bagaimana agar kita dapat menjadi bijaksana?

Started by wang ai lie, 22 June 2011, 04:47:55 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

johan3000

Quote from: DragonHung on 23 June 2011, 04:08:40 PM
kalo menurut saya sih tidak ada keputusan yang bijaksana yg sifatnya win-win solution dari kasus diatas,  tetap ada karma baik dan buruk yang terjadi, apapun pilihannya.

bisa juga pilih ganti dokter lainnya....

gimana kalau di operasi ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Nevada

Quote from: DragonHung on 23 June 2011, 05:32:07 PM
Gini loh dasar pemikiran saya begini.  Bagi seorang yang mencapai tahap kesucian misalnya sotapanna saja pasti mempunyai prinsip demikian "Dari pada saya harus melakukan pelanggaran sila (membunuh), saya lebih rela kehilangan nyawa dibunuh."

Nyawa aja udah rela dilepaskan, apalagi cuman melepaskan profesi dokter.

Nah kalo bagi umat awam yg berprofesi dokter yah harus tahu konsekuensinya, ada karma baik dan buruk yang diperbuat pada kasus diatas.


Mungkin saja seorang dokter begitu mencapai sotapanna akan langsung berhenti berprofesi sebagai dokter agar tidak terjebak dalam dilema seperti itu. . . . . .  ini hanya opini saya pribadi saja.

Sebenarnya jika kita mengikuti alur pembahasan di thread ini, TS (Bro wang ai lie) hendak membahas perihal "kebijaksanaan duniawi dan kebijaksanaan adi-duniawi". Jadi jika membahas mengenai "kebijaksanaan", tolak ukurnya tidak melulu soal Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat, Sang Buddha, dsb. ^-^

Kebijaksanaan bukanlah hal monopoli milik mereka. Kita non-Ariya juga bisa bijaksana. Saya dapat bijaksana. Kamu juga dapat bijaksana. Bahkan kita semua bisa saja lebih bijaksana daripada Arahat di dalam bidang-bidang tertentu! :D

Seperti yang saya singgung di postingan sebelumnya, kira-kira ada 2 kasus partial-birth abortion dalam sehari di AS dan Kanada. Dalam kasus ini, dokter kandungan dihadapkan pada opsi untuk mengaborsi bayi demi (kadang) menyelamatkan sang ibu. Ini adalah konsekuensi dari seorang dokter. Untuk hal inilah dokter diajari mengenai teknik operasi, praktik membedah, kode etik, dll. Jika bukan dokter kandungan yang melakukannya, lalu siapa lagi?

Dalam kasus PBA ini, memilih untuk menyelamatkan salah satu (sang ibu atau bayi) adalah pilihan yang tidak sederhana. Namun keputusan yang tepat merupakan salah satu bentuk kebijaksanaan. Kebijaksanaan tidak melulu soal "tidak mau melanggar sila". Kita adalah manusia, yang mengenal pengecualian; bukan robot yang selalu terpaku pada "YA" atau "TIDAK" sesuai program.

Nevada

Quote from: Sunyata on 23 June 2011, 05:59:02 PM
Tidak ada pernikahan/berhubungan intim maka tidak akan terjadi kehamilan. Jika tidak terjadi kehamilan maka tidak diperlukan dokter kandungan. Tidak adanya dokter kandungan maka tidak akan menimbulkan dilema yang seperti ini.

Tidak ada pernikahan / berhubungan intim, maka tidak diperlukan pendidikan kedokteran bagian spesialis kandungan. Apa begitu??? ;D

William_phang

Quote from: upasaka on 24 June 2011, 01:24:43 AM
Tidak ada pernikahan / berhubungan intim, maka tidak diperlukan pendidikan kedokteran bagian spesialis kandungan. Apa begitu??? ;D

Saya rasa dokter kandungan tidak hanya urusin orang hamil... masih banyak penyakit kandungan lainnya seperti myom, kista, kanker rahim, kelainan-kelainan lainya...

Kadang ada dokter kandungan yang tidak mau handle masalah kehamilan loh............

Sunyata

Quote from: upasaka on 24 June 2011, 01:24:43 AM
Tidak ada pernikahan / berhubungan intim, maka tidak diperlukan pendidikan kedokteran bagian spesialis kandungan. Apa begitu??? ;D
Saya sendiri pusing atas pernyataan saya sendiri. :hammer:

wang ai lie

Quote from: Sunyata on 24 June 2011, 07:23:27 AM
Saya sendiri pusing atas pernyataan saya sendiri. :hammer:

jangan terlalu diambil pusing bro, tidak ada salahnya mengeluarkan pendapat, kita bisa diskusikan sama2 dan mencari titik temunya , seperti hal kebijaksanaan ini, biasannya orang menganggap bijak itu hal yang mudah, yang penting adil , tetapi tidak pernah terpikir oleh kita , jika dihadapkan sebuah dilema atau masalah yang benar2 sulit untuk mengambil keputusan yang bijaksana, seperti yang menjadi bahasan bro upa dan lainnya.
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Nevada

Quote from: william_phang on 24 June 2011, 06:54:18 AM
Saya rasa dokter kandungan tidak hanya urusin orang hamil... masih banyak penyakit kandungan lainnya seperti myom, kista, kanker rahim, kelainan-kelainan lainya...

