SEANDAINYA Pancakkhandha, Kelima Khandha ini, adalah "Diri, Milik Diri"

Started by Utphala Dhamma, 29 April 2011, 04:34:09 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Utphala Dhamma

SEANDAINYA Pancakkhandha, Kelima Khandha, adalah "Diri, Milik Diri"

Bila fenomena JASMANI [rupa] adalah diri & milik diri, jasmani bisa mutlak kita kuasai & inginkan sesuka hati kita tanpa tergantung suatu kondisi-kondisi penyebab/penunjangnya (bisa bebas dari mekanisme keterkondisiannya, proses alami sebab akibat impersonal); memiliki bentuk & pertumbuhan sesuka kita, bebas mengatur denyut jantung, bebas menentukan seberapa cepat pertumbuhan rambut/kuku/dsb, tidak perlu bernapas & makan minum, tidak melapuk, tidak menua, tidak rusak, kekal, bebas dari ketidakkekalan, selalu memuaskan, tidak pernah tak memuaskan, dsb.

Bila fenomena PERASAAN [vedana] adalah diri & milik diri, perasaan bisa mutlak kita kuasai & inginkan sesuka hati kita tanpa tergantung suatu kondisi-kondisi penyebab/penunjangnya (bisa bebas dari mekanisme keterkondisiannya, proses alami sebab akibat impersonal); selalu bahagia, tidak pernah sakit atau sedih atau menderita, kekal, selalu memuaskan, tidak pernah tak memuaskan, dsb.

Bila fenomena PERSEPSI [sañña] adalah diri & milik diri, persepsi bisa mutlak kita kuasai & inginkan sesuka hati kita tanpa tergantung suatu kondisi-kondisi penyebab/penunjangnya (bisa bebas dari mekanisme keterkondisiannya, proses alami sebab akibat impersonal); bisa bebas mengatur persepsi dari pancaindera & persepsi dari pikiran, 'seperti ini', 'jangan seperti itu' tanpa tergantung keterbatasan mekanisme indera, bisa lenyap atau ada seperti yang kita inginkan, kekal, selalu memuaskan, tidak pernah tak memuaskan, dsb.

Bila fenomena BENTUK-BENTUK BATIN/AKTIVITAS PIKIRAN [sankhara] adalah diri & milik diri, sankhara bisa mutlak kita kuasai & inginkan sesuka hati kita tanpa tergantung suatu kondisi-kondisi penyebab/penunjangnya (bisa bebas dari mekanisme keterkondisiannya, proses alami sebab akibat impersonal); bebas dari bentuk-2 batin yg tak diinginkan (nafsu, kebencian, kebodohan), bebas mempertahankan yang diinginkan (welas asih, konsentrasi, ketenangan, kegiuran, dll), 'semoga kehendak seperti ini tidak seperti itu', 'semoga sankhara selalu membentuk di alam bahagia', 'semoga sankhara tidak membentuk di alam menderita', 'semoga sankhara membentuk di alam tertentu saja', 'semoga sankhara tidak membentuk lagi', 'semoga sankhara lekas terbebas dari avijja & segala kekotoran batin', bisa dipertahankan, kekal, selalu memuaskan, tidak pernah tak memuaskan, dsb.

Bila fenomena KESADARAN [viññana] adalah diri & milik diri, kesadaran bisa mutlak kita kuasai & inginkan sesuka hati kita tanpa tergantung suatu kondisi-kondisi penyebab/penunjangnya (bisa bebas dari mekanisme keterkondisiannya, proses alami sebab akibat impersonal); dapat bebas sekehendak hati mengaturnya agar selalu terjaga menerima rangsangan objek di 6 gerbang indera siang maupun malam; tak terpengaruh obat-obatan, makanan, atau minuman, tidak terpengaruh kondisi jasmani, atau bebas mengaturnya hadir pada gerbang indera tertentu saja dalam waktu yang tak terbatas sekehendak kita, bisa dipertahankan, kekal, selalu memuaskan, tidak pernah tak memuaskan, dsb.

