Tradisi Qing Ming

Started by JackDaniel, 29 March 2008, 05:01:38 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

JackDaniel

Sekedar Buat Share aja

QingMing [ChengBeng/ChniMia] adalah salah satu dari 24
jieqi [cuekhui], konon sudah dikenal sejak dinasti Xia
[He] (2100-1600 SM). 24 jieqi adalah awal dan tengah
bulan kalender matahari (bukan kalender bulan), karena
itu Qingming jatuh pada tanggal 5 atau 4 April
(kalender Masehi tanggal 18 bulan 2 samapai dengan tanggal 9 bulan 3 kalender tionghoa). Jieqi lainnya yang banyak diperingati
adalah DongZhi [TangCi/TangCue] yang jatuh sekitar
tanggal 22 Desember.

Perayaan Qingming memang sudah ada sejak dinasti Zhou
[Ciu] (1100-221 SM), pada periode ChunQiu [ChunChiu]
(770-476 SM). Seorang pangeran bernama ZhongEr
[TiongJi]dari kerajaan Jin [Cin] yang melarikan diri
karena difitnah oleh selir ayahnya. Dalam pelarian ia
ditemani oleh para pengawalnya, diantaranya adalah Jie
ZiTui [Kai CuThui] yang sangat setia.
Beberapa tahun kemudian pangeran ZhongEr kembali ke
negeri Jin, dan berhasil menjadi raja bernama Jin
WenGong [Cin BunKong]. Seluruh pengikutnya diberikan
jabatan dan hadiah kecuali Jie Zitui.
Jie Zitui merasa ia tidak dihargai oleh sang raja,
lalu ia pergi bersama ibunya ke gunung MianShan
[BianSan].
Belakangan raja Jin Wengong teringat pada Jie Zitui,
ia mencarinya sampai ke Mianshan. Setelah beberapa
hari mencari, Jie belum ditemukan. Atas usul seorang
penasehatnya, Jin Wengong membakar hutan di Mianshan
supaya Jie segera keluar karena api.


Sebenarnya tradisi QingMing itu sudah ada sejak jaman
dahulu kala (sejak dinasti Zhou) dan awal mulanya
adalah suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan
pertanian. Pertanda berakhirnya hawa (bukan
cuaca)dingin dan mulainya hawa panas. Dan ada satu
syair kuno yaitu "Sehari sebelum Qing Ming tidak ada
api" atau yang sering disebut HanSeJie.

Ini menandakan QingMing adalah awal panas. Tapi selain
itu juga menyangkut kisah Jie ZhiTui yang mati
terpanggang karena ulah Jin WenGong yang ingat akan
budinya dan memaksa Jie keluar sedangkan Jie takut
dibunuh oleh bekas junjungannya. Jie mati terbakar
dalam posisi menutupi tubuh ibunya. Sejak itu Jin
WenGong memakai bakiak dan mengganti nama gunung
tempat Jie terbakar menjadi gunung Jie dan menguburnya
di pohon Liu yang mati meranggas. Serta memerintahkan
kepada seluruh rakyatnya agar pada 1 hari sebelum Qing
Ming tidak menyalakan kompor sehingga rakyatnya
memakan makanan yang dingin (Han Se. 1 tahun kemudian
Jin mendatangi makam Jie dan mengucapkan penyesalan
serta membuat suatu upacara penghormatan yang megah.
Disitu Jin melihat bahwa pohon Liu itu tumbuh lagi.
Dan ia terkenang akan Jie sehingga pohon tua itu
disebut QingMing Liu dan sejak itu ditetapkan sebagai
hari QingMing.

Walaupun kisah Jie itu tercatat dalam DongZhou LieGuo
Zi dan banyak buku2 sejarah itu mencatat namanya tapi
kisah tsb diatas hanya ada dalam Dongzhou LieGuoZi dan
catatan2 sejarah lainnya tidak pernah menulis kisahnya
yang mati dibakar.

Hari HanSe sendiri berhubungan dengan cuaca begitu
juga QingMing , dimasukkannya kisah Jie yang terbakar
itu lebih bertujuan utk mengenang jasa org yang
berjasa kemudian yang disisihkan , secara moral kisah
ini utk selalu ingat akan org yang berjasa. Sama
seperti kisah QuYan dengan DuanWu(pekcun).

Kebiasaan menggunakan batang Liu sebagai pertanda
QingMing ada yang mengaitkan dengan Shen Nong. Dan ada
juga yang mengaitkan dengan pemberontakan Sorban
Kuning.

Ada juga yang mengaitkan dengan mengusir hawa jahat.
QingMing itu merupakan salah satu dari 3 hari setan
dalam setahun. Dimana pada hari itu dipercaya para
setan diberi kebebasan. Tidak hanya pada hari CioKo
atau QiYue Ban saja.

Kebiasaan menggunakan batang Liu itu merupakan
pengaruh Buddhism Mahayana , terutama menyangkut
dengan Avalokitesvara Bodhisatva.

Kenapa pada hari QingMing itu harus
menyapu/membersihkan kuburan ? Itu berkaitan dengan
tumbuhnya rumput , ditakuti binatang2 merusak kuburan.
Dan cuaca mulai menghangat. Jadi hari itu dianggap
cocok utk membersihkan kuburan.

