Kebodohan vs Kebencian & Keserakahan

Started by Iwan Senta, 16 March 2011, 02:52:12 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

#30
Quote from: wang ai lie on 19 March 2011, 11:44:06 AM
bagaimana dengan statmen saya "seseorang yang bodoh tidak akan dapat melakukan sesuatu yg diluar batas berpikir mereka,

Mungkin lebih tepat bila disebut diluar kemampuan mereka. Ada kebodohan spiritual dan kebodohan intelektual.

Ada cerita dari Myanmar, ada seorang petani di Myanmar, yang tentu  saja pendidikannya rendah, ia sebelumnya kerja sebagai office boy, karena melihat tak ada prospek kerja di sana lalu berhenti dan banting setir menjadi petani. 
Pada periode tertentu dalam hidupnya, petani tersebut ketika memacul atau melakukan kegiatannya selalu dilakukan dengan penuh perhatian, dan ia juga melakukan meditasi dengan rajin. Di kemudian hari beliau mencapai kesucian, lalu para Bhikkhu-Bhikkhu yang terpelajar dan juga ahli meditasi tidak percaya dan menguji petani (yang kemudian jadi Bhikkhu) tsb, semua pertanyaannya (teori maupun praktikal) dari pencapaian Sotapanna hingga pencapaian Arahat terjawab dengan memuaskan padahal beliau bukan ahli Tipitaka. Sehingga mereka jadi percaya. Namanya SunLun Sayadaw.

Quotetapi seseorang yang mempunyai kepintaran dapat melakukan suatu tindakan yang sangat bodoh  jika di pandang dari sisi intelektual apakah suatu statmen yang keliru?
sedangkan dari segi spiritual saya akui memang tidak tepat atau keliru statmen tsb.

thx atas masukannya ,  mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyampaikan _/\_

Setuju bila yang dimaksud "Seorang dengan kepintaran intelektual dapat melakukan tindakan sangat bodoh yang menimbulkan keserakahan dan bisa berakibat pada kebencian"

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

#31
Quote from: wang ai lie on 19 March 2011, 12:04:20 PM
waaaaaaaaaaahh saya dapet initial baru WAL  ^-^ makasih makasih  ^:)^ ^:)^ ^:)^  :)) :))
Karena kalau 'Wang Ai Lie" kepanjangan, dan kalau "Wang" saja, terlalu umum. Nanti orang pikir "Wang Jin Rei" dari Tekken.


Quotebackt to topik ah..

makasih para suhu, atas masukannya, ini lagi coba saya pahami dan saya koreksi lagi, tapi altruistis itu apa ya,, gak tau saya
sedangkan  statmen
"keserakahan yang mengakibatkan timbulnya kebencian itu didasari oleh NIAT yang bersekutu dengan kebencian (dosa), atau keserakahan/kehausan (lobha), atau kegelapan/kebodohan batin (moha)."

maksud saya mengatakan "keserakahan yang mengakibatkan timbulnya kebencian itu didasari oleh kebencian (dosa), atau keserakahan/kehausan (lobha), atau kegelapan/kebodohan batin (moha)."
Setahu saya, keserakahan dan kebencian walaupun bisa berhubungan, namun tetap berdiri sendiri. Secara sederhana, kesadaran bersentuhan dengan objek, maka timbul perasaan: menyenangkan, tidak menyenangkan dan netral. Melekati perasaan menyenangkan tersebut, maka timbullah dorongan untuk mempertahankan atau mengejar perasaan tersebut, yang disebut keserakahan. Melekati (penjauhan) perasaan tidak menyenangkan itu juga timbullah dorongan untuk mempertahankan (jarak) atau menjauhi perasaan tersebut, yang disebut kebencian.

Mengapa bisa timbul hal 'melekati' tersebut? Karena suatu kebodohan (bathin) yang menggenggam sesuatu (apakah khanda atau pandangan lain) sebagai 'aku' atau 'milikku'.

---
Altruis adalah sifat mementingkan kepentingan orang lain (walau mengorbankan diri sendiri), kebalikan dari egois yang mementingkan kepentingan diri sendiri (walau mengorbankan orang lain).

rooney

Quote from: fabian c on 19 March 2011, 12:36:10 PM
Mungkin lebih tepat bila disebut diluar kemampuan mereka. Ada kebodohan spiritual dan kebodohan intelektual.

Ada cerita dari Myanmar, ada seorang petani di Myanmar, yang tentu  saja pendidikannya rendah, ia sebelumnya kerja sebagai office boy, karena melihat tak ada prospek kerja di sana lalu berhenti dan banting setir menjadi petani. 
Pada periode tertentu dalam hidupnya, petani tersebut ketika memacul atau melakukan kegiatannya selalu dilakukan dengan penuh perhatian, dan ia juga melakukan meditasi dengan rajin. Di kemudian hari beliau mencapai kesucian, lalu para Bhikkhu-Bhikkhu yang terpelajar dan juga ahli meditasi tidak percaya dan menguji petani (yang kemudian jadi Bhikkhu) tsb, semua pertanyaannya (teori maupun praktikal) dari pencapaian Sotapanna hingga pencapaian Arahat terjawab dengan memuaskan padahal beliau bukan ahli Tipitaka. Sehingga mereka jadi percaya. Namanya SunLun Sayadaw.

Katanya ada Sayadaw mengajarkan metode napas ngos2an, apakah itu Sunlun Sayadaw ?

QuoteAda Goenka Center, Pak Auk Sayadaw, Mingun Sayadaw, etc. Terlalu banyak center di sini dengan metode beragam. Ada center yang ketika anda masuk ke meditation hallnya seperti masuk ke rumah tukang kayu.

Anda seperti mendengar orang menggergaji kayu, 'ngik ngok,ngik ngok' yang berasal dari suara nafas keluar masuk hidung yang dipush, ditarik panjang hingga berdesis kayak ngorok.

Konon masternya meditation ini, yang awalnya petani, mencapai arahat saat mencangkul dengan nafas ngos-ngosan. Jadi beliau mengajarkan metode 'ngos-ngosan' mengepush nafas.

Sumber : Link

fabian c

Quote from: rooney on 20 March 2011, 12:33:22 PM
Katanya ada Sayadaw mengajarkan metode napas ngos2an, apakah itu Sunlun Sayadaw ?


Ya benar bro....
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

kusaladhamma

Quote from: Iwan Senta on 16 March 2011, 02:52:12 PM
Kebodohan yang menyebabkan kebencian & keserakahan ?
atau
Kebencian & keserakahan yang menyebabkan kebodohan ?

Mohon kasih pendapat atau pandangannya. tks.

menurut saya, tidak ada yang menyebabkan satu sama lain, karena semua makhluk telah memiliki benih Lobha, dosa, moha sedari mereka lahir didalam diri mereka.
ex: saat anda makan sesuatu hal yang baru yang belum pernah anda makan sebelumnya. dan ketika anda mencobanya dan ternyata enak, anda ingin memakannya lagi (ini sudah lobha = you like), dan jika ga enak anda pasti ingin menghindarinya ( ini sudah dosa = you dont like), tetapi jika anda tidak mencoba makanan ini, tetapi dalam pikiran anda sudah muncul judgement atau penilaian ( ini yg namanya moha = you dont know).
kita bisa memiliki benih2 ini dikarenakan kita telah menanam benih2 ini di masa lalu, butuh perenungan yang sangat dalam (deep contemplation) untuk dapat melihat apa yang mendasari setiap tingkah laku kita baik ucapan, perbuatan atau pikiran. apakah didasari oleh greed, hatred, ignorance, ego, wrong view, or suspiciousness.
thanx
Namo Buddhaya

K.K.

#35
Quote from: kusaladhamma on 20 March 2011, 08:10:34 PM
menurut saya, tidak ada yang menyebabkan satu sama lain, karena semua makhluk telah memiliki benih Lobha, dosa, moha sedari mereka lahir didalam diri mereka.
ex: saat anda makan sesuatu hal yang baru yang belum pernah anda makan sebelumnya. dan ketika anda mencobanya dan ternyata enak, anda ingin memakannya lagi (ini sudah lobha = you like), dan jika ga enak anda pasti ingin menghindarinya ( ini sudah dosa = you dont like), tetapi jika anda tidak mencoba makanan ini, tetapi dalam pikiran anda sudah muncul judgement atau penilaian ( ini yg namanya moha = you dont know).
kita bisa memiliki benih2 ini dikarenakan kita telah menanam benih2 ini di masa lalu, butuh perenungan yang sangat dalam (deep contemplation) untuk dapat melihat apa yang mendasari setiap tingkah laku kita baik ucapan, perbuatan atau pikiran. apakah didasari oleh greed, hatred, ignorance, ego, wrong view, or suspiciousness.
thanx
Namo Buddhaya

"Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang berpandangan mengenai 'segala sesuatu terjadi secara kebetulan' (adiccasamuppanno) dan menyatakan bahwa 'atta' dan 'loka' terjadi atau berbentuk tanpa sebab."

Digha Nikaya 1, Brahmajala Sutta.

Menurut bro kusaladhamma, apakah perbedaannya antara pernyataan bold-biru di atas dengan kutipan sutta tersebut?

kusaladhamma

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 March 2011, 09:55:49 AM
"Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang berpandangan mengenai 'segala sesuatu terjadi secara kebetulan' (adiccasamuppanno) dan menyatakan bahwa 'atta' dan 'loka' terjadi atau berbentuk tanpa sebab."

Digha Nikaya 1, Brahmajala Sutta.

Menurut bro kusaladhamma, apakah perbedaannya antara pernyataan bold-biru di atas dengan kutipan sutta tersebut?
saya tidak mengatakan bahwa atta atau loka terjadi karena tanpa sebab. tetapi saya mengatakan bahwa sedari kita lahir, benih2 lobha dosa moha sebenarnya sudah kita bawa dari kehidupan masa lampau jadi pada saat ini sebenarnya semua sudah ada, dan karena kita memiliki 6 indera dalam tubuh ini, dan saat ke 6 indera ini bertemu dengan 6 kondisi (warna, suara, bebauan, rasa, sentuhan, dharma (pemikiran)) akan menghasilkan 6 Vinnana (kesadaran). dan jika kita tidak sadar/berlatih utk lebih aware. lobha dosa moha kita akan terus bertambah karena selalu terjebak dalam 18 Dhatu ini>
namaste