"Siapa pun Dapat Ke surga" Cukup bersikap Baik saja

Started by Jayadharo Anton, 18 March 2011, 09:38:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Ini belum ada yang menanggapi, jadi saya coba jawab.

Quote from: Wijayananda on 22 March 2011, 12:03:47 PM
Apakah 'shock' disini bs disamakan seperti pencerahan seketika dlm zen?
Menurut saya, bukan juga. Shock itu tetap bukanlah bagian dari pencerahannya tapi suatu keadaan 'terguncang' yang mungkin terjadi ketika seseorang menyadari/melihat sesuatu yang tidak diduganya. Misalnya kita di sini sudah biasa melihat kambing jalan-jalan sewajarnya, tapi begitu ke Morocco, mungkin shock melihat kambing bisa manjat pohon. Kita terguncang karena tidak menduganya.

Sama juga kalau dalam konteks 'pencerahan' ketika seseorang yang memegang pandangan salah melihat kebenaran, ia tidak menduganya, maka bisa terjadi shock tersebut.


M14ka

Quote from: riveamaretta on 23 March 2011, 09:25:39 AM
Kalau kita membuktikan dengan tolak ukuran jawaban yang SMART ya...


1. Spesific.

Boleh lah kalau misal aja nih kita pakai perumpamaan yang mudah yang sering kita dengar, membunuh menjadikan umur pendek.


2. Measurable.

Umur pendeknya itu dapat diukur ga? sependek apa? 10 tahun,20,30,40,50,60,70,80,90,atau 100?

3. Attainable.

Apakah layak gara2 seseorang membunuh semut aja tanpa sengaja atau hewan lain tanpa niat membunuh namun situasinya memaksa dia membunuh menjadikan dia berumur pendek?

4. Relevan.

Relevan gak? Kehidupan masa lampau masa diukur dengan kehidupan sekarang,nanti kita sangkut pautkan dengan waktu.

5. Time

Waktunya kan berbeda generasi...
contoh nomer 3, kalo tidak sengaja/tanpa niat itu bukan termasuk pembunuhan cc...karena syarat pembunuhan ada 4....
1.  adanya makhluk
2.  tahu bahwa makhluk itu hidup.
3.  adanya kehendak untuk membunuh.
4.  makhluk itu mati melaui usaha pembunuhan.
Kalau keempatnya terpenuhi, tapi karena terpaksa, tetap termasuk membunuh, mungkin karmanya lebih ringan aja....

dilbert

Quote from: Kainyn_Kutho on 23 March 2011, 10:23:53 AM
Ini belum ada yang menanggapi, jadi saya coba jawab.
Menurut saya, bukan juga. Shock itu tetap bukanlah bagian dari pencerahannya tapi suatu keadaan 'terguncang' yang mungkin terjadi ketika seseorang menyadari/melihat sesuatu yang tidak diduganya. Misalnya kita di sini sudah biasa melihat kambing jalan-jalan sewajarnya, tapi begitu ke Morocco, mungkin shock melihat kambing bisa manjat pohon. Kita terguncang karena tidak menduganya.

Sama juga kalau dalam konteks 'pencerahan' ketika seseorang yang memegang pandangan salah melihat kebenaran, ia tidak menduganya, maka bisa terjadi shock tersebut.

Siddharta muda, "shock" ketika mendapati 4 kejadian (orang tua, orang sakit, orang mati, petapa)...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

M14ka

Quote from: dilbert on 23 March 2011, 01:29:12 PM
Siddharta muda, "shock" ketika mendapati 4 kejadian (orang tua, orang sakit, orang mati, petapa)...
Setiap sy baca kata "shock" kok merasa lucu ya  :))

fabian c

#169
Mau ikut nimbrung memberi komentar juga ya...?

Quote from: Wijayananda on 22 March 2011, 12:03:47 PM
Apakah 'shock' disini bs disamakan seperti pencerahan seketika dlm zen?

Mungkin memang demikian menurut Zen... Sesuatu yang seketika memang bisa membuat shock.

Menurut Theravada tidak demikian, Pencerahan bertingkat sifatnya, tak mungkin seseorang yang belum memiliki pengetahuan lebih rendah misalnya timbul dan tenggelamnya fenomena (udaya-baya nana) bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi keseimbangan terhadap bentuk-bentuk batin (sankharupekkha nana).

Demikian juga dengan pencapaian kesucian Sotapanna tak mungkin terjadi bila orang tersebut tidak mencapai pengetahuan keseimbangan terhadap bentuk-bentuk batin (sankharupekkha nana ini).

Pengetahuan lebih rendah menjadi sebab bisa timbul pengetahuan yang lebih tinggi dstnya.
Ada 15 tingkat pandangan terang dimulai dari namarupa paricheda nana hingga paccavekkhana nana.

Perumpamaannya bagai seorang anak SD yang langsung dihadapkan pada kalkulus tentu bisa 'shock' tapi bila ia belajar dengan tekun hingga SMA dan telah belajar persamaan, trigonometri, limit dsbnya maka tentu ia tak akan 'shock' lagi bila diajarkan kalkulus.
Demikian juga pada Pencerahan, pengetahuan lebih rendah diperlukan untuk mengkondisikan timbulnya pengetahuan yang lebih tinggi.

Selain itu juga diperlukan kemampuan batin lain yang perlu mendukung munculnya Pandangan Terang.
Saya kutipkan sedikit dari Sutta Pitaka,

"Thus for him, having thus developed the noble eightfold path, the four frames of reference go to the culmination of their development. The four right exertions... the four bases of power... the five faculties... the five strengths... the seven factors for Awakening go to the culmination of their development. [And] for him these two qualities occur in tandem: tranquillity & insight."

"Demikianlah baginya, setelah mengembangkan Jalan Ariya Berunsur Delapan, empat landasan perhatian, menuju puncak perkembangannya. Empat usaha benar, empat landasan kekuatan... lima kemampuan... lima kekuatan... tujuh faktor pencerahan menuju pada puncak perkembangannya. (Dan) untuknya dua kualitas muncul berpasangan: ketenangan dan pandangan terang."

(Mahasalayanika Sutta; MN 149)

Jadi kesimpulannya dalam Theravada tak ada pencerahan tiba-tiba yang menimbulkan shock. Tipitaka menerangkan dengan jelas mengenai Pencerahan,  apa saja faktor-faktor yang diperlukan, bagaimana prosesnya dan bagaimana pencapaiannya.

Pengertian/pengetahuan silih berganti muncul, pengertian yang satu menguatkan pengertian yang lain sehingga lebih jelas. Hingga akhirnya pengertian mengenai Sang Jalan tercapai dengan mengalami Nibbana pertama kali dalam hidupnya yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.


Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: dilbert on 23 March 2011, 01:29:12 PM
Siddharta muda, "shock" ketika mendapati 4 kejadian (orang tua, orang sakit, orang mati, petapa)...

Apakah ini yang dimaksud Pencerahan dengan shock luar biasa yang tak terbayangkan......?" 
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

M14ka

Quote from: fabian c on 23 March 2011, 02:39:16 PM
Apakah ini yang dimaksud Pencerahan dengan shock luar biasa yang tak terbayangkan......?"
wkwkwkkwwkwkkw lucu banget kata2nya....

Wijayananda

Quote from: Kainyn_Kutho on 23 March 2011, 10:23:53 AM
Ini belum ada yang menanggapi, jadi saya coba jawab.
Menurut saya, bukan juga. Shock itu tetap bukanlah bagian dari pencerahannya tapi suatu keadaan 'terguncang' yang mungkin terjadi ketika seseorang menyadari/melihat sesuatu yang tidak diduganya. Misalnya kita di sini sudah biasa melihat kambing jalan-jalan sewajarnya, tapi begitu ke Morocco, mungkin shock melihat kambing bisa manjat pohon. Kita terguncang karena tidak menduganya.

Sama juga kalau dalam konteks 'pencerahan' ketika seseorang yang memegang pandangan salah melihat kebenaran, ia tidak menduganya, maka bisa terjadi shock tersebut.
Apakah shock ini adalah sbg pencetus 'awal' pencerahan,namun bkn sebagai pencerahan itu sendiri (dlm konteks pencerahan) ?

K.K.

Quote from: Wijayananda on 23 March 2011, 03:24:18 PM
Apakah shock ini adalah sbg pencetus 'awal' pencerahan,namun bkn sebagai pencerahan itu sendiri (dlm konteks pencerahan) ?