Dan sejak jaman dahulu hari QingMing ini adalah hari
utk menghormati leluhur , membersihkan kuburan. Dan
pada dinasti Tang , hari QingMing ditetapkan sebagai
hari wajib utk para pejabat membersihkan kuburan ,
mengurus kuburan2 yang terlantar dan menghormati para
leluhur.

Tradisi jaman dahulu (dinasti Tang)sama seperti
sekarang , seperti membakar uang2an , menggantung
lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang ,
membersihkan kuburan. Yang mungkin hilang adalah
menggantung lembaran kertas dan sebagai gantinya
lembaran kertas itu ditaruh diatas kuburan.

Kebiasaan lainnya adalah main layangan , makan telur ,
melukis telur dan mengukir kulit telur. Dan tidak ada
kebiasaan yang membakar rumah2an , mobil2an. Membakar
mobil2an , rumah2an itu hanya dilakukan sekali saja ,
yaitu ketika pada saat penguburan.

Tujuan QingMing itu adalah menghormati leluhur serta
ingat kampung halaman.
Contohnya ada satu tradisi dimana jika org yang
merantau itu ketika pulang pada saat QingMing , org
tsb akan mengambil tanah tempat lahirnya dan menaruh
dikantong merah. Ketika org tsb tiba lagi ditanah
tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tsb ke
alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia tetap
menginjak tanah leluhurnya.
============================================================ ===================
Kertas Sembayang

Sedangkan cerita Liu Bang [Lao Pang] dengan qingming
adalah:
Setelah mendirikan dinasti Han [Han] (206SM-220M), Liu
Bang kembali ke kampung halamannya, mencari kuburan
orang tuanya. Ternyata ia tidak dapat menemukan
kuburan orang tuanya. Lalu ia melembar segenggam
WuShiZhi (kertas lima warna) ke udara, dan wushizhi ini
terbang dan menempel ke kuburan orang tuanya. Akhirnya
ia berhasil menemukan kuburan orang tuanya.
"Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri".

DHAMMAPADA, syair 164

JackDaniel

Setiap bulan 2 Lunar, menurut tradisi Tionghoa,
adalah hari Cheng Beng (Mandarin: Qingming). Di mana menurut
tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat
pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara
penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan
berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan
kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan
Gincua (mandarin: Yinzhi=kertas perak).

Cheng beng adalah salah satu dari 24 Jieqi yang ditentukan
berdasarkan posisi bumi terhadap matahari. Pada Kalender Gregorian
AWAL (bukan akhir!) Cheng beng jatuh pada tanggal 5 April atau 4
April. Bila kita artikan kata Cheng beng, maka Cheng berarti cerah
dan Beng artinya terang sehingga bila digabungkan maka Chengbeng
berarti terang dan cerah.

Saat Chengbeng ideal untuk berziarah dan membersihkan makam
karena cuaca yang bagus (cuaca cerah, langit terang). Apalagi pada
jaman dahulu lokasi pemakaman cukup jauh dari tempat
pemukiman.
Bahkan bila ada orang yang tinggal jauh dari kampung halamannya,
mereka akan berusaha untuk pulang ke kampung halamannya, khusus
untuk melakukan upacara penghormatan para luluhur.

Sejarah Cheng Beng

Sejarah Cheng beng dimulai sejak dulu kala dan sulit dilacak kapan
dimulainya. Pada dinasti Zhou, awalnya tradisi ini merupakan suatu
upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian
serta pertanda berakhirnya hawa dingin (bukan cuaca)
dan dimulainya hawa panas. Ada sebuah syair yang
menggambarkan bagaimana cheng beng itu yaitu: "Sehari
sebelum cheng beng tidak ada api" atau yang sering
disebut Hanshijie (han: dingin, shi: makanan, jie:
perayaan/festival).

Hanshijie adalah hari untuk memperingati Jie Zitui yang
tewas terbakar di gunung Mianshan. Jin Wengong (raja
muda negara Jin pada periode Chunqiu akhir dinasti
Zhou) memerintahkan rakyat untuk tidak menyalakan api
pada hari tewasnya Jie Zitui. Semua makanan dimakan
dalam kondisi dingin, sehingga disebut perayaan makanan
dingin.

Chengbeng lebih tepat jika dikatakan terjadi pada tengah
musim semi. Pertengahan musim semi (Chunfen) sendiri
jatuh pada tanggal 21 Maret, sedangkan awal musim
panas (Lixia) jatuh pada tanggal 6 Mei.
Sejak jaman dahulu hari cheng beng ini adalah hari untuk
menghormati leluhur. Pada dinasti Tang, hari cheng beng
ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat untuk
menghormati para leluhur yang telah meninggal, dengan
mengimplementasikannya berupa membersihkan kuburan
para leluhur, sembahyang dan lain-lain.

Di dinasti Tang ini, implementasi hari cheng beng hampir
sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti
membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas
pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.
Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang
sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas
kuburan. Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang,
makan telur, melukis telur dan mengukir kulit
telur.

Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng
karena selain cuaca yang cerah dan langit yang terang,
kondisi angin sangat ideal untuk bermain layang-layang.
Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui,
karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu.
Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan
menggantungkan gambar burung walet yang terbuat
tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini
disebut burung walet Zitui.

Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian
kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas
batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming.
Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti
itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti
Ming, untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak
tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh
kