Kebodohan vs Kebencian & Keserakahan

Started by Iwan Senta, 16 March 2011, 02:52:12 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

wang ai lie

#15
Quote from: Iwan Senta on 17 March 2011, 08:57:09 AM
Jadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Ada yang berpandangan : Keserakahan & Kebencian yang menimbulkan Kebodohan.
2. Ada yang berpandangan : Kebodohan yang menimbulkan Keserakahan & Kebencian.

Saya tidak mengatakan mana yang benar, tapi saya cenderung berpandangan yg ke 2.

Thanks buat responnya.

kalau menurut saya keserakahan dan kebencian berasal dari "kehausan"  keinginan yang egoistis bukan dari kebodohan,
tergantung dari sisi mana kita mengartikan suatu "kebodohan " itu.
jika kita melihat dari sisi tindakan atau perbuatan , tidak akan sama artinya jika kita artikan  "kebodohan" dari sisi psikologis atau sifat.

seseorang yang bodoh tidak akan dapat melakukan sesuatu yang diluar batas berpikir mereka, tapi seseorang yang mempunyai kepintaran dapat melakukan suatu tindakan yang sangat bodoh yang menimbulkan keserakahan dan berakibat pada kebencian.


coba anda baca 'Jalan Berunsur Delapan' (ariya atthangika magga) dari jalan tengah , mungkin bisa membantu .


mohon petunjuk jika ada kesalahan dalam mengartikan atau pun menyampaikan  _/\_




"O..para bhikkhu, apabila dibandingkan dengan hal-hal lain yang bersyarat (sankhata dhamma), Jalan Berunsur Delapan adalah yang terbaik di antara mereka. Barangsiapa yakin terhadapnya, ia memiliki keyakinan dalam hal yang terbaik; dan barangsiapa memiliki keyakinan dalam hal trbaik, akan memperoleh hasil yang terbaik" (Anguttara Nikâya, II. 44).
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

seniya

Seperti yg udh dijawab oleh yg lain bhw kebodohan batin (moha) atau ketidaktahuan (avijja) merupakan akar timbulnya keinginan (tanha) yang menjadi penyebab dukkha, seperti dalam Paticcasamuppada....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

K.K.

Quote from: wang ai lie on 18 March 2011, 06:47:14 AM
kalau menurut saya keserakahan dan kebencian berasal dari "kehausan"  keinginan yang egoistis bukan dari kebodohan,
tergantung dari sisi mana kita mengartikan suatu "kebodohan " itu.
jika kita melihat dari sisi tindakan atau perbuatan , tidak akan sama artinya jika kita artikan  "kebodohan" dari sisi psikologis atau sifat.

seseorang yang bodoh tidak akan dapat melakukan sesuatu yang diluar batas berpikir mereka, tapi seseorang yang mempunyai kepintaran dapat melakukan suatu tindakan yang sangat bodoh yang menimbulkan keserakahan dan berakibat pada kebencian.


coba anda baca 'Jalan Berunsur Delapan' (ariya atthangika magga) dari jalan tengah , mungkin bisa membantu .

[...]
Jika demikian, maka negara paling makmur dan aman adalah negara dengan tingkat kebodohan paling tinggi. Begitukah?


Wijayananda

Mungkin kebodohan yg dimaksud mungkin bkn secara intelektual,seperti dlm pelajaran disekolah,pelajaran berhitung,namun kebodohan batin.. Cmiiw

wang ai lie

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 March 2011, 08:36:03 AM
Jika demikian, maka negara paling makmur dan aman adalah negara dengan tingkat kebodohan paling tinggi. Begitukah?

:) , kan semua tergantung dari definisinya suhu dan saya tidak pernah mendefinisikan " kebodohan" itu yang mengakibatkan keserakahan dan kebencian maupun sebaliknya, seperti yg di sampaikan bro wijayanda ada kebodohan intelektual, ada juga kebodohan batin . sedangkan pendapat saya di atas, keserakahan dan kebencian bukan dari kebodohan, tapi dari "kehausan"  keinginan yang egoistis.

kalau negara itu paling aman dan makmur tanpa ada unsur keserakahan dari pemimpin nya mana mungkin negara di anggap negara dgn tingkat kebodohan tertinggi. negara tidak bisa kita samakan dengan pribadi, sedangkan yang saya maksudkan adalah dari sisi pribadi seseorang, seperti yang di tanyakan oleh bro iwan.  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

fabian c

Quote from: Wijayananda on 19 March 2011, 09:31:13 AM
Mungkin kebodohan yg dimaksud mungkin bkn secara intelektual,seperti dlm pelajaran disekolah,pelajaran berhitung,namun kebodohan batin.. Cmiiw

Yang dimaksud adalah tak bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang bermanfaat bagi kemajuan batin dan mana yang tidak bermanfaat bagi kemajuan batin.

