News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Berbuat Baik memunculkan Lobha

Started by silemot, 05 May 2011, 08:40:36 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

wang ai lie

Quote from: silemot on 05 May 2011, 10:27:47 AM
adakah cara untuk mengurangi kemelekatan thd perbuatan baik tsb bro? untuk mengurangi kemelakatan thd makanan, benda atau org yg kita senangi dapat dilakukan athasila, dan menyadari anatta. bagaimana dengan perbuatan baik itu sndiri bro?
berbuat baik tanpa di hitung perbuatan baik yang sudah dilakukan, akan membantu mengurangi kemelekatan pada perbuatan baik.

apakah selama berbuat baik selalu di ingat-ingat?

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

K.K.

Quote from: silemot on 05 May 2011, 08:40:36 AM
Teman2 seddhama, saya ingin bertanya sekaligus sharing.
Akhir-akhir ini saya sibuk dengan 3 event yang bersifat sukarela. satu persatu event telah saya lewati. saya juga selalu mengikuti SPD di suatu vihara dan pulang malam hari.
pada saat saya meditasi saya menjadi tidak bisa fokus krn terlalu banyak yang saya harus pikirkan dan handle event2 tersebut. kemudian saya melakukan perenungan terhadap diri saya. saya menyadari jika Lobha muncul untuk melakukan perbuatan baik terus-menerus. selama ini dalam pikiran saya adl "selagi masi muda, dan memiliki kesempatan untuk berbuat baik kenapa tidak saya lakukan, terus menanam perbuatan baik tersebut". Cara pandang yang seperti itu membuat saya menjadi mau melakukan perbuatan baik terus-menerus, lagi dan lagi. sampai ada event yang saya jalani bentrok dengan event lain, saya merasa kecewa krn harus memilih salah satu event tersebut (salah satu dari event tsb butuh tanggung jawab saya, dan satunya lagi adalah donor darah)

yang mau saya tanyakan:
1. apakah salah jika muncul Lobha dalam melakukan kebajikan?
Kalau dalam Ajaran Buddha, bukan masalah benar/salah, tapi bermanfaat atau tidak. Apakah tamak dalam berbuat bajik bermanfaat? Tidak bermanfaat, karena tetap akan menimbulkan ketidakpuasan. Contohnya sudah dialami sendiri, kalau ada event yang terlewat, timbul perasaan kecewa.

Quote2. bagaimana cara menangani nya?

Mettacittena
Silemot
Saya ingat nasihat dari Bhante Uttamo: "berbuat baiklah demi perbuatan baik itu sendiri." Maksudnya kita tidak berbuat baik demi buah kamma, demi dipuji, atau demi apapun, sebab hal yang di-demi-demi-kan itu membuat kita 'hidup di masa depan'. Hiduplah dalam kekinian, maka kita tidak dikuasai ketidakpuasan.

Mengenai viriya dan lobha, viriya ini adalah semangat yang sifatnya menggerakkan, kebalikan dari kelambanan/kemalasan; sedangkan lobha adalah kemelekatan pada objek yang cenderung menghasilkan perasaan senang (jika dapat) dan tidak senang (kalau gagal). Keduanya bisa saling mempengaruhi, tapi tidak selalu tergantung satu sama lain.

Adhitthana

Jawaban dari someone  ;D

seseorang hendaknya jangan takut untuk berbuat baik atas dasar apakah terlalu banyak berbuat baik merupakan keserakahan ataukah tidak. Sang Buddha telah menasehati umatnya untuk mengumpulkan kebajikan sebanyak-banyaknya. Sebagai contoh, dalam Dhammapada syair 118, Sang Buddha mengatakan, "PUññañce puriso kāyirā, kāyirethetaṃ punappunaṃ - Jika seseorang melakukan kebajikan, ia hendaknya melakukannya lagi dan lagi". Dhammapada syair 122: " udabindunipātena, udakumbhopi pūrati, dhīro pūrati puññāssa, thokaṃ thokampi ūcinaṃ - Seperti halnya setetes demi setetes air akan memenuhi tong, demikian pula seorang bijak akan mengumpulkan kebajikannya sedikit demi sedikit". Ada banyak sutta di mana Sang Buddha menekankan pentingnya kebajikan. Oleh karena itu, pertama, kita tidak usah takut apakah kebajikan tersebut akan merupakan keserakahan ataukah tidak. Seiring dengan waktu, kita akan mengetahui bahwa ternyata kemelekatan terhadap perbuatan baik ternyata juga menimbulkan penderitaan. Ini bisa dilihat dalam kasus yang ada di Dhammacitta. Seseorang menjadi kecewa ketika ia tidak bisa melakukan kecewa. Sebenarnya di sini yang menjadi masalah orang tersebut adalah BUKAN KEBAJIKANNYA, melainkan, KEMELEKATAN PIKIRAN. Dlm hal ini, yang harus dilenyapkan adalah kemelekatan pikirannya dan bukan kebajikannya. Oleh karena itu, dalam ajaran Buddha, selain seseorang melakukan kebajikan, ia pun harus mengembangkan kebijaksanaan sehingga jika muncul penderitaaan atau konflik batin karena tidak puas terhadap kebajikannya ia bisa mengatasinya melalui kebijaksanaan. Melalui kebijaksanaan itu, ia tahu bahwa yang menjadi dalang penyebab pikiran konflik bukanlah kebajikan yang ia lakukan melainkan kemelekatan pikiran terhadap kebajikan tersebut / keinginan (taṇha) untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Melihat melalui kebijaksanaan demikian, ia akan mampu melihat mana yang terbaik untuk dilakukan demi manfaat diri sendiri maupun orang lain. Ia akan tetap melakukan kebajikan seperti biasanya tanpa harus kehilangan kedamaian pikirannya. Semoga membantu.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

icykalimu

1. kalau muncul lobha ya jelas salah.
yg pasti berbuat baik gak usah terlalu dipikir apakah kita akan menerima buahnya atau tidak.

2. cara mengatasinya dgn sila dan samadhi.
sila artinya tdk berbuat jahat. bukan berarti kita hrs berbuat baik.
samadhi utk mengurangi lobha itu.
...

waliagung

ini dia apapun yg lebih tidak lebih baik dari yg cukup

apapun yg cukup pasti tidak akan ada kekecewaan