News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

[ASK]Rupang Buda di mandiin?

Started by ryu, 09 May 2011, 08:54:00 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

williamhalim

Quote from: dhanuttono on 10 May 2011, 01:04:13 PM
kan klo rupang di taruh di altar, kena debu, kena sarang laba2, kena kotoran cecak/serangga, kena lumut, berkerak... jd ya patut la dibersihkan, ya dgn kata lain di mandiin, kan itu adalah objek penghormatan... agar enak dipandang rupang tersebut, setlah itu viriya kita muncul lebih besar ketika kita melakukan puja bhakti... sehingga bisa meningkatkan saddha... :D

ingat lah, kebersihan sebahagian dr saddha... (sutta-tono, IX : 68)

Kalo membersihkan begitu sih gpp Bro.. wajarlah..

Yg prihatinnya begini:

Yang terjadi adalah: rupang besar diturunkan dari altar, umat bergantian membersihkan bagian2 tubuh dari rupang dengan cara mengusap2 bagian2 tubuh rupang tsb dengan air dan kain. Hal ini dilakukan baik oleh pria maupun... para wanita... plus muka-muka yg mencerminkan 'ngarep.com' (wow menyentuh rupang utama, bisa membawa berkah nih... plus melirik2 kain yg digunakan untuk prosesi tsb, rencananya mau diembat bawa pulang, oh ya.. air bekas mandian tiba-tiba juga naik derajatnya menjadi air zam2/air lordes).

Umat2 ini antri, semua orang mengharapkan mendapatkan giliran... ada yg memilih mengusap2 bagian muka, bahu, punggung, hingga bagian paha... (jika patung bisa bicara, mungkin dia akan protes, gue -seorang bhikkhu- lagi meditasi kok diusap2 pahanya oleh banyak wanita).

----

ritual.. kalo dilakukan dengan pengertian benar masih gpp, tapi yg terjadi adalah ritual dilakukan dengan salah kaprah... jadi, dipikir2 nggak heran umum menilai umat buddha adalah umat penyembah patung.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

xenocross

lah yang aku tahu cuma mengguyur air pake centongan ke rupang bayi Siddharta yang baru lahir...
pake air bunga
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

wang ai lie

maaf bro william ada masukan sedikit, orang umum atau dari sebelah berpendapat bahwa agama buddha menyembah berhala bukan dari cara ritual kita sebelumnya, tapi kebanyakan mereka berpedoman kepada kitab mereka dan 10 hukum taurat mereka, dan juga dimana ada media patung di altar baik dari agama apapun pasti akan di cap oleh mereka sebagai penyembah berhala, dalam hal ini ka****k pernah di cap sebagai penyembah berhala karena salib mereka ada patung MR J .
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

ryu

Quote from: xenocross on 10 May 2011, 01:49:10 PM
lah yang aku tahu cuma mengguyur air pake centongan ke rupang bayi Siddharta yang baru lahir...
pake air bunga
iya
aye juga pernah ikut kek ginian, bingung ngapain, dah gitu biksunya cang cing cong pake bahasa yang kaga ngerti

alhasil pulang dengan wajah kaga ngarti =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Mahadeva

di sini ada sutra ttg memandikan Buddha rupang, termasuk manfaat yang diperoleh (rupang jadi bersih)..

http://dhammacitta.org/perpustakaan/kumpulan-beberapa-sutra-buddhisme-mahayana-1/


dipasena

Quote from: williamhalim on 10 May 2011, 01:42:07 PM
Kalo membersihkan begitu sih gpp Bro.. wajarlah..

Yg prihatinnya begini:

Yang terjadi adalah: rupang besar diturunkan dari altar, umat bergantian membersihkan bagian2 tubuh dari rupang dengan cara mengusap2 bagian2 tubuh rupang tsb dengan air dan kain. Hal ini dilakukan baik oleh pria maupun... para wanita... plus muka-muka yg mencerminkan 'ngarep.com' (wow menyentuh rupang utama, bisa membawa berkah nih... plus melirik2 kain yg digunakan untuk prosesi tsb, rencananya mau diembat bawa pulang, oh ya.. air bekas mandian tiba-tiba juga naik derajatnya menjadi air zam2/air lordes).

