal yang kurang lebih sama dan menanyakan hal yang sama yang jawaban bro Sugi kemungkinan besar kurang lebih sama dengan jawaban anda jadi tidak nyambung konteks antara pertanyaan kemudian jawaban dari anda dan menanyakan hal yang sama pula yang jawabannya sama, oleh karena itulah beliau sampe berkata....cape deee.....

Ralat....bukan cape dee.... tapi:

Quote from: SUGI THEN on 12 July 2011, 09:09:12 AM
ahh capee ahhh ngejelasinnya soalnya dari subuh sii ngebicarain pencapaian nibbana baca aja deh kiriman terdahulu :)
yaa... gitu deh

K.K.

Quote from: wang ai lie on 12 July 2011, 09:41:05 AM
kalau di lihat "cape" nya karena apa yang di jelaskan bro sugi tidak sesuai dengan kita, bro sugi berpendapat " jika ingin mencapai nibbana "harus meninggalkan" kehidupan berumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah"

dari semua postingan di atas bro sugi cenderung tidak mau menerima komentar yang di berikan , tetapi menekankan apa pendapat dia adalah benar yang akhirnya timbul pertanyaan tentang nibbana dan mengabaikan komentar lain nya mengenai pencapaian nibbana tersebut ,tapi mungkin ini hanya pikiran saya saja :)
Mungkin karena ia berpikir bahwa perumahtangga tidak bisa meninggalkan nafsu, sedangkan kalau petapa otomatis bisa meninggalkan nafsu.


hendrako

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 July 2011, 09:48:29 AM
Mungkin karena ia berpikir bahwa perumahtangga tidak bisa meninggalkan nafsu, sedangkan kalau petapa otomatis bisa meninggalkan nafsu.



Nah kalo itu silakan ditanyakan pada yang bersangkutan, ane hanya menjelaskan hal yang ane rasa mis-komunikasi sehingga terjadi salah paham dengan tujuan agar bisa dipahami.
yaa... gitu deh

K.K.

Quote from: hendrako on 12 July 2011, 09:45:55 AM
Maksud ane, tanggapan bro Kai terhadap pertanyaan bro Sugi yang ditanyakan kepada sis Sri konteksnya berbeda. Sepenangkapan saya dari diskusi Sugi dan Sri, (agar tidak melebar fokus pada post pertanyaan bro Sugi kepada Sis Sri) jawabannya kemungkinan adalah padam dari nafsu, nah secara tidak langsung bro Sugi mengajak Sis Sri untuk meninjau jawabannya dengan pendapat Sugi sebelumnya yaitu apakah seorang perumah tangga yang memiliki istri dan anak serta kewajiban mencari nafkah dapat padam dari nafsu?

Kemudian anda menjawab hal yang kurang lebih sama dan menanyakan hal yang sama yang jawaban bro Sugi kemungkinan besar kurang lebih sama dengan jawaban anda jadi tidak nyambung konteks antara pertanyaan kemudian jawaban dari anda dan menanyakan hal yang sama pula yang jawabannya sama, oleh karena itulah beliau sampe berkata....cape deee.....
Menurut saya, yang tidak nyambung adalah, bro Sugi membahas 'ujungnya' (ketika seseorang mencapai ke-Buddha-an) di mana memang semua kemelekatan ditinggalkan, termasuk belenggu rumah-tangga, sementara sis Sri membahas jalannya, latihannya, di mana perumah tangga dan petapa, walaupun keduanya juga masih terbelenggu nafsu, bisa melaksanakannya, bisa mengembangkan 'samvega' tersebut.