News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Manfaat menyebut nama Para Buddha

Started by Auchan-Vriconella, 02 July 2011, 07:28:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 August 2011, 05:04:24 PM
Seharusnya setelah "bertobat", baru diajarkan melafal nama Buddha. Kalau belum "tobat" berarti belum mengerti "Buddha".

berarti yang belum melafal nama buddha = belum tobat ? wkwkwkwkwkwk
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: morpheus on 16 August 2011, 04:57:29 PM
imo, simbolisme ataupun alam real tidaklah penting.
apapun kenyataannya, simbolisme atau alam, yg penting adalah memahami dukkha di dalam batin.

Quote from: morpheus on 16 August 2011, 04:57:29 PM
imo, simbolisme ataupun alam real tidaklah penting.
apapun kenyataannya, simbolisme atau alam, yg penting adalah memahami dukkha di dalam batin.

dukkha itu simbol juga...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

morpheus

Quote from: Kelana on 16 August 2011, 03:52:19 PM
Setahu saya, dalam 40 Kammatthana, Devatanussati, adalah perenungan terhadap sebagian kualitas deva yaitu kualitas baik deva, yaitu  saddha, sila, suta, caga dan panna. Maka hasilnya silahkan dipikirkan

Jika kemudian dibalik, dengan mengatakan begitu juga perenungan terhadap kualitas Arahat ala Mahayana yaitu pada kualitas yang baiknya saja, dengan hasil yang silahkan dipikirkan juga, maka ini sama saja mengatakan, menyadhukan, mengiyakan bahwa sebagian kualitas seorang Samyaksambuddha yang juga adalah Arhat adalah masih bernoda, bercela.

Dengan mengatakan bahwa sebagian sifat Samyaksambuddha adalah bernoda, bercela, maka perenungan terhadap Sang Buddha dengan kualitas tanpa cela (vijjacarana sampanno, dan lainnya) pun tidak bisa dilakukan, menjadi tidak berarti. Lalu untuk apa mengikuti instruksi dari "orang" yang masih tercela agar melakukan Buddhanusmrti, melafalkan nama Buddha?  Sekedar membeo??
sepertinya saya salah mengerti maksud anda "kualitas yg bukan tertinggi" yg saya quote tadi...
apa maksud anda mahayanis merenungi dalam batinnya: sang buddha juga arahat dimana arahat masih bernoda?
gitu maksud anda?

kalo itu mah, saya pikir salah sambung membaurkan 2 konsep yg berbeda :)
selebihnya no comment...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: dilbert on 16 August 2011, 05:06:31 PM
dukkha itu simbol juga...
sepertinya pengertian kita berbeda, om dilbert.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

K.K.

Quote from: dilbert on 16 August 2011, 05:05:41 PM
berarti yang belum melafal nama buddha = belum tobat ? wkwkwkwkwkwk
Bukan, maksudnya orang yang belom tobat/tidak ngerti dharma, mana mungkin merenungkan kualitas Buddha dengan benar? Paling-paling akhirnya 'membeo nama Buddha' juga. Jadi logikanya 'tobat' dulu, mengenal Triratna, baru merenungkan kualitasnya.

dilbert

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 August 2011, 05:15:51 PM
Bukan, maksudnya orang yang belom tobat/tidak ngerti dharma, mana mungkin merenungkan kualitas Buddha dengan benar? Paling-paling akhirnya 'membeo nama Buddha' juga. Jadi logikanya 'tobat' dulu, mengenal Triratna, baru merenungkan kualitasnya.

setuju...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: morpheus on 16 August 2011, 05:11:10 PM
sepertinya pengertian kita berbeda, om dilbert.

Kalau sama paham Mahayana, saya memang agak berbeda...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

xenocross

Quote from: Kelana on 16 August 2011, 12:47:16 PM
Saya mencoba mereview ulang topik yang ada. Kesepakatan yang saya rasa ada dalam topik ini adalah pelafalan nama Buddha dalam Mahayana bukan sekedar membeo, tetapi juga dapat merupakan suatu teknik meditasi dimana esensinya adalah Buddhanusmrti Samadhi (Buddhanusati), perenungan atas kualitas-kualitas Buddha, yang imo, menuju pada dhyana (jhana), cmiiw.

Tapi, berbicara mengenai kualitas-kualitas Buddha, ada satu kualitas yang menjadi pertanyaan besar, yaitu Arahat, Arhat.