Umpamanya upacara korban dengan menyembelih hewan, menurut mereka yang percaya upacara korban bermanfaat, karena mereka memupuk pahala ke Sorga.

Tapi dari segi pandangan Buddhis, dilandasi ketidak-tahuan (moha/avijja) baik dan tidak baik merugikan dan tidak merugikan, bermanfaat dan tidak bermanfaat, juga dilandasi ketidak-tahuan bahwa yang mereka sembelih adalah mahluk hidup, yang mungkin saja di kehidupan yang lampau pernah menjadi ayahnya, ibunya, anak atau isterinya atau kerabatnya. Dilandasi ketidak-tahuan demikian maka timbul keserakahan (untuk mengumpulkan pahala), demi menyenangkan mahluk tertentu lalu melakukan pembunuhan yang nantinya akan merugikan dirinya sendiri.

Contoh lain: ada seseorang dipukuli oleh temannya, karena marah ia menjadi lupa diri lalu balik membunuh,
atau ada contoh lain seseorang menitipkan sejumlah besar uang pada Polan, kemudian karena kebetulan Polan berpikir bahwa uang itu bisa dia jadikan modal, ia putar untuk bisnis, kemudian setelah berlipat ganda akan dia kembalikan dengan bunganya, lalu ia gunakan uang yang seharusnya tidak boleh ia gunakan, kemudian ternyata bisnisnya macet dan uang si penitip itu tak bisa dia kembalikan.

Salah siapakah disini...? Apakah salah iblis yang menggoda Polan? Atau salah teman bisnisnya yang membuat bisnisnya macet, atau salah si penitip uang...?
Salahnya adalah ketidak tahuan si Polan bahwa dalam dunia ini tak ada yang pasti, karena ketidak tahuan bahwa pikiran menjadi liar bila tak dijaga (timbul berbagai khayalan baik maupun buruk), maka keserakahan timbul dan ia menjadi korban keserakahannya sendiri, bukan Iblis yang patut disalahkan, tetapi dirinya sendiri. 

Jadi dilandasi ketidak tahuan seseorang menjadi marah atau menjadi serakah. Kebodohan disini yang dimaksud adalah kebodohan spiritual, bukan kebodohan intelektual.

Bisa jadi seseorang gelarnya Prof Dr Ir ........... bin ......... SH MA MM dll... tapi ia bisa tetap bodoh secara spiritual.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

#21
Quote from: Wijayananda on 19 March 2011, 09:31:13 AM
Mungkin kebodohan yg dimaksud mungkin bkn secara intelektual,seperti dlm pelajaran disekolah,pelajaran berhitung,namun kebodohan batin.. Cmiiw
Memang betul kebodohan bathin dan kebodohan intelektual/akademis adalah dua hal yang sangat berbeda. Tetapi dibahas dari sisi mana pun, pernyataan "seseorang yang bodoh tidak akan dapat melakukan sesuatu yang diluar batas berpikir mereka, tapi seseorang yang mempunyai kepintaran dapat melakukan suatu tindakan yang sangat bodoh yang menimbulkan keserakahan dan berakibat pada kebencian." adalah keliru.

Secara intelektual, orang pintar dan bodoh sama-sama memiliki keserakahan dan kebencian. Bedanya adalah pada kompleksitasnya. Contohnya orang terbelakang pun memiliki nafsu seksual. Tapi karena pola pikirnya sederhana, maka ia pun mengenali objek seksualnya secara sederhana, misalnya pria terbelakang mengenali ciri umum wanita saja seperti rambut panjang, suara tinggi, dsb. Sementara pada pria yang pintar, maka objeknya seksualnya pun lebih kompleks mungkin sampai ke penampilan dan perilaku yang detail. Demikian pula halnya dengan kebencian.

Dari dorongan keserakahan/kebencian itu, maka timbullah usaha-usaha untuk mendapatkan/menghindari. Namun seorang bodoh memiliki kemampuan terbatas untuk mewujudkannya. Perhatikan bahwa orang bodoh memiliki kemampuan terbatas untuk mewujudkan keinginan, tetapi bukan berarti orang bodoh memiliki kemampuan terbatas untuk menimbulkan keinginan. Karena itulah saya sebut pernyataan di atas adalah keliru. Kebodohan/kepandaian intelktual tidak ada hubungannya dengan tinggi/rendahnya keserakahan & kebencian.

