News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Menjadi Bhikku

Started by Rajoharanam, 06 April 2011, 08:41:42 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: ryu on 07 April 2011, 10:49:01 AM
soal mapan tidak akan ada habisnya, ada yang mengatakan :
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
--
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
--kalau nunggu tumibal lahir tar kha ga tau jadi apa nanti, mending kalau jadi budis lagi kalau jadi umat lain khan susah lagi tuh :))
Yang dihindari adalah mengumpulkan harta di sini (=kekayaan duniawi) tapi tidak tidak mengumpulkan harta di sorga (yaitu dengan perbuatan baik). Saya rasa tidak ada salahnya seseorang mengumpulkan keduanya.
Mengenai 'semua akan ditambahkan kepadamu', saya melihat bahwa pengikut 'orang yang mengatakan hal tersebut' juga ada yang miskin. Sebaliknya, yang bukan pengikutnya juga ada yang kaya. Jadi kurang kredibel perkataannya.

Kembali ke lingkungan Buddhisme, seperti saya bilang, untuk melaksanakan cita-cita luhur dalam agama Buddha tidak selalu harus jadi bhikkhu, jadi tidak perlu tunggu tumimbal lahir dan lainnya.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 April 2011, 11:05:00 AM
Yang dihindari adalah mengumpulkan harta di sini (=kekayaan duniawi) tapi tidak tidak mengumpulkan harta di sorga (yaitu dengan perbuatan baik). Saya rasa tidak ada salahnya seseorang mengumpulkan keduanya.
Mengenai 'semua akan ditambahkan kepadamu', saya melihat bahwa pengikut 'orang yang mengatakan hal tersebut' juga ada yang miskin. Sebaliknya, yang bukan pengikutnya juga ada yang kaya. Jadi kurang kredibel perkataannya.

Kembali ke lingkungan Buddhisme, seperti saya bilang, untuk melaksanakan cita-cita luhur dalam agama Buddha tidak selalu harus jadi bhikkhu, jadi tidak perlu tunggu tumimbal lahir dan lainnya.
kalau dalam lingkungan budis, carilah kerajaan dan kebenarannya, "jadi biku juga bisa" mungkin karena "jadi biku" siapa tau akan ditambahkan semuanya "padamu dan keluarganya"
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 07 April 2011, 11:10:40 AM
kalau dalam lingkungan budis, carilah kerajaan dan kebenarannya, "jadi biku juga bisa" mungkin karena "jadi biku" siapa tau akan ditambahkan semuanya "padamu dan keluarganya"
Kalau dalam Buddhisme, semua adalah sebab dan akibat, tidak ada pihak ke tiga yang 'menambahkan kepadamu'.

lobsangchandra

Quote from: Rajoharanam on 06 April 2011, 08:41:42 PM
Saya telah berkeluarga dan punya anak, namun saya berkeinginan menjadi Bhikku. Apa yang bisa saya lakukan? saya bukanlah orang kaya yang bisa memberikan jaminan perekonomian yang layak bagi anak dan istri saya, saya adalah pekerja yang menjadi tulang punggung keluarga. karena yang saya tahu selain mendapat persetujuan dari keluarga salah satu syarat untuk bisa meninggalkan kehidupan berumah tangga adalah bisa memberikan jaminan kehidupan yang layak bagi keluarga yang ditinggalkan. sodara2ku adakah yang bisa memberikan solusi untuk hal ini...? terkadang saya menangis ketika saya teringat akan cita2 luhur yang tidak bisa saya laksanakan ini, tapi saya juga tidak bisa meninggalkan keluarga saya begitu saja.
kondisi anda memang cukup rumit....ttp tahukah anda tanpa harus mjd bhikku anda bisa mencapai Pencerahan ?
krn di Mahayana Tibetan...umat awam pun bisa mencapai Pencerahan kok.... ;D

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 April 2011, 11:12:10 AM
Kalau dalam Buddhisme, semua adalah sebab dan akibat, tidak ada pihak ke tiga yang 'menambahkan kepadamu'.
iya khan akibat itu khan karma ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

karma = niat
buah karma = akibat
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

ryu

Kisah Hukuman Penjara


DHAMMAPADA XXIV, 12-13
 

        Suatu hari, tiga puluh bhikkhu datang ke Savatthi untuk berpindapatta. Ketika mereka sedang mengumpulkan dana makanan, mereka melihat beberapa tawanan sedang diangkut dengan kaki dan tangan terikat rantai. Ketika tiba kembali di vihara, setelah mengingat apa yang telah dilihat di pagi hari, mereka bertanya kepada Sang Buddha apakah ada ikatan lain yang lebih kuat daripada itu.