Kalau menurut saya, selain bukan bagian dari pencerahan, juga bukan pencetus pencerahan, namun hanya seperti 'produk sampingan' saja.

ryu

ok deh klosing dari saya gini, mungkin pendapat saya beda dengan yang lain ;D

dalam hal buku :
dalam ajaran buda tetap dibutuhkan pandangan benar dimana itu menjadi urutan pertama dalam JMB8
setiap ajaran pasti mempunyai pandangan yang di anggap benar, setidaknya :

ada yang benar dengan pandangan benar,
ada yang benar dengan padangan salah,
ada yang salah dengan padangan benar,
ada yang salah dengan pandangan salah.

mengenai kepercayaan dan pandangan benar :

walaupun kita sama dengan yang lain memegang kepercayaan dalam pandangan, setidaknya "apabila" salah satu ada pandangan yang "benar" maka salah seorang yang kepercayaannya benar itulah pandangan benar "walau hanya sebatas pengetahuan" sebelumnya yang nantinya akan nenuju ke pengetahuan langsung.

saya mau ambil perumpamaan mengenai seorang yang terlahir buta, kemudian ada sesorang yang memberinya kain kotor dan kumal, dia bilang pada orang buta itu peganglah kain bersih dan putih ini, dia memegang erat pandangan itu terus.

tapi apabila orang buta itu benar2 diberitahu hal yang benar seperti kain yang putih dan bersih dan memegang pandangan itu, aye rasa itu pandangan benar.

ketika misalnya ada seorang guru dia memberikan pengobatan, memberikan sesuatu sehingga matanya pulih maka dia akan melihat langsung mana yang benar dan mana yang salah.

saya rasa ada perbedaan pandangan tiap2 orang yang mempelajari ajaran, tidak sama semua, walaupun seseorang belum menembus tetapi dia sudah menapaki jalan yang benar maka dia sudah berada pada jalur yang benar.

tiap individu memang berbeda2, ada yang berlabel agama tapi bejat ada yang tidak berlabel agama tapi baik, tapi ingat juga ada yang berlabel agama baik, juga ada yang tidak berlabel agama bejat, masing2 mempunyai jalan untuk mencapai tujuan, adalah lebih baik seseorang berlabel agama, berkelakuan sesuai dengan agamanya dengan baik, dan bisa mencapai tujuannya dengan benar.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Quote from: ryu on 23 March 2011, 09:11:41 PM
ok deh klosing dari saya gini, mungkin pendapat saya beda dengan yang lain ;D

dalam hal buku :
dalam ajaran buda tetap dibutuhkan pandangan benar dimana itu menjadi urutan pertama dalam JMB8
setiap ajaran pasti mempunyai pandangan yang di anggap benar, setidaknya :

ada yang benar dengan pandangan benar,
ada yang benar dengan padangan salah,
ada yang salah dengan padangan benar,
ada yang salah dengan pandangan salah.

mengenai kepercayaan dan pandangan benar :

walaupun kita sama dengan yang lain memegang kepercayaan dalam pandangan, setidaknya "apabila" salah satu ada pandangan yang "benar" maka salah seorang yang kepercayaannya benar itulah pandangan benar "walau hanya sebatas pengetahuan" sebelumnya yang nantinya akan nenuju ke pengetahuan langsung.

saya mau ambil perumpamaan mengenai seorang yang terlahir buta, kemudian ada sesorang yang memberinya kain kotor dan kumal, dia bilang pada orang buta itu peganglah kain bersih dan putih ini, dia memegang erat pandangan itu terus.

tapi apabila orang buta itu benar2 diberitahu hal yang benar seperti kain yang putih dan bersih dan memegang pandangan itu, aye rasa itu pandangan benar.

ketika misalnya ada seorang guru dia memberikan pengobatan, memberikan sesuatu sehingga matanya pulih maka dia akan melihat langsung mana yang benar dan mana yang salah.


saya rasa ada perbedaan pandangan tiap2 orang yang mempelajari ajaran, tidak sama semua, walaupun seseorang belum menembus tetapi dia sudah menapaki jalan yang benar maka dia sudah berada pada jalur yang benar.

tiap individu memang berbeda2, ada yang berlabel agama tapi bejat ada yang tidak berlabel agama tapi baik, tapi ingat juga ada yang berlabel agama baik, juga ada yang tidak berlabel agama bejat, masing2 mempunyai jalan untuk mencapai tujuan, adalah lebih baik seseorang berlabel agama, berkelakuan sesuai dengan agamanya dengan baik, dan bisa mencapai tujuannya dengan benar.

Perumpamaan yang bagus bro...

Ada orang buta;

1. Diberi kain kotor lalu menganggap bahwa kain itu bersih.
2. Diberi kain kotor lalu menganggap bahwa kain itu kotor.
3. Diberi kain bersih lalu menganggap bahwa kain itu bersih
4. Diberi kain bersih lalu menganggap bahwa kain itu kotor.

Hanya setelah ia "melihat sendiri" ia bisa tahu kebenarannya.
Bro Morph beranggapan bahwa hanya setelah melihat sendiri, maka dibilang bahwa ia "berpandangan benar"  jadi menurut bro Morph ke-empat contoh itu "berpandangan salah" (tolong dikoreksi bila salah).

Menurut saya orang buta yang nomer 2 dan 3 dianggap "berpandangan benar" walaupun ia tidak melihat sendiri.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

morpheus

#176
Quote from: fabian c on 23 March 2011, 09:25:14 PM
Perumpamaan yang bagus bro...

Ada orang buta;

1. Diberi kain kotor lalu menganggap bahwa kain itu bersih.
2. Diberi kain kotor lalu menganggap bahwa kain itu kotor.
3. Diberi kain bersih lalu menganggap bahwa kain itu bersih
4. Diberi kain bersih lalu menganggap bahwa kain itu kotor.

Hanya setelah ia "melihat sendiri" ia bisa tahu kebenarannya.
Bro Morph beranggapan bahwa hanya setelah melihat sendiri, maka dibilang bahwa ia "berpandangan benar"  jadi menurut bro Morph ke-empat contoh itu "berpandangan salah" (tolong dikoreksi bila salah).

Menurut saya orang buta yang nomer 2 dan 3 dianggap "berpandangan benar" walaupun ia tidak melihat sendiri.

Mettacittena,
kalo menurut saya, kepercayaan itu seperti orang buta yg:
1. mendengar cerita ttg kain tidak kotor lalu percaya bahwa kain itu bersih.
2. mendengar cerita ttg kain kotor lalu percaya bahwa kain itu kotor.
3. mendengar cerita ttg kain bersih lalu percaya bahwa kain itu bersih
4. mendengar cerita ttg kain tidak bersih lalu percaya bahwa kain itu kotor.

keempat2nya bukanlah pandangan benar.
kain kotor atau kain bersih yg ada dibenak si buta itu hanyalah sebuah ide, sebuah konsep, sebuah doktrin.
apakah kain itu teksturnya kasar, lembut, ada bulu2, sehalus sutra, berwarna merah, tebal ataukah tipis, si buta tidak tahu, hanya percaya.
apakah kain itu benar2 ada, ataukah tidak, si buta tidak tahu, hanya percaya.

walaupun kepercayaannya itu ternyata bersesuaian dengan realita, tetaplah bukan pandangan benar.
realita jeruk itu asam dan seseorang itu percaya jeruk itu asam. tetaplah apa yg dipercayainya itu hanyalah sebuah ide, bukan realita, bukan pandangan benar. si believer tetaplah tidak tahu rasa jeruk yg sebenarnya. pandangan benar itu dimiliki orang yg telah merasakan jeruk. tidak ada lagi keragu2an bahwa rasa jeruk itu seperti "itu". pengetahuan rasa jeruk itu seperti "itu" adalah pandangan benar.

demikian juga dengan definisi di DN 22, hampir semua buddhis tahu dan memegang doktrin adanya dukkha dan sebab dukkha. tapi apakah semuanya mencurahkan fokusnya pada dukkha dan sebab dukkha serta mengabaikan duniawi yg tidak memuaskan ini? tidak, karena itu hanya kepercayaan, bukan pandangan benar. mereka tidak memiliki pengetahuan benar bahwa dukkha dan sebab dukkha adalah "itu".

demikian menurut saya untuk memperjelas. kalo ada ketidaksetujuan atau yg mau meneruskan diskusinya, saya cukup sampai di sini saja, kecuali ada bahan baru.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

K.K.

Quote from: fabian c on 23 March 2011, 09:25:14 PM
Perumpamaan yang bagus bro...