Umat2 ini antri, semua orang mengharapkan mendapatkan giliran... ada yg memilih mengusap2 bagian muka, bahu, punggung, hingga bagian paha... (jika patung bisa bicara, mungkin dia akan protes, gue -seorang bhikkhu- lagi meditasi kok diusap2 pahanya oleh banyak wanita).

----

ritual.. kalo dilakukan dengan pengertian benar masih gpp, tapi yg terjadi adalah ritual dilakukan dengan salah kaprah... jadi, dipikir2 nggak heran umum menilai umat buddha adalah umat penyembah patung.

::

itu dia, kenapa aa tulis candaan sebelumnya, ya agar image bahwa prosesi pembersihan rupang tidak ada hubungan nya dengan berkah2, sampe2 kegiatan tersebut berkembang menjadi kegiatan tahunan n pake ritual2 khusus ...

masalah yg muncul adalah adanya pengertian salah yg ada dibenak umat, tp koq ga ada yg menyalahkan ritual tersebut n terkesan membiarkan terjadi tanpa ada pengertian yg benar tentang proses pembersihan rupang, bahkan oleh seorang bhikkhu sekalipun.

bersihkan rupang, murni karena emang rupang tersebut kotor, agar objek penghormatan lebih terlihat enak dipandang, selebihnya tidak ada manfaat lain apalagi dikait2kan dengan berkah...

xenocross

ya sebenarnya kan mirip dengan memberi persembahan di altar

Kenapa memberi persembahan di altar? Patung kan gak bisa makan. Buddha juga sudah tidak ada. Apa ada manfaat memberi persembahan atau menghormat ke rupang Buddha?

Kalau pakai pemikiran begini: "Malangnya saya lahir di periode ketika tidak ada Buddha yang bisa diberikan persembahan dan diberikan penghormatan. Tetapi jika saya membayangkan Buddha masih hidup dan ada di depan saya dan dengan pikiran yang yakin saya memberikan persembahan, mungkin saya akan mendapatkan sedikit karma baik melalui pikiran (mano-kusala-kamma)"

Dengan pikiran seperti ini orang dapat memperdalam bakti dan keyakinannya sambil mengharapkan sedikit karma baik dengan cara memberikan persembahan kepada rupang Buddha. Tentunya tidak dengan berlebihan dijadikan berhala karena patung hanyalah sarana visualisasi.

Dengan cara yang sama, saya bisa berpikir "Malangnya saya tidak hadir ketika Bodhisattva dillahirkan di dunia. Coba saya disitu, pasti saya akan ikut memandikan. Sekarang saya akan membayangkan Bodhisattva hadir di depan saya dalam kondisi baru lahir dan saya akan ikut memandikan beliau"
Itu caraku berpikir waktu ikutan acara memandikan rupang bayi Siddharta yang baru lahir.

tapi saya gak ikutan minta airnya lho. Cuma ikut siram 3x lalu pergi.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

ryu

Quote from: xenocross on 11 May 2011, 08:32:32 AM
ya sebenarnya kan mirip dengan memberi persembahan di altar

Kenapa memberi persembahan di altar? Patung kan gak bisa makan. Buddha juga sudah tidak ada. Apa ada manfaat memberi persembahan atau menghormat ke rupang Buddha?

Kalau pakai pemikiran begini: "Malangnya saya lahir di periode ketika tidak ada Buddha yang bisa diberikan persembahan dan diberikan penghormatan. Tetapi jika saya membayangkan Buddha masih hidup dan ada di depan saya dan dengan pikiran yang yakin saya memberikan persembahan, mungkin saya akan mendapatkan sedikit karma baik melalui pikiran (mano-kusala-kamma)"

Dengan pikiran seperti ini orang dapat memperdalam bakti dan keyakinannya sambil mengharapkan sedikit karma baik dengan cara memberikan persembahan kepada rupang Buddha. Tentunya tidak dengan berlebihan dijadikan berhala karena patung hanyalah sarana visualisasi.

