Pada suatu saat ketika Sang Buddha berdiam di dekat kota Savatthi, dalam hutan Jeta di taman Anathapindika. Ratu Mallika datang menghampir Sang Buddha lalu memberi hormat dan duduk disamping-Nya. Setelah itu Ratu Mallika bertanya:
“Yang Mulia, apakah sebabnya mengapa di dunia ini terdapat perempuan yang buruk rupa, cacad, menyedihkan dan juga hidupnya miskin, hanya memiliki sedikit harta, hampir tidak memiliki apa – apa dalam hidupnya dan tidak terpandang?”
“Yang Mulia, apakah sebabnya mengapa di dunia ini terdapat perempuan yang buruk rupa dan cacad, menyedihkan, namun hidupnya sejahtera, sangat kaya, memiliki banyak harta dan sangat terpandang?”
“Yang Mulia, apakah sebabnya mengapa di dunia ini terdapat perempuan yang menarik, sempurna tubuhnya, indah untuk dipandang, pandai bergaul, memiliki kecantikan yang luar biasa akan tetapi hidupnya miskin hanya memiliki sedikit harta, hampir tidak memiliki apa – apa dalam hidupnya dan tidak terpandang?”
“Yang Mulia, apakah sebabnya mengapa di dunia ini terdapat perempuan yang menarik, sempurna tubuhnya, indah untuk dipandang, pandai bergaul, memiliki kecantikan luar biasa dan juga hidup sejahtera, sangat kaya, memiliki harta dan sangat terpandang?”
Sang Buddha menjelaskan (untuk pertanyaan pertama), “Mallika, ada perempuan yang berwatak buruk sangat mudah tersinggung. Oleh karena diprovoksi oleh hal yang kecil, ia gusar dan gelisah, menjadi tegang dan kaku, lalu ia memperlihatkan kemarahannya, kebencian dan ketidaksenangannya. Dia tidak berdana kepada para pertapa / brahmana, juga tidak memberikan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga, wewangian, obat – obatan, dupa tempat tidur, tempat berteduh ataupun pelita. Selain itu, dia juga memiliki sifat iri hati dan dengki terhadap penghargaan, penghormatan dan pemujaan yang diperoleh oleh orang lain. Ia juga suka mendendam dan membenci. Orang seperti itu, setelah meninggal dunia, ia akan kembali mengalami keadaan seperti itu, kemanapun ia dilahirkan kembali, ia akan menjadi perempuan yang buruk rupa, cacad, menyedihkan dan juga hidup miskin, hanya memiliki sedikit harta, hampir tidak memiliki apa – apa dalam hidupnya dan tidak terpandang.”
Lanjut Sang Buddha (untuk pertanyaan kedua), “Mallika ada perempuan yang berwatak buruk, sangat mudah tersinggung. Oleh karena diprovokasi oleh hal yang kecil, ia menjadi gusar dan gelisah, menjadi tegang dan kaku, lalu ia memperlihatkan kemarahannya, kebenciannya dan ketidaksenangannya. Tetapi dia suka berdana kepada para pertapa / brahmana, ia memberikan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga, wewangian, obat – obatan, dupa, tempat tidur, tempat berteduh ataupun pelita. Selain itu, dia tidak memiliki sifat iri hati dan dengki terhadap penghargaan, penghormatan dan pemujaan yang diperoleh oleh orang lain. Ia juga tidak suka mendendam dan membenci. Orang seperti itu, setelah meninggal dunia, ia akan kembali mengalami keadaan seperti itu, kemanapun ia dilahirkan kembali, ia akan menjadi perempuan yang buruk rupa, cacad, menyedihkan tetapi hidup sejahtera, sangat kaya, memiliki banyak harta dan sangat terpandang.”
Lanjut Sang Buddha (untuk pertanyaan ketiga), “Mallika, ada perempuan yang berwatak baik, tidak muda tersinggung. Meskipun diprovokasi oleh hal yang besar, ia tidak menjadi gusar dan gelisah, ia tidak menjadi tegang dan kaku, lalu ia tidak memperlihatkan kemarahannya dan ketidaksenangannya. Namun ia tidak berdana kepada para pertapa / brahmana, juga tidak memberikan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga, wewangian, obat – obatan, dupa, tempat tidur, tempat berteduh ataupun pelita. Selain itu, dia juga memiliki sifat iri hati dan dengki terhadap penghargaan, penghormatan dan pemujaan yang diperoleh oleh orang lain. Ia juga suka mendendam dan membenci. Orang seperti itu, setelah meninggal dunia, ia akan kembali mengalami keadaan seperti itu, kemanapun ia dilahirkan kembali, ia akan menjadi perempuan yang menarik, sempurna tubuhnya, indah untuk dipandang, pandai bergaul, memiliki kecantikan yang luar biasa tetapi dia akan hidup miskin, hanya memiliki sedikit harta, hampir tidak memiliki apa – apa dalam hidupnya dan tidak terpandang.”