Kadang ada dokter kandungan yang tidak mau handle masalah kehamilan loh............

Benar, Bro! Dan untuk kasus PBA, biasanya dibutuhkan dokter spesialis bedah di samping dokter kandungan (SPUG) juga.

EVO

org yg tepat adalah dirimu jika melaksanakan praktek dhamma.kadang putranya walau masih kecil jg mengajarkan kebijaksanaan.begitupun dgn istri.hingga mereka bs menerima buddha dhamma dlm kehidupan anda.dan kehidupan sekeliling kt juga adalah guru kt.jgn muter2 nanti capek sendiri

wang ai lie

baik tentang bagaimana agar kita menjadi bijaksana sudah banyak pandangan yang masuk dan sangat bermanfaat untuk kita, lalu tentu bukan hanya ini saja yang kita butuhkan, untuk selanjutnya saya ingin menanyakan "harus mulai dari mana kita melakukan kebijaksanaan" , terima kasih _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Nevada

Quote from: wang ai lie on 24 June 2011, 12:23:57 PM
baik tentang bagaimana agar kita menjadi bijaksana sudah banyak pandangan yang masuk dan sangat bermanfaat untuk kita, lalu tentu bukan hanya ini saja yang kita butuhkan, untuk selanjutnya saya ingin menanyakan "harus mulai dari mana kita melakukan kebijaksanaan" , terima kasih _/\_

Harus dimulai dari tekad dulu. Sebab jika belum terlatih menjadi bijaksana, suatu saat adakalanya diri kita ingin menjadi orang yang seenaknya dan merasa sebebas-bebasnya. ^-^

[spoiler]
Misalnya dalam sesi pelatihan leadership saya, ada beberapa klien saya yang mulai bisa tampil dengan jiwa kepemimpinannya. Namun beberapa saat kemudian, sifat aslinya (leadership-nya tidak kuat) mulai muncul; dan sikapnya mulai cengengesan lagi. ;D
[/spoiler]

Harpuia

Quote from: Sunyata on 23 June 2011, 05:59:02 PM
Tidak ada pernikahan/berhubungan intim maka tidak akan terjadi kehamilan. Jika tidak terjadi kehamilan maka tidak diperlukan dokter kandungan. Tidak adanya dokter kandungan maka tidak akan menimbulkan dilema yang seperti ini.
kehamilan bisa terjadi tanpa hubungan intim koq.. seperti bayi tabung ;D
zaman dulu gak ada dokter koq, pake dukun beranak.. dan bisa juga bidan..

Harpuia

Quote from: upasaka on 24 June 2011, 12:35:21 PM
Harus dimulai dari tekad dulu. Sebab jika belum terlatih menjadi bijaksana, suatu saat adakalanya diri kita ingin menjadi orang yang seenaknya dan merasa sebebas-bebasnya. ^-^

[spoiler]
Misalnya dalam sesi pelatihan leadership saya, ada beberapa klien saya yang mulai bisa tampil dengan jiwa kepemimpinannya. Namun beberapa saat kemudian, sifat aslinya (leadership-nya tidak kuat) mulai muncul; dan sikapnya mulai cengengesan lagi. ;D
[/spoiler]
ada beberapa hal yang perlu ditambahkan juga Sdr. Upasaka, bukan hanya perihal leadership tidak kuat seseorang menjadi cengengesan.. Namun juga kurang wawasan. Seorang pemimpin akan kurang berwibawa jika tidak disertai dengan "isi" kepala yang berkualitas.

Nevada

Quote from: Harpuia on 24 June 2011, 12:38:58 PM
ada beberapa hal yang perlu ditambahkan juga Sdr. Upasaka, bukan hanya perihal leadership tidak kuat seseorang menjadi cengengesan.. Namun juga kurang wawasan. Seorang pemimpin akan kurang berwibawa jika tidak disertai dengan "isi" kepala yang berkualitas.

Benar. Maksud saya, dibutuhkan tekad kuat sebagai fondasi awal untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Persoalannya, banyak orang yang menyerah di tengah jalan; sebab menjadi pribadi lain terasa sangat memberatkan, dan kadang mereka sudah terlanjur nyaman dengan menjadi pribadi yang tidak berkualitas.

Harpuia

Quote from: upasaka on 24 June 2011, 12:42:31 PM
Benar. Maksud saya, dibutuhkan tekad kuat sebagai fondasi awal untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Persoalannya, banyak orang yang menyerah di tengah jalan; sebab menjadi pribadi lain terasa sangat memberatkan, dan kadang mereka sudah terlanjur nyaman dengan menjadi pribadi yang tidak berkualitas.
menurut Sdr. Upasaka, dari mana tekad itu berasal ?

William_phang

Quote from: Harpuia on 24 June 2011, 12:48:34 PM
menurut Sdr. Upasaka, dari mana tekad itu berasal ?


Tekad itu harus dilatih.... tekad itu adalah didalam diri kita.....