Dengan cara yang sama, saya bisa berpikir "Malangnya saya tidak hadir ketika Bodhisattva dillahirkan di dunia. Coba saya disitu, pasti saya akan ikut memandikan. Sekarang saya akan membayangkan Bodhisattva hadir di depan saya dalam kondisi baru lahir dan saya akan ikut memandikan beliau"
Itu caraku berpikir waktu ikutan acara memandikan rupang bayi Siddharta yang baru lahir.

tapi saya gak ikutan minta airnya lho. Cuma ikut siram 3x lalu pergi.
ok lah kalau anda berpendapat begitu, tapi umat lain apakah berpendapat seperti itu?
apakah ada yang memberitahu hal ini kepada umat?
atau hanya membiarkan umat manggut2 aja tanpa mengetahui "visualisasi" seperti ini?
atau umat buda harus mencari tau sendiri hal2 seperti ini?
berapa banyak yang mengetahui hal ini?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

xenocross

Quote from: ryu on 11 May 2011, 09:58:16 AM
ok lah kalau anda berpendapat begitu, tapi umat lain apakah berpendapat seperti itu?
apakah ada yang memberitahu hal ini kepada umat?
atau hanya membiarkan umat manggut2 aja tanpa mengetahui "visualisasi" seperti ini?
atau umat buda harus mencari tau sendiri hal2 seperti ini?
berapa banyak yang mengetahui hal ini?

kalau yang belajar agama Buddhanya bener ya tahu
Mungkin bervariasi jg cara visualisasinya
jumlahnya gak tahu, dikit kali ya

yaaaaah begitulaaaaah
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

rooney

Quote from: xenocross on 11 May 2011, 08:32:32 AM
Dengan cara yang sama, saya bisa berpikir "Malangnya saya tidak hadir ketika Bodhisattva dillahirkan di dunia. Coba saya disitu, pasti saya akan ikut memandikan. Sekarang saya akan membayangkan Bodhisattva hadir di depan saya dalam kondisi baru lahir dan saya akan ikut memandikan beliau"
Itu caraku berpikir waktu ikutan acara memandikan rupang bayi Siddharta yang baru lahir.

tapi saya gak ikutan minta airnya lho. Cuma ikut siram 3x lalu pergi.

Memangnya ketika Bodhisatta lahir, semua orang pada bondong-bondong memandikan ?   :-?

williamhalim

Quote from: xenocross on 11 May 2011, 08:32:32 AM
Dengan cara yang sama, saya bisa berpikir "Malangnya saya tidak hadir ketika Bodhisattva dillahirkan di dunia. Coba saya disitu, pasti saya akan ikut memandikan. Sekarang saya akan membayangkan Bodhisattva hadir di depan saya dalam kondisi baru lahir dan saya akan ikut memandikan beliau"
Itu caraku berpikir waktu ikutan acara memandikan rupang bayi Siddharta yang baru lahir.

tapi saya gak ikutan minta airnya lho. Cuma ikut siram 3x lalu pergi.

Yg di bold diatas: oke lah... masih bisa dimaklumi...

Jika kejadiannya: para perempuan memandikan dan membersihkan seluruh bagian tubuh rupang Buddha dewasa yg dalam posisi meditasi,... kira2 ritual ini melambangkan apa ya?


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

terus berarti perempuan gak boleh membersihkan rupang?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Indra

sebenarnya manusia memandikan rupang Buddha juga tidak tepat melambangkan event kelahiran pangerang Siddhattha, menurut teks, air yg memancar dan memandikan Bayi Sang Pangeran dan ibunya itu adalah air alami, bukan diguyur oleh brahma, dewa, apalagi manusia

ryu

Quote from: Indra on 11 May 2011, 03:47:30 PM
sebenarnya manusia memandikan rupang Buddha juga tidak tepat melambangkan event kelahiran pangerang Siddhattha, menurut teks, air yg memancar dan memandikan Bayi Sang Pangeran dan ibunya itu adalah air alami, bukan diguyur oleh brahma, dewa, apalagi manusia
ketika memandikan, diadakan upacara, tujuan baca2 keng / yang lain yang di pimpin oleh biksu itu untuk apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ryu on 11 May 2011, 03:49:46 PM
ketika memandikan, diadakan upacara, tujuan baca2 keng / yang lain yang di pimpin oleh biksu itu untuk apa?

yah saya tidak melihat esensi dari segala macam ritual yg justru malah membodohkan umat itu selain bahwa upacara adalah salah satu sumber income