Seperti Buddhanusati yang di sampaikan Sdr. Indra, salah satu kualitas Samyaksambuddha dalam non-Mahayana, cth. Theravada adalah Araham, Arahat. Jika Mahayana juga menerima Buddhanusati ala Theravada maka, ini berarti Mahayana menyadhui (mengiyakan) bahwa kuatitas Arahat ada dalam diri seorang Samyaksambuddha. Dan seharusnya menyadhui kualitas Arhat yang sama.

Tidaklah ada masalah saat kualitas Arahat ada pada seorang Samyaksambuddha bagi mereka yang mengakui bahwa Arahat adalah kesucian tertinggi, tapi menjadi masalah jika dikatakan Arahat bukan kesucian tertinggi, masih kotor, masih SD. Ini sama saja mengatakan seorang Samyaksambuddha itu masih SD, kotor, karena kualitas Arahat melekat padaNya. Banyak sutta maupun sutra yang menempelkan kualitas Arahat pada seorang Samyaksambuddha saat menyebut dan menghormati namaNya. Contoh: "Then appeared a Buddha named Lokeshvararaja, the Tathagata, Arhat, Perfectly Enlightened One,..."( Longer Sukhāvatīvyūha Sūtra)

Berkaitan dengan Buddhanusmrti, jika Arhat bukanlah kualitas yang tertinggi, maka saat melakukan Buddhanusmrti  atas kualitas Arhat, maka ini berarti kita melakukan perenungan terhadap kualitas yang bukan tertinggi dan kualitas yang masih bernoda. Dan hasilnya....bisa kita pikirkan sendiri.


yang saya tahu, "arahat" nya Samma SamBuddha dan Arahat Pacceka Buddha dan Arahat biasa itu sama.

yang membedakan adalah:
1. Paramita yang disempurnakan Buddha lebih banyak
2. Ikrar Bodhicitta untuk menolong makhluk lain
3. Kualitas ke-mahatahu-an (Sabannu?) yg tidak dimiliki savaka dan pacceka

cmiiw
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 August 2011, 05:04:24 PM
Seharusnya setelah "bertobat", baru diajarkan melafal nama Buddha. Kalau belum "tobat" berarti belum mengerti "Buddha".

kalau kasus orang yang mau mati trus di bacain nama buda?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

xenocross

#144
Quote from: ryu on 16 August 2011, 07:35:08 PM
kalau kasus orang yang mau mati trus di bacain nama buda?

biar pikirannya tenang.
Kalau pikiran jelek pas mati kan bisa lahir di alam rendah

Idealnya, seorang praktisi meditasi dapat mengendalikan pikirannya menjelang kematian

Tapi kalau orang ga pernah meditasi trus udah sekarat mau diajarin meditasi saat itu kan ga mungkin

jadi kita bacain nama Buddha aja dan berharap dia ada keyakinan pada Buddha yg cukup jadi waktu meninggalnya tenang.

Bukannya ada cerita dimana seorang anak kecil yg meninggal dunia lahir di alam surga hanya karena Buddha mengunjungi dia sebelum mati, dan anak itu membangkitkan rasa percaya pada Buddha?

Nah kalau orangnya ntar gak lahir di surga karena gak yakin dengan Buddha, bukan salah Buddha, bukan salah yg bacain, salah dia sendiri waktu hidup gak mau belajar siapa itu Buddha....
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

GandalfTheElder

#145
QuoteTapi, berbicara mengenai kualitas-kualitas Buddha, ada satu kualitas yang menjadi pertanyaan besar, yaitu Arahat, Arhat.

Seperti Buddhanusati yang di sampaikan Sdr. Indra, salah satu kualitas Samyaksambuddha dalam non-Mahayana, cth. Theravada adalah Araham, Arahat. Jika Mahayana juga menerima Buddhanusati ala Theravada maka, ini berarti Mahayana menyadhui (mengiyakan) bahwa kuatitas Arahat ada dalam diri seorang Samyaksambuddha. Dan seharusnya menyadhui kualitas Arhat yang sama.

Dalam sistem Mahayana yang dibabarkan YA Tsongkhapa dan Pabongkha Rinpoche dikenal dua macam Arhat:
1. Mahayana Arhat atau para Arya Buddha
2. Provisional / Allegorical Arhat atau para Shravaka dan Pratyekabuddha

Ketika seorang Mahayanis merenungi kualitas Arhat, yang dimaksud adalah Mahayana Arhat.

Quote
QuoteOOT, jadi neraka bukan alam, menjadi semacam simbolisme ?

