me my mine

Started by hemayanti, 05 June 2011, 11:14:14 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hemayanti

Quote from: helenfransisca on 30 November 2011, 07:06:43 AM
Curcol jg sist, saya juga kadang merasakan hal yang hampir sama. Pada saat menghadapi "keinginan sendiri", pada saat menerima keadaan memang berasa lebih damai, tapi itu cuma berlangsung sementara. Muncul lagi kondisi baru, begitu terus berulan seperti lingkaran. Bagaimana caranya agar qt lbh bs mengontrol keinginan, menerima keadaan tapi sisi lainnya qt tdk menjadi orang yg stag di tempat?
hmm... bagaimana yah  ;D
kalau mengontrol keinginan, ini sepertinya memang harus dilatih bertahap, sedikit demi sedikit, mungkin sama seperti nafsu terhadap makanan, orang yang terbiasa makan banyak akan sulit ketika harus diet dan menahan keinginannya untuk makan makanan yang ia sukai. tidak ada cara yang instan sepertinya selain berlatih setahap demi setahap. berlatih untuk menahan keinginan yang memang tidak perlu, dan berusaha untuk mengerjakan sesuatu yang memang perlu namun malas untuk kita lakukan.
mungkin begitu cc helen, kuncinya adalah latihan.  :)
sebenarnya setelah saya pikir lagi, masalah stag ini kita tidak akan stag ditempat sih, karena semuakan terus berubah, hehehe..  ;D
kalopun setelah merasa puas jadi tidak berusaha lagi, tapi ini pasti tidak akan berlangsung lama. setelah mengetahui bahwa berusaha itu adalah sesuatu yang positif, maka kita akan bangkit lagi untuk berusaha. dan kali ini harus lebih hati2, mungkin mencoba bertindak lebih tenang dan tidak meluber2 semangatnya.  ;D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

helenfransisca

Good opinion sist :)
"Practice make perfect"
Tq
Everything should be made as simple as possible but not simpler

hemayanti

Saya ingat satu cerita, sudah lama saya ingin menuliskannya, tapi selalu saja lupa. ;D
Kisah ini tentang seorang bhikkhu yang cukup saya kenal dan mengenal saya, beliau pernah tinggal di vihara tempat saya mengabdi selama beberapa bulan, sebelum masa vassa hingga perayaan kathina usai beliau pun pergi, kembali ke tempat asal beliau. Menurut info yang saya dengar, beliau mengikuti tradisi bhikkhu hutan.
Saya akan menceritakan kembali, seperti apa yang saya dengar, mengapa saya ingin menceritakan kembali? karena ketika mendengarnya, saya sempat terkesima dengan ceritanya, saya sangat terkesan, dan sepertinya ini adalah hal yang belum pernah saya temui, bahkan di tengah ricuhnya perdebatan antara umat dan bhikkhu, masih terselip kisah merdu ini di telinga saya. :)
Saya tidak tau kapan tepatnya beliau meninggalkan vihara, tapi ketika mendengar cerita ini beliau ternyata sudah pergi, tentunya bukan kabur ya, tapi pergi dengan baik2 dan meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Sebelumnya, ketika masih berdiam di vihara, beliau sempat diminta untuk mengisi perayaan kathina di sekolah minggu, karena kebetulan waktu itu hanya beliau yang ada di tempat. Seperti aturan yang telah ditetapkan, seorang bhikkhu yang menghadiri perayaan kathina juga akan mendapat sepersekian dari dana yang terkumpul. Dan tentu saya beliau juga akan diberikan haknya sebagaimana ketentuan yang telah ditetapkan. Tetapi kenyataannya beliau tidak mau menerima dan malah mendanakan semua bagian itu ke sekolah minggu. :)
Tidak hanya itu, dana catupacaya yang didanakan oleh umat ketika beliau berdiam di vihara, yang jumlahnya cukup besar juga tidak dibawa masuk kantong, melainkan di danakan ke vihara. Ketika ditanya kenapa? beliau kemudian menjawab bahwa beliau selalu ingat akan pesan gurunya. Sebelum beliau ke Indonesia, gurunya sempat menitipkan pesan bahwa, ada 3 hal yang harus selalu kamu ingat:
1. jika disuatu tempat kamu mulai dikenal, mulai banyak yang mengagumimu, maka tinggalkanlah tempat itu.
2. jika disuatu tempat, kamu mulai mendapatkan banyak dana, maka tinggalkanlah tempat itu.
3. jika disuatu tempat, dimana kamu selalu mendapatkan makanan yang enak, maka tinggalkanlah tempat itu.

Tiga hal ini yang ketika saya dengar, cukup membuat saya merinding. Dan itulah hal terakhir yang paling berkesan, yang akan terus saya ingat dari beliau. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Indra

Quote from: hemayanti on 03 January 2012, 09:11:17 PM

1. jika disuatu tempat kamu mulai dikenal, mulai banyak yang mengagumimu, maka tinggalkanlah tempat itu.
2. jika disuatu tempat, kamu mulai mendapatkan banyak dana, maka tinggalkanlah tempat itu.
3. jika disuatu tempat, dimana kamu selalu mendapatkan makanan yang enak, maka tinggalkanlah tempat itu.

Tiga hal ini yang ketika saya dengar, cukup membuat saya merinding. Dan itulah hal terakhir yang paling berkesan, yang akan terus saya ingat dari beliau. :)

sungguh layak menjadi seorang siswa Sang Buddha

hemayanti

untuk poin satu dan tiga, om indra juga harus segera meninggalkan tempat dimana om tinggal sekarang.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

dipasena

Quote from: Indra on 03 January 2012, 09:15:36 PM
sungguh layak menjadi seorang siswa Sang Buddha

klo om jg siswa sang buddha ?