        Kepada mereka Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu! Ikatan ini tidak ada artinya dibandingkan dengan nafsu keinginan akan makanan dan pakaian, akan kekayaan, serta akan keluarga. Nafsu keinginan ribuan, ratusan ribu lebih kuat daripada rantai itu, borgol, dan kurungan. Itulah sebabnya mengapa orang bijaksana memotong nafsu dan meninggalkan keduniawian, serta memasuki pasamuan para bhikkhu.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 345 dan 346 berikut ini:

Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu yang terbuat dari besi, kayu, ataupun rami tidaklah begitu kuat. Tetapi, ikatan terhadap anak-anak, isteri, dan harta benda, sesungguhnya merupakan belenggu yang jauh lebih kuat.

Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu seperti itu amat kuat, dapat melemparkan orang ke bawah, halus dan sukar untuk dilepaskan. Walaupun demikian, para bijaksana akan dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.

***
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu


Kisah Seorang Bhikkhu Muda Yang Tidak Puas


DHAMMAPADA XIV, 9
 

        Suatu saat, ada seorang bhikkhu muda di Vihara Jetavana, suatu hari gurunya mengirim bhikkhu itu ke vihara lain untuk belajar. Ketika ia sedang pergi, ayahnya jatuh sakit dan meninggal dunia tanpa diketahui bhikkhu muda itu. Tetapi ayahnya meninggalkan uang seratus kahapana kepada saudara lelakinya, paman bhikkhu muda itu. Pada saat bhikkhu muda kembali, pamannya menceritakan tentang kematian ayahnya dan tentang uang seratus kahapana yang ditinggalkan untuknya. Mulanya, ia berkata bahwa ia tidak memerlukan uang tersebut. Kemudian, ia berpikir bahwa mungkin lebih baik kembali pada kehidupan berumah-tangga, dan akibatnya ia menjadi tidak puas dengan kehidupan seorang bhikkhu. Pelan-pelan ia mulai kehilangan ketertarikan pada hidupnya dan juga kehilangan berat badannya. Ketika para bhikkhu yang lain tahu tentang hal ini, mereka membawanya menghadap Sang Buddha.

        Sang Buddha bertanya kepadanya apakah benar bahwa ia merasa tidak bahagia dengan kehidupannya sebagai seorang bhikkhu dan apakah ia memiliki modal untuk memulai kehidupan sebagai orang berumah-tangga.

        Ia menjawab benar dan ia memiliki uang seratus kahapana untuk memulai kehidupannya. Kemudian Sang Buddha menjelaskan kepadanya bahwa ia akan membutuhkan makanan, pakaian, perabotan rumah tangga, dua ekor lembu jantan, bajak-bajak, pangkur-pangkur, pisau-pisau, dan lain sebagainya, sehingga uang tunai seratus itu akan sangat sulit menutupi biaya-biaya tersebut.

        Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya bahwa bagi kehidupan manusia tidak akan pernah cukup, tidak terkecuali juga bagi kehidupan raja dunia yang dapat mendatangkan hujan uang atau mutiara atau sejumlah kekayaan lainnya dan harta karun pada setiap saat.

        Lebih lanjut, Sang Buddha menceritakan sebuah cerita tentang Mandatu, raja dunia, yang menikmati kebahagiaan hidup surgawi di Alam Surga Catumaharajika dan Tavatimsa secara bersamaan untuk waktu yang lama. Setelah menghabiskan waktu yang lama di surga Tavatimsa, suatu hari Mandatu berkeinginan untuk menjadi satu-satunya penguasa Surga Tavatimsa, daripada membagi kekuasaan dengan Sakka. Tapi saat itu, keinginannya tidak dapat dipenuhi dan serta merta ia menjadi tua dan lemah, ia kembali ke alam manusia dan tidak lama kemudian ia meninggal dunia.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 186 dan 187 berikut ini:

Bukan dalam hujan uang emas dapat ditemukan kepuasan nafsu indria. Nafsu indria hanya merupakan kesenangan sekejap yang membuahkan penderitaan. Bagi orang bijaksana yang dapat memahami, hal itu tidak membuatnya bergembira bila mendapat kesenangan surgawi sekalipun. Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bergembira dalam penghancuran nafsu-nafsu keinginan.

        Bhikkhu muda mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 07 April 2011, 11:27:15 AM
karma = niat
buah karma = akibat
ini salah 2 yang mau jadi biku juga nih =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

bluppy

Quote from: Rajoharanam on 06 April 2011, 08:41:42 PM
Saya telah berkeluarga dan punya anak, namun saya berkeinginan menjadi Bhikku. Apa yang bisa saya lakukan? saya bukanlah orang kaya yang bisa memberikan jaminan perekonomian yang layak bagi anak dan istri saya, saya adalah pekerja yang menjadi tulang punggung keluarga. karena yang saya tahu selain mendapat persetujuan dari keluarga salah satu syarat untuk bisa meninggalkan kehidupan berumah tangga adalah bisa memberikan jaminan kehidupan yang layak bagi keluarga yang ditinggalkan. sodara2ku adakah yang bisa memberikan solusi untuk hal ini...? terkadang saya menangis ketika saya teringat akan cita2 luhur yang tidak bisa saya laksanakan ini, tapi saya juga tidak bisa meninggalkan keluarga saya begitu saja.


semoga jika saatnya sudah tepat, cita-cita anda dapat terlaksana  _/\_

kuswanto

kalau dari pandangan pribadi saya sih..
bisa menjadi bhikku atau berada dalam komunitas monastik sangha merupakan suatu buah dari karma baik yang dikumpulkan dari masa2 lalu,
meski begitu ttp saja byk yg sudah merealisasikan "karma baik" tersebut namun tidak baik2 menjaganya dan terus memperjuangkan nya sehingga bisa saja kemudian terjadi pelanggaran2 didalam sangha itu sendiri dan rasanya itu lumrah. Tidak beda dengan orang yang terlahir dikeluarga kaya raya namun dalam hidupnya gemar berjudi dan malah jatuh bangkrut n hidup melarat Y_Y.
ada juga yg setelah memiliki "karma baik" menjadi bhikku kemudian terus berupaya dalam realisasi pencerahan dan akhir nya GOAL hehe..

nah dari sharing TS makin meyakinkan saya sendiri.. mo jadi Bhikku aj susah kan hehe6 no offense loh..

namun yang paling penting menurut saya bukan menjadi bhikku ataupun umat awam, seperti yang sudah byk di sampaikan teman2 dan memang benar rasanya.. paling penting adalah bagaimana anda BERLATIH...

semoga bisa bermanfaat..


No Pain No Gain

Quote from: kuswanto on 07 April 2011, 12:43:36 PM
kalau dari pandangan pribadi saya sih..
bisa menjadi bhikku atau berada dalam komunitas monastik sangha merupakan suatu buah dari karma baik yang dikumpulkan dari masa2 lalu,
meski begitu ttp saja byk yg sudah merealisasikan "karma baik" tersebut namun tidak baik2 menjaganya dan terus memperjuangkan nya sehingga bisa saja kemudian terjadi pelanggaran2 didalam sangha itu sendiri dan rasanya itu lumrah. Tidak beda dengan orang yang terlahir dikeluarga kaya raya namun dalam hidupnya gemar berjudi dan malah jatuh bangkrut n hidup melarat Y_Y.
ada juga yg setelah memiliki "karma baik" menjadi bhikku kemudian terus berupaya dalam realisasi pencerahan dan akhir nya GOAL hehe..

nah dari sharing TS makin meyakinkan saya sendiri.. mo jadi Bhikku aj susah kan hehe6 no offense loh..

namun yang paling penting menurut saya bukan menjadi bhikku ataupun umat awam, seperti yang sudah byk di sampaikan teman2 dan memang benar rasanya.. paling penting adalah bagaimana anda BERLATIH...

semoga bisa bermanfaat..



tapi tidak bisa dipungkiri kl menjadi bikkhu sangat membantu latihan..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

kuswanto

Quote from: No Pain No Gain on 07 April 2011, 12:46:52 PM
tapi tidak bisa dipungkiri kl menjadi bikkhu sangat membantu latihan..

yup setuju bgt.,malah buat gua  the best way..
but not the only way..

jadi buat TS jgn berkecil hati, terus semangat.. krn kapanpun dan dimanapun anda bisa berlatih..

Lex Chan

barangkali pertanyaan ini bisa membantu: "selama masih menjadi umat awam, seberapa seriuskah berlatih?" 8)
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

kuswanto

Quote from: Lex Chan on 07 April 2011, 12:52:50 PM
barangkali pertanyaan ini bisa membantu: "selama masih menjadi umat awam, seberapa seriuskah berlatih?" 8)

nah ini pertanyaan yang sangat mendalam.. great bro.. ^^