Semua fenomena bersumber dari pikiran.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

Quoteboleh minta bikin hal yang sederhana?

membaca nama buda atau mendengar nama buda yang bisa membuat karma orang terpurifikasi?

soal buda natur maksudnya itu diri sendiri?

jadi kalau membaca nama buda itu berarti sama dengan membaca nama sendiri?

bisa di jelaskan perbandingan kerja Tuhan yang misterius dengan kerja buda yang sudah parinibana yang juga misterius yang bekerja kepada orang yang mengenalnya atau kesemua orang?

Menjadi Buddha adalah menjadi diri sendiri yang sejati. Membaca nama Buddha dapat membantu membuka kesadaran Buddha dalam diri sendiri. Kalau mau tahu kerja Buddha, perhatikan saja bagaimana kerja batin Bodhicitta diri sendiri.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

ryu

Quote from: GandalfTheElder on 16 August 2011, 08:42:43 PM
Menjadi Buddha adalah menjadi diri sendiri yang sejati. Membaca nama Buddha dapat membantu membuka kesadaran Buddha dalam diri sendiri. Kalau mau tahu kerja Buddha, perhatikan saja bagaimana kerja batin Bodhicitta diri sendiri.

_/\_
The Siddha Wanderer
hampir mirip dengan agama sebelah, mau tahu cara tuhan bekerja? lihatlah bagaimana cara kerja tubuh ini ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

#148
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 August 2011, 05:15:51 PM
Bukan, maksudnya orang yang belom tobat/tidak ngerti dharma, mana mungkin merenungkan kualitas Buddha dengan benar? Paling-paling akhirnya 'membeo nama Buddha' juga. Jadi logikanya 'tobat' dulu, mengenal Triratna, baru merenungkan kualitasnya.
dalam pengertian saya, pemahaman intelektual kualitas buddha tidaklah penting ataupun relevan dalam praktek ini.

imo, mengucapkan nama buddha di sini bertujuan untuk memberikan objek pada batin dengan hasil akhir keterkonsentrasian (one-pointedness) pada nama buddha ini sehingga hanya ada nama buddha ini di dalam batin (semacam nimitta?). bedanya melafal buddha dengan melafal "morpheus" atau melafal "megan fox" mungkin terletak pada asosiasi nama buddha itu dengan keagungan atau kesucian. jadi cukup kualitas general saja, tidak perlu secara intelek superdetail (seperti penjelasan vijja carana sampano yg berarti 9 butir2 vijja dan 15 butir2 carana sampano, blablabla).

sepertinya mirip dengan praktik metode buddho berikut:
http://www.accesstoinsight.org/lib/thai/thate/buddho.html

jadi dibilang membeo kayaknya bukan, tapi dibilang perenungan kualitas2 (dengan intelek / mikir) kayaknya juga bukan.
mohon dikoreksi oleh yg mengerti praktik nienfo atau buddho.

Quote from: dilbert on 16 August 2011, 05:21:27 PM
Kalau sama paham Mahayana, saya memang agak berbeda...
imo, pemahaman ttg dukkha adalah paham buddhism umum, bukan theravada atau mahayana...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: morpheus on 17 August 2011, 12:01:42 AM
dalam pengertian saya, pemahaman intelektual kualitas buddha tidaklah penting ataupun relevan dalam praktek ini.

imo, mengucapkan nama buddha di sini bertujuan untuk memberikan objek pada batin dengan hasil akhir keterkonsentrasian (one-pointedness) pada nama buddha ini sehingga hanya ada nama buddha ini di dalam batin (semacam nimitta?). bedanya melafal buddha dengan melafal "morpheus" atau melafal "megan fox" mungkin terletak pada asosiasi nama buddha itu dengan keagungan atau kesucian. jadi cukup kualitas general saja, tidak perlu secara intelek superdetail (seperti penjelasan vijja carana sampano yg berarti 9 butir2 vijja dan 15 butir2 carana sampano, blablabla).

sepertinya mirip dengan praktik metode buddho berikut:
http://www.accesstoinsight.org/lib/thai/thate/buddho.html

jadi dibilang membeo kayaknya bukan, tapi dibilang perenungan kualitas2 (dengan intelek / mikir) kayaknya juga bukan.
mohon dikoreksi oleh yg mengerti praktik nienfo atau buddho.
imo, pemahaman ttg dukkha adalah paham buddhism umum, bukan theravada atau mahayana...

jadi intinya hanyalah pengucapan kata saja? trus kalau katanya ada buda anu yang memberi pengampunan, buda anu bikin surga anu, buda anu menampakan diri itu maksudnya apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))