Indra

Quote from: hemayanti on 03 January 2012, 09:24:19 PM
untuk poin satu dan tiga, om indra juga harus segera meninggalkan tempat dimana om tinggal sekarang.
gue memang selalu pindah2, dari meja ke kasur, dan sebaliknya

Indra

Quote from: dato' tono on 03 January 2012, 09:36:33 PM
klo om jg siswa sang buddha ?

gue belum berani mengaku spt itu

dipasena

Quote from: Indra on 03 January 2012, 09:43:42 PM
gue belum berani mengaku spt itu

jd ngapain belajar dhamma ? ;D

Indra

Quote from: dato' tono on 03 January 2012, 09:49:05 PM
jd ngapain belajar dhamma ? ;D

supaya nantinya bisa ngaku begitu

dipasena

Quote from: Indra on 03 January 2012, 09:50:45 PM
supaya nantinya bisa ngaku begitu

jd kapan kira2 bakal ngaku begitu ?

dato' siap koq menampung semua materi yg om miliki... seperti tindakan bhikkhu yg ada di cerita... kabari ya om, jgn lupa...

:))

Janindra d' Sihamuni

Quote from: hemayanti on 03 January 2012, 09:11:17 PM
Saya ingat satu cerita, sudah lama saya ingin menuliskannya, tapi selalu saja lupa. ;D
Kisah ini tentang seorang bhikkhu yang cukup saya kenal dan mengenal saya, beliau pernah tinggal di vihara tempat saya mengabdi selama beberapa bulan, sebelum masa vassa hingga perayaan kathina usai beliau pun pergi, kembali ke tempat asal beliau. Menurut info yang saya dengar, beliau mengikuti tradisi bhikkhu hutan.
Saya akan menceritakan kembali, seperti apa yang saya dengar, mengapa saya ingin menceritakan kembali? karena ketika mendengarnya, saya sempat terkesima dengan ceritanya, saya sangat terkesan, dan sepertinya ini adalah hal yang belum pernah saya temui, bahkan di tengah ricuhnya perdebatan antara umat dan bhikkhu, masih terselip kisah merdu ini di telinga saya. :)
Saya tidak tau kapan tepatnya beliau meninggalkan vihara, tapi ketika mendengar cerita ini beliau ternyata sudah pergi, tentunya bukan kabur ya, tapi pergi dengan baik2 dan meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Sebelumnya, ketika masih berdiam di vihara, beliau sempat diminta untuk mengisi perayaan kathina di sekolah minggu, karena kebetulan waktu itu hanya beliau yang ada di tempat. Seperti aturan yang telah ditetapkan, seorang bhikkhu yang menghadiri perayaan kathina juga akan mendapat sepersekian dari dana yang terkumpul. Dan tentu saya beliau juga akan diberikan haknya sebagaimana ketentuan yang telah ditetapkan. Tetapi kenyataannya beliau tidak mau menerima dan malah mendanakan semua bagian itu ke sekolah minggu. :)
Tidak hanya itu, dana catupacaya yang didanakan oleh umat ketika beliau berdiam di vihara, yang jumlahnya cukup besar juga tidak dibawa masuk kantong, melainkan di danakan ke vihara. Ketika ditanya kenapa? beliau kemudian menjawab bahwa beliau selalu ingat akan pesan gurunya. Sebelum beliau ke Indonesia, gurunya sempat menitipkan pesan bahwa, ada 3 hal yang harus selalu kamu ingat:
1. jika disuatu tempat kamu mulai dikenal, mulai banyak yang mengagumimu, maka tinggalkanlah tempat itu.
2. jika disuatu tempat, kamu mulai mendapatkan banyak dana, maka tinggalkanlah tempat itu.
3. jika disuatu tempat, dimana kamu selalu mendapatkan makanan yang enak, maka tinggalkanlah tempat itu.

Tiga hal ini yang ketika saya dengar, cukup membuat saya merinding. Dan itulah hal terakhir yang paling berkesan, yang akan terus saya ingat dari beliau. :)

cc boleh tau siapa nama Bhante nya???  :) keren kata2 nya...
bocah gitar!!! ;D ;D ;D 

Janindra d' Sihamuni

Quote from: hemayanti on 03 January 2012, 09:24:19 PM
untuk poin satu dan tiga, om indra juga harus segera meninggalkan tempat dimana om tinggal sekarang.


hahahaha....... ^:)^ ^:)^  untuk ce Hema : bagaimana seandainya menurut om Indra makanan apapun yg dia makan..semuanya terasa enak?

bisa aja bagi om Indra,enak atau ga itu relatif.... ;D ;D ;D

*persepsi aja kok om indra... ^-^ ^-^
bocah gitar!!! ;D ;D ;D 

Indra

Quote from: dato' tono on 03 January 2012, 09:54:37 PM
jd kapan kira2 bakal ngaku begitu ?

dato' siap koq menampung semua materi yg om miliki... seperti tindakan bhikkhu yg ada di cerita... kabari ya om, jgn lupa...

:))

gak lewat kappa ini pastinya

Mr.Jhonz

 [at] hemayanti
Kamma baikMU sungguh besar bisa bertemu bhikkhu yg demikian..
Kalo sy seringnya ketemu bhikkhu akuntan,yg diomongin cuma dana,dana,dan dana... :hammer:
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"