Lanjut Sang Buddha (untuk pertanyaan keempat), “Mallika, ada perempuan yang berwatak baik tidak muda tersinggung. Meskipun diprovokasi oleh hal yang besar, ia tidak menjadi gusar dan gelisah, ia tidak menjadi tegang dan kaku, lalu ia tidak memperlihatkan kemarahannya dan ketidaksenangannya. Dan dia suka berdana kepada para pertapa / brahmana, ia memberikan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga, wewangian, obat – obatan, dupa tempat tidur, tempat berteduh ataupun pelita. Selain itu, dia tidak memiliki sifat iri hati dan dengki terhadap penghargaan, penghormatan dan pemujaan yang diperoleh oleh orang lain. Ia juga tidak suka mendendam dan membenci. Pada akhirnya, ketika dia meninggal dan dimanapun akan dilahirkan, dia akan menjadi perempuan yang menarik, sempurna tubuhnya, indah untuk dipandang, pandai bergaul, memiliki kecantikan yang luar biasa, yang cantik dan berpenampilan menarik, juga ia akan hidup sejahtera, sangat kaya memiliki banyak harta dan sangat terpandang.
Sekarang, Mallika, inilah alasan dan sebab:
1. Mengapa ada perempuan yang buruk rupa, cacad, menyedihkan dan juga hidup miskin, hanya memiliki sedikit harta, hampir tidak memiliki apa – apa dalam hidupnya dan tidak terpandang;
2. Mengapa ada perempuan yang buruk rupa dan cacad, menyedihkan, namun hidupnya sejahtera, sangat kaya, memiliki banyak harta dan sangat terpandang;
3. Mengapa ada perempuan menarik, sempurna tubuhnya, indah untuk dipandang, pandai bergaul, memiliki kecantikan luar biasa, akan tetapi hidupnya miskin, hanya memiliki sedikit harta, hampir tidak memiliki apa – apa dalam hidupnya dan tidak terpandang;
4. Dan mengapa ada perempuan yang menarik sempurna tubuhnya, indah untuk dipandang, pandai bergaul, memiliki kecantikan yang luar biasa dan juga hidup sejahtera, sangat kaya, memiliki banyak harta dan sangat terpandang.
Setelah mendengar penjelasan dari Sang Buddha, kemudian Ratu Mallika berkata,
“Kalau begitu saya yakin, Yang Mulia, bahwa apabila pada kehidupan tertentu saya memiliki watak buruk, sangat mudah tersinggung. Oleh karena diprovokasi oleh hal kecil, saya menjadi gusar dan gelisah, menjadi kaku dan tegang, lalu saya memperlihatkan kemarahan, kebencian dan ketidaksenangan saya. Maka saya yang sama (yaitu sekarang) akan buruk rupa, cacad dan menyedihkan.”
“Kalau begitu saya yakin, Yang Mulia, bahwa apabila pada kehidupan tertentu saya suka berdana kepada pertapa / brahmana, memberikan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga, wewangian, obat – obatan, dupa, tempat tidur, tempat berteduh ataupun pelita, maka saya yang sama (yaitu sekrang) akan hidup sejahtera, sangat kaya dan memiliki banyak harta.”
“Kalau begitu saya yakin, Yang Mulia, bahwa apabila pada kehidupan tertentu saya tidak memiliki sifat iri hati dan dengki terhadap penghargaan, penghormatan dan pemujaan yang diperoleh oleh orang lain, disamping itu saya juga tidak suka mendendam dam membenci maka saya yang sama (yaitu sekarang) akan dihargai oleh orang lain dan sangat terpandang.”
“Sekarang, Yang Mulia dalam keluarga kerajaan ini terdapat dayang – dayang dari para bangsawan, dayang – dayang dari para brahmana dan juga dayang – dayang dari para perumah tangga. Saya mempunyai pengaruh terhadap mereka. Yang mulia, mulai hari ini dan selanjutnya saya akan berwatak baik, tidak cepat tersinggung / marah. Walaupun diprovokasi oleh hal – hal yang besar saya tidak akan menjadi tegang atau kaku. Saya tidak akan memperlihatkan kebencian atau ketidaksenangan saya. Saya juga akan berdana kepada pertapa / brahmana berupa makanan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga, wewangian, obat – obatan, dupa, tempat tidur, tempat berteduh ataupun pelita. Saya tidak akan mudah cemburu. Saya tidak akan iri dan dengki terhadap penghargaan, penghormatan dan pemujaan yang diperoleh oleh orang lain, disamping itu saya tidak akan suka mendendam dan membenci.”
“Ini sangat luar biasa Yang Mulia! Sangat Mengagumkan! Yang Mulia, semoga Yang Mulia berkenan menerima saya menjadi murid, mulai hari ini sampai akhir hidup saya, untuk mendapatkan perlindungan dari Yang Mulia.”
(diterjemahkan secara bebas dari Anguttara Nikaya IV, XX, 197 oleh Aditya Widya)
Di cuplik dari Permata Dahmma – Edisi 11 – September 2008.
_/|\_ metta