Kebodohan bathin adalah bagaimana seseorang tidak memahami hal sebagaimana adanya. Ia tidak menyadari bahwa tidak ada yang bisa digenggam sebagai aku/atta yang kekal. Sekarang apakah seseorang tidak memahami hidup tidak kekal sehingga membenci kematian, ataukah seseorang saking bencinya dengan kematian sehingga tidak memahami hidup adalah tidak kekal?

wang ai lie

atas masukan dari bro fabian , berarti apa boleh saya tarik kesimpulan bahwa kebodohan yang menimbulkan keserakahan dan kebencian adalah tidak tepat/ tidak sesuai.
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Mr.Jhonz

Tanya; bagaimana cara memusnahkan kebodohan?
Mengapa seorang bhkikku yg hapal sutta2 buddhism masih bisa menciptakan kebodohan baru?
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

wang ai lie

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 March 2011, 10:28:57 AM
Memang betul kebodohan bathin dan kebodohan intelektual/akademis adalah dua hal yang sangat berbeda. Tetapi dibahas dari sisi mana pun, pernyataan "seseorang yang bodoh tidak akan dapat melakukan sesuatu yang diluar batas berpikir mereka, tapi seseorang yang mempunyai kepintaran dapat melakukan suatu tindakan yang sangat bodoh yang menimbulkan keserakahan dan berakibat pada kebencian." adalah keliru.



saya mengeluarkan penyataan tersebut berdasarkan statmen kebodohan yang mengakibatkan keserakahan dan kebencian ,
sedangkan keserakahan yang mengakibatkan timbulnya kebencian itu didasari oleh NIAT yang bersekutu dengan kebencian (dosa), atau keserakahan/kehausan (lobha), atau kegelapan/kebodohan batin (moha).
coba kk lihat lagi statmen saya di atas. apakah saya membenarkan ata hanya memberi pandangan

kalau menurut saya keserakahan dan kebencian berasal dari "kehausan"  keinginan yang egoistis bukan dari kebodohan,
tergantung dari sisi mana kita mengartikan suatu "kebodohan " itu.
jika kita melihat dari sisi tindakan atau perbuatan , tidak akan sama artinya jika kita artikan  "kebodohan" dari sisi psikologis atau sifat.


saya mengatakan seseorang yang bodoh tidak akan melakukan sesuatu dari batas berikir mereka dalam artian dari segi intelektual bukan dari segi spiritual maupun psikologis. jika kita mau melihat dari sisi sebaliknya memang semua orang mempunyai sifat serakah tapi itu pun tergantung dari individu masing2. _/\_


Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

bond

Quote from: Mr.Jhonz on 19 March 2011, 10:47:06 AM
Tanya; bagaimana cara memusnahkan kebodohan?
Mengapa seorang bhkikku yg hapal sutta2 buddhism masih bisa menciptakan kebodohan baru?


Caranya meditasi vipasanna. Hafal sutta hanya membantu mengenal Dhamma kulit luarnya saja. Seperti bisul tidak bisa sembuh bila mata bisulnya tidak terangkat demikian juga dengan kebodohan jika akarnya tidak diangkat maka ia akan terus ada dan sewaktu2 muncul kembali. Sutta itu seharusnya untuk dipraktekan bukan dihafal.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

fabian c

Quote from: wang ai lie on 19 March 2011, 10:35:16 AM
atas masukan dari bro fabian , berarti apa boleh saya tarik kesimpulan bahwa kebodohan yang menimbulkan keserakahan dan kebencian adalah tidak tepat/ tidak sesuai.

Bukan demikian bro, kebencian dan keserakahan selalu bersekutu dengan kebodohan spiritual/ ketidak-tahuan, bukan kebodohan intelektual. Umpamanya menyembelih hewan untuk upacara, adalah kebodohan spiritual (dalam sisi pandang Buddhis) tapi yang melakukan sembelih hewan untuk upacara kadang gelarnya Prof Dr.......  dsbnya, yang menandakan mereka tidak bodoh secara intelektual, tapi bodoh secara spiritual. Baca kembali baik-baik statemen saya.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

wang ai lie

Quote from: fabian c on 19 March 2011, 11:28:57 AM
Bukan demikian bro, kebencian dan keserakahan selalu bersekutu dengan kebodohan spiritual/ ketidak-tahuan, bukan kebodohan intelektual. Umpamanya menyembelih hewan untuk upacara, adalah kebodohan spiritual (dalam sisi pandang Buddhis) tapi yang melakukan sembelih hewan untuk upacara kadang gelarnya Prof Dr.......  dsbnya, yang menandakan mereka tidak bodoh secara intelektual, tapi bodoh secara spiritual. Baca kembali baik-baik statemen saya.

Mettacittena,
bagaimana dengan statmen saya "seseorang yang bodoh tidak akan dapat melakukan sesuatu yg diluar batas berpikir mereka, tapi seseorang yang mempunyai kepintaran dapat melakukan suatu tindakan yang sangat bodoh yang menimbulkan keserakahan dan berakibat pada kebencian" jika di pandang dari sisi intelektual apakah suatu statmen yang keliru?
sedangkan dari segi spiritual saya akui memang tidak tepat atau keliru statmen tsb.

thx atas masukannya ,  mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyampaikan _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

K.K.

Quote from: wang ai lie on 19 March 2011, 10:06:06 AM
:) , kan semua tergantung dari definisinya suhu dan saya tidak pernah mendefinisikan " kebodohan" itu yang mengakibatkan keserakahan dan kebencian maupun sebaliknya, seperti yg di sampaikan bro wijayanda ada kebodohan intelektual, ada juga kebodohan batin . sedangkan pendapat saya di atas, keserakahan dan kebencian bukan dari kebodohan, tapi dari "kehausan"  keinginan yang egoistis.

kalau negara itu paling aman dan makmur tanpa ada unsur keserakahan dari pemimpin nya mana mungkin negara di anggap negara dgn tingkat kebodohan tertinggi. negara tidak bisa kita samakan dengan pribadi, sedangkan yang saya maksudkan adalah dari sisi pribadi seseorang, seperti yang di tanyakan oleh bro iwan.  _/\_
Betul, bro W.A.L, semua tergantung definisinya. Tapi kalau dengan keserakahan & kebencian, dalam Buddhisme, selalu disandingkan dengan kebodohan bathin. Mengenai negara vs pribadi, pertanyaan (retoris) saya tetap relevan. Sama saja seperti saya tanyakan, "Jika demikian, maka orang paling bahagia dan baik adalah orang dengan tingkat kebodohan paling tinggi. Begitukah?" Intinya bodoh/pintar secara intelektual tidak berhubungan dengan kualitas bathin seseorang. 


Quote from: wang ai lie on 19 March 2011, 11:14:13 AM
saya mengeluarkan penyataan tersebut berdasarkan statmen kebodohan yang mengakibatkan keserakahan dan kebencian ,
sedangkan keserakahan yang mengakibatkan timbulnya kebencian itu didasari oleh NIAT yang bersekutu dengan kebencian (dosa), atau keserakahan/kehausan (lobha), atau kegelapan/kebodohan batin (moha).
coba kk lihat lagi statmen saya di atas. apakah saya membenarkan ata hanya memberi pandangan
Tidak masalah apakah membenarkan atau memberi pandangan, tetap menurut saya itu keliru karena membahas kebodohan intelektual yang disandingkan dengan keserakahan & kebencian. Dan pernyataan saya juga hanyalah opini saja, tidak ada nilai mengikatnya. Jadi boleh diterima, ditampung, diabaikan, atau ditolak.

Untuk yang di-bold biru, saya kurang mengerti bagaimana keserakahan bisa menimbulkan kebencian.


Quotekalau menurut saya keserakahan dan kebencian berasal dari "kehausan"  keinginan yang egoistis bukan dari kebodohan,
tergantung dari sisi mana kita mengartikan suatu "kebodohan " itu.
jika kita melihat dari sisi tindakan atau perbuatan , tidak akan sama artinya jika kita artikan  "kebodohan" dari sisi psikologis atau sifat.


saya mengatakan seseorang yang bodoh tidak akan melakukan sesuatu dari batas ber[p]ikir mereka dalam artian dari segi intelektual bukan dari segi spiritual maupun psikologis. jika kita mau melihat dari sisi sebaliknya memang semua orang mempunyai sifat serakah tapi itu pun tergantung dari individu masing2. _/\_
Yang dibahas memang bukan salah juga. Namun akan melebar pada definisi 'egoistis', yang pada gilirannya juga akan mengundang bahasan 'apakah keinginan altruistik tidak menimbulkan keserakahan/kebencian?' dan seterusnya. Padahal semua hal yang dilekati (apakah egoistis/altruistis) juga adalah termasuk kebodohan (bathin).


wang ai lie

waaaaaaaaaaahh saya dapet initial baru WAL  ^-^ makasih makasih  ^:)^ ^:)^ ^:)^  :)) :))

backt to topik ah..

makasih para suhu, atas masukannya, ini lagi coba saya pahami dan saya koreksi lagi, tapi altruistis itu apa ya,, gak tau saya
sedangkan  statmen
"keserakahan yang mengakibatkan timbulnya kebencian itu didasari oleh NIAT yang bersekutu dengan kebencian (dosa), atau keserakahan/kehausan (lobha), atau kegelapan/kebodohan batin (moha)."

maksud saya mengatakan "keserakahan yang mengakibatkan timbulnya kebencian itu didasari oleh kebencian (dosa), atau keserakahan/kehausan (lobha), atau kegelapan/kebodohan batin (moha)."


dikoreksi lagi ya suhu kalo masih salah   ;D  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma