"Siapa pun Dapat Ke surga" Cukup bersikap Baik saja

Started by Jayadharo Anton, 18 March 2011, 09:38:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: morpheus on 22 March 2011, 12:33:11 PM
mari bahas topik satu-satu. selesai satu, baru bahas yg lainnya.
jadi di atas anda setuju kepercayaan pada doktrin itu bukanlah pandangan benar?
setelah ini selesai, baru kita membahas yg berikutnya...
thread ini jadi simpang siur, entah disengaja ataukah karena kebebalan.

narkoba berbahaya, menimbulkan kerusakan syaraf, kecanduan hebat itu bukan kepercayaan. contoh anda salah.

begini, orang yang percaya narkoba itu berbahaya, dia tidak mempraktekannya, jadi dia ini hanya sejauh percaya dari teori, pengalaman orang lain, tanpa membuktikan (orang lain yang membuktikannya loh) ;D


orang yang percaya narkoba itu berbahaya (sebatas percaya tanpa membuktikan) itu pandangan benar, atau hanya mengetahui teori pandangan benar?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

#136
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 March 2011, 01:31:44 PM
Memang bukan. Saya memang tidak bilang hukum kamma bisa dibikin berbuah sesuka hati. Saya cuma menyinggung perbedaan sikap dari orang yang percaya hukum kamma adalah berusaha untuk mencapai yang lebih baik; dengan sikap fatalisme yang tidak perlu beusaha karena lebih baik/buruk sudah 'tersurat' demikian.

Ada contoh lain yang memang sudah tersurat demikian, umpamanya bila seorang Sammasambuddha mengatakan si B akan menjadi Arahat di jaman Buddha anonim, maka apapun yang dilakukan B untuk menjadi Pacceka Buddha tak akan terjadi, dengan usaha apapun yang dilakukan untuk menjadi Pacceka Buddha hasilnya ia tetap akan menjadi Arahat di jaman Buddha anonim.

QuoteSeperti sudah saya singgung, saya mengatakan pencerahan ada yang bertingkat, seperti misalnya Suddhodana; juga ada yang langsung seperti Bahiya Daruciriya. Saya tidak mengatakan hanya ada bertingkat atau langsung.
Tentang Krishnamurti saya tidak tahu. Saya hanya berdasarkan Tipitaka dan interpretasi pribadi saja.

Baiklah itu pandangan anda yang saya terima sebagai perbedaan pandangan kita. Menurut saya kematangan latihan wisdom seseorang (Vipassana) yang dilakukan di masa lampau akan menentukan cepat atau lambatnya ia mencapai Pencerahan dalam kehidupan ini.
Tak ada yang tiba-tiba, semua mengikuti kaidah hukum sebab-akibat.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Indra

Quote from: morpheus on 22 March 2011, 01:41:26 PM
sayang sekali, walaupun yg dimaksudkan itu saya, saya hanya berniat meneliti kebenarannya. tidak merasa itu ad hominem.

apakah yg saya maksudkan adalah anda atau orang lain hanya saya sendiri yg mengetahui, tapi menarik juga melihat bagaimana anda mengakui bahwa anda alergi pada produk penghapal tipitaka.

K.K.

Quote from: fabian c on 22 March 2011, 01:50:18 PM
Ada contoh lain yang memang sudah tersurat demikian, umpamanya bila seorang Sammasambuddha mengatakan si B akan menjadi Arahat di jaman Buddha anonim, maka apapun yang dilakukan B untuk menjadi Pacceka Buddha tak akan terjadi, dengan usaha apapun yang dilakukan untuk menjadi Pacceka Buddha hasilnya ia tetap akan menjadi Arahat.
Kalau ditinjau dari pemahaman Theravada, mau jadi Arahat ataukah Pacceka Buddha juga harus ada parami yang cukup. Konon seorang Arahat pernah bertekad untuk menjadi seorang Arahat dan berlatih minimal 100 kappa. Untuk Mahasavaka 100.000 kappa, untuk Aggasavaka 1 Asankhyeyya + 100.000 kappa. Untuk Pacceka Buddha 2 Asankhyeyya + 100.000 kappa, dan untuk Samma Sambuddha 4 Asankhyeyya + 100.000 kappa.

Seseorang tidak akan diberikan ramalan pasti sebelum cukup prasyaratnya. Salah satunya adalah keteguhan hatinya. Saya melihat kurang mungkin kalau orang yang kurang teguh sebentar mau menempuh Savaka sebentar ganti Pacceka, bisa diberikan ramalan pasti oleh seorang samma sambuddha.


QuoteBaiklah itu pandangan anda yang saya terima sebagai perbedaan pandangan kita. Menurut saya kematangan latihan wisdom seseorang (Vipassana) yang dilakukan di masa lampau akan menentukan cepat atau lambatnya ia mencapai Pencerahan dalam kehidupan ini.
Tak ada yang tiba-tiba, semua mengikuti kaidah hukum sebab-akibat.

Mettacittena,
Untuk yang ini, saya juga setuju.

fabian c

Quote from: Kainyn_Kutho on 22 March 2011, 02:05:32 PM
Kalau ditinjau dari pemahaman Theravada, mau jadi Arahat ataukah Pacceka Buddha juga harus ada parami yang cukup. Konon seorang Arahat pernah bertekad untuk menjadi seorang Arahat dan berlatih minimal 100 kappa. Untuk Mahasavaka 100.000 kappa, untuk Aggasavaka 1 Asankhyeyya + 100.000 kappa. Untuk Pacceka Buddha 2 Asankhyeyya + 100.000 kappa, dan untuk Samma Sambuddha 4 Asankhyeyya + 100.000 kappa.

Seseorang tidak akan diberikan ramalan pasti sebelum cukup prasyaratnya. Salah satunya adalah keteguhan hatinya. Saya melihat kurang mungkin kalau orang yang kurang teguh sebentar mau menempuh Savaka sebentar ganti Pacceka, bisa diberikan ramalan pasti oleh seorang samma sambuddha.

Ya benar, inilah sebabnya saya katakan kata-kata ketetapan dari Sang Buddha seperti suratan yang tak dapat diobah oleh siapapun.

QuoteUntuk yang ini, saya juga setuju.

Mettacittena,

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

btw, aye shock nih, ada gambar yang membuat shock yang aye posting kok ilang yak ? =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Quote from: ryu on 22 March 2011, 01:50:02 PM
begini, orang yang percaya narkoba itu berbahaya, dia tidak mempraktekannya, jadi dia ini hanya sejauh percaya dari teori, pengalaman orang lain, tanpa membuktikan (orang lain yang membuktikannya loh) ;D

orang yang percaya narkoba itu berbahaya (sebatas percaya tanpa membuktikan) itu pandangan benar, atau hanya mengetahui teori pandangan benar?
anda membandingkan dua contoh yg berbeda.
narkoba dan efeknya itu sifatnya fisik, bisa dilihat dan didokumentasikan oleh sains.
di sini bukan masalah "percaya" atau "tidak percaya", melainkan "tahu" atau "tidak tahu".

hukum karma dan ketidakkekalan (misalnya) memerlukan transformasi batin untuk dapat mengetahuinya.
tanpa transformasi batin, tidak ada perubahan yg berarti.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: Indra on 22 March 2011, 01:55:48 PM
apakah yg saya maksudkan adalah anda atau orang lain hanya saya sendiri yg mengetahui, tapi menarik juga melihat bagaimana anda mengakui bahwa anda alergi pada produk penghapal tipitaka.
mengakui? di bagian mananya, om?
udah lah, terkubur lagi topiknya. apakah ini disengaja?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: morpheus on 22 March 2011, 02:48:34 PM
anda membandingkan dua contoh yg berbeda.
narkoba dan efeknya itu sifatnya fisik, bisa dilihat dan didokumentasikan oleh sains.
di sini bukan masalah "percaya" atau "tidak percaya", melainkan "tahu" atau "tidak tahu".

hukum karma dan ketidakkekalan (misalnya) memerlukan transformasi batin untuk dapat mengetahuinya.
tanpa transformasi batin, tidak ada perubahan yg berarti.

oke lah gini, anda pertama2 mengenai percaya dan tidak percaya loh memberi contoh (percaya hukum karma, dengan percaya umat lain)

hukum karma, ada pelajarannya, ada sebab akibat, umat buda percaya ada hukum karma, dia melihat ada sebab ada akibat (kalau soal membuktikan lihat bisa dilihat dengan contoh narkoba)

bandingkan dengan umat lain percaya hukum "ZEUS" dia "melihat" orang yang tidak percaya "katanya" ikut Hades ke neraka, yang percaya Ikut dia ke surga ZEUS.

manakah pandangan benar?
apa masih di bilang sejauh teori?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

#144
Quote from: morpheus on 22 March 2011, 02:52:27 PM
mengakui? di bagian mananya, om?
udah lah, terkubur lagi topiknya. apakah ini disengaja?

itu adalah kesimpulan yg saya tarik berdasarkan dialog ini. pertama saya mengatakan tentang seorang yg alergi pada produk penghapal tipitaka, dari sekian banyak member yg terlibat, hanya anda yg merasa memiliki kualifikasi tersebut yg anda ungkapkan dengan " walaupun yg dimaksudkan itu saya".

Di dalam sebuah angkutan kota, terdapat 10 orang penumpang, tiba2 tercium bau kentut yg busuk, salah seorang penumpang berkata, "yg kentut pasti belum mandi." seorang penumpang lainnya menjawab, "saya sudah mandi kok", pertanyaan: siapakah yg kentut"?

jika anda merasa bahwa saya dengan sengaja mengubur topik, kalau anda cermat, anda akan melihat bahwa saya hanya menjawab postingan anda. jadi saya atau andakah yg mengubur topik?

ryu

oh ya contoh lain lah :
umat buda, hukum karma, dia melihat sebab akibat membunuh, apakah harus praktek dulu baru itu membuktikan hukum karma?

apa tidak cukup untuk percaya untuk mengetahui sebab akibat?

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 22 March 2011, 03:06:44 PM
oh ya contoh lain lah :
umat buda, hukum karma, dia melihat sebab akibat membunuh, apakah harus praktek dulu baru itu membuktikan hukum karma?

apa tidak cukup untuk percaya untuk mengetahui sebab akibat?


Umat Buddha melihat ada sebab maka ada akibat, apakah langsung/tidak langsung, maka percaya pada hukum kamma. Umat Buddha TIDAK ADA yang bisa membuktikan hukum kamma, karena hal tersebut hanya dalam jangkauan seorang Samma Sambuddha. 


morpheus

Quote from: ryu on 22 March 2011, 02:59:32 PM
oke lah gini, anda pertama2 mengenai percaya dan tidak percaya loh memberi contoh (percaya hukum karma, dengan percaya umat lain)

hukum karma, ada pelajarannya, ada sebab akibat, umat buda percaya ada hukum karma, dia melihat ada sebab ada akibat (kalau soal membuktikan lihat bisa dilihat dengan contoh narkoba)

bandingkan dengan umat lain percaya hukum "ZEUS" dia "melihat" orang yang tidak percaya "katanya" ikut Hades ke neraka, yang percaya Ikut dia ke surga ZEUS.

manakah pandangan benar?
apa masih di bilang sejauh teori?
kebanyakan kepercayaan diciptakan dengan tujuan tertentu. sebagian kepercayaan menggunakan rasa takut untuk menciptakan ketertiban dan moralitas. rasa takut pada dewa atau tuhan dipakai untuk mengatur penganutnya untuk berperilaku baik sesuai dengan standard baik dan moralitas di jaman itu tentunya...

bagi kepercayaan A, penganut kepercayaan B itu terlihat bodoh dan tidak mengandung pelajaran.
bagi kepercayaan B, penganut kepercayaan A itu terlihat bodoh dan tidak mengandung pelajaran.

penganut kepercayaan A bersaksi hidupnya jadi damai sejak menganut kepercayaan anu dan tingkah lakunya menjadi baik.
penganut kepercayaan B bersaksi hidupnya jadi tenang sejak menganut kepercayaan anu dan tingkah lakunya menjadi baik.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 22 March 2011, 03:14:04 PM
Umat Buddha melihat ada sebab maka ada akibat, apakah langsung/tidak langsung, maka percaya pada hukum kamma. Umat Buddha TIDAK ADA yang bisa membuktikan hukum kamma, karena hal tersebut hanya dalam jangkauan seorang Samma Sambuddha. 


sejauh hanya teori, tapi dalam hal sebab akibat, setidaknya manusia bisa melihat dan mempercayainya sebagai kebenaran.
bandingkan dengan ajaran lain yang mengetahui hukuman dan hadiah dari zeus, dia mempercayainya sebagai kebenaran :

umat buda tahu akibat membunuh pasti masuk neraka, dia membunuh = masuk neraka
umat lain akibat membunuh masuk surga = apakah masuk surga?

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 22 March 2011, 03:24:31 PM
sejauh hanya teori, tapi dalam hal sebab akibat, setidaknya manusia bisa melihat dan mempercayainya sebagai kebenaran.
bandingkan dengan ajaran lain yang mengetahui hukuman dan hadiah dari zeus, dia mempercayainya sebagai kebenaran :
Kita mana tahu kenyataannya? Saya beri contoh lagi Samavati, istri Raja Udena yang sangat saleh, tapi mati mengenaskan yaitu terbakar. Bukankah orang bisa bilang 'berbuat baik malah mati penasaran"?

Quoteumat buda tahu akibat membunuh pasti masuk neraka, dia membunuh = masuk neraka
umat lain akibat membunuh masuk surga = apakah masuk surga?
Kembali lagi masuk sorga atau tidak, siapa yang tahu?