--->> TAPI KARENA mereka BUKAN DIRI/BUKAN PERSONAL & BUKAN MILIK KITA, mereka memiliki sifat tipikal, kondisi-kondisi penunjang, mekanisme keterkondisiannya, & perilaku alaminya sendiri, dan bekerja atau berproses sesuai proses sebab akibat impersonal, mengikuti hukum alaminya.

KARENA bukan diri/personal (ANATTA) & kosong dari suatu diri/ personal (SUÑÑATA), Mereka timbul, ada, berubah, berproses, & lenyap; berperilaku sesuai kondisi-kondisi penunjangnya dan mengikuti hukum alaminya, DENGAN atau TANPA SEPENGETAHUAN kita, SEJALAN atau TIDAK SEJALAN dengan keinginan/kehendak...

Utphala Dhamma

QuoteSN 22.59. ANATTA-LAKKHANA SUTTA: Khotbah tentang Karakteristik Bukan-Diri


Demikian yang telah kudengar. Pada suatu waktu Yang Terberkahi sedang tinggal di Varanasi di dalam tempat peristirahatan perburuan di Isipatana. Beliau berbicara pada kelompok lima orang bhikkhu:
"Jasmani, para bhikkhu, adalah bukan diri. JIKA JASMANI ADALAH DIRI, JASMANI INI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Akan mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan jasmani,'Semoga jasmani ini menjadi demikian. Semoga jasmani ini tidak menjadi demikian.'
TETAPI KARENA JASMANI BUKAN DIRI, MAKA JASMANI MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Dan tidaklah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan jasmani, 'Semoga jasmani ini menjadi demikian. Semoga jasmani ini tidak menjadi demikian'

"Perasaan (sensasi) bukanlah diri...
"Persepsi bukanlah diri...
"Bentukan [batin] bukanlah diri...

"Kesadaran bukanlah diri. JIKA KESADARAN ADALAH DIRI, KESADARAN INI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Adalah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan kesadaran, 'Semoga kesadaranku menjadi demikian. Semoga kesadaranku tidak menjadi demikian.'
TETAPI KARENA KESADARAN BUKAN DIRI, KESADARAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Dan tidaklah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan kesadaran, 'Semoga kesadaranku menjadi demikian. Semoga kesadaranku tidak menjadi demikian'

"Bagaimana menurutmu, para bhikkhu — Apakah jasmani kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan (memuaskan) atau penderitaan (tidak memuaskan)?"
"Penderitaan (tidak memuaskan), Bhante."

"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
Tidak, Bhante."

"Apakah perasaan..., persepsi..., bentukan..., kesadaran kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Bagaimana menurutmu, para bhikkhu — Apakah kesadaran kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan (memuaskan) atau penderitaan (tidak memuaskan) ?"
"Penderitaan (tidak memuaskan), Bhante."

"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
"Tidak, Bhante."

"Karena itu, para bhikkhu, apapun jasmani di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; apapun jasmani dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'

"Perasaan (sensasi) apapun...Persepsi apapun... Bentukan [batin] apapun... Kesadaran apapun di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: apapun kesadaran dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'

"Melihat demikian, siswa Ariya, yang telah memahaminya dengan baik, menjadi:
TAK TERPESONA pada jasmani,
TAK TERPESONA pada perasaan,
TAK TERPESONA pada persepsi,
TAK TERPESONA pada bentukan [batin],
TAK TERPESONA pada kesadaran.
SETELAH TAK TERPESONA [nibbida] dia menjadi TIDAK TERTARIK [viraga, padamnya nafsu].
SETELAH tidak tertarik, dia TERBEBAS SEPENUHNYA [vimutti].
Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan [asavakkhayañana], 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengetahui bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini' (lingkaran samsara terpatahkan)."

Demikian yang dikatakan Sang Bhagava. Berterimakasih, kelompok lima bhikkhu tersebut gembira atas kata-kata Beliau. Sewaktu penjelasan ini sedang diberikan, batin kelompok lima bhikkhu, melalui ketidakmelekatan, terbebas sepenuhnya dari kekotoran batin.