Ada orang buta;

1. Diberi kain kotor lalu menganggap bahwa kain itu bersih.
2. Diberi kain kotor lalu menganggap bahwa kain itu kotor.
3. Diberi kain bersih lalu menganggap bahwa kain itu bersih
4. Diberi kain bersih lalu menganggap bahwa kain itu kotor.

Hanya setelah ia "melihat sendiri" ia bisa tahu kebenarannya.
Bro Morph beranggapan bahwa hanya setelah melihat sendiri, maka dibilang bahwa ia "berpandangan benar"  jadi menurut bro Morph ke-empat contoh itu "berpandangan salah" (tolong dikoreksi bila salah).

Menurut saya orang buta yang nomer 2 dan 3 dianggap "berpandangan benar" walaupun ia tidak melihat sendiri.

Mettacittena,
Karena saya juga berpandangan 'setelah mengetahui, baru memiliki pandangan benar', jadi numpang nimbrung.
Lanjutan dari tadi, kain yang diberikan itu adalah berwarna hijau di satu sisi dan merah di sisi satunya lagi, untuk digunakan pada kesempatan yang tepat. Tersebutlah 2 rombongan buta, masing-masing dengan 1 orang yang memiliki kain bersih tersebut. Yang satu pergi ke Pelabuhan Ratu, dan satu lagi pergi ke Spanyol mau berpartisipasi di festival encierro. Karena namanya juga buta, maka tidak bisa membedakan warna, maka yang di Pelabuhan Ratu mengenakan kain tersebut dengan sisi hijau di luar dan yang di Spanyol mengenakan sisi merah di luar. Dari rombongan satu, yang 'berkain bersih' itu hanyut dimakan ombak, dan di rombongan satu lagi yang 'berkain bersih' disundul banteng. Sedangkan yang 'berkain kotor' pulang dengan sehat wal'afiat karena saking dekilnya kain mereka, sang 'Ratu' dan banteng enggan memperhatikan.


[spoiler]-Penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul dikatakan akan 'mengambil' siapapun yang mengenakan warna hijau di daerah pantai selatan.
-Encierro adalah festival di mana banteng dilepas di jalan, lalu orang-orang (sukarela) berusaha lari dari kejaran banteng tersebut.[/spoiler]

[spoiler]Banteng tidak terprovokasi oleh warna merah karena mereka sebetulnya buta warna. Karena kebiasaan matador menggunakan kain merah, maka terjadi salah kaprah bahwa merah mengundang kemarahan banteng.

Jadi perumpamaan ini jangan dianggap serius, hanya mau menunjukkan bahwa seseorang walaupun menggenggam pandangan benar, jika tidak memahaminya/menembusnya, maka sama saja atau bahkan lebih buruk daripada yang tidak menggenggam apa-apa.[/spoiler]

ryu

si orang buta itu sudah dibekali pandangan, ada yang salah dan benar, ketika dia sembuh dan dia melihat yang sebenarnya maka dari pandangan yang benar dan salah dia bisa menuju ke praktek benar atau salah. misalnya dia menggenggam yang salah dari pertama dan di anggap kebenaran bisa semakin menjerumuskan ke pandangan salah terus, demikian sebaliknya.

mungkin juga ketika dia sembuh dia "shock" berat apabila pandangannya ternyata salah, kalau pandangannya benar tidak akan se shok ketika pandangannya benar;'D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 24 March 2011, 09:38:12 AM
si orang buta itu sudah dibekali pandangan, ada yang salah dan benar, ketika dia sembuh dan dia melihat yang sebenarnya maka dari pandangan yang benar dan salah dia bisa menuju ke praktek benar atau salah. misalnya dia menggenggam yang salah dari pertama dan di anggap kebenaran bisa semakin menjerumuskan ke pandangan salah terus, demikian sebaliknya.

mungkin juga ketika dia sembuh dia "shock" berat apabila pandangannya ternyata salah, kalau pandangannya benar tidak akan se shok ketika pandangannya benar;'D
Tanpa dibekali, tanpa ditakut-takuti, tanpa diiming-imingi, tanpa disuruhpun, ketika si buta melihat, maka otomatis akan menanggalkan kain kotor dan mengenakan kain bersih secara sesuai.
Mungkin juga shock luar biasa karena tadinya santai berpikir lagi pakai 'hijau', ternyata begitu melihat, menyadari sedang pakai 'merah' dan banteng sudah berjarak 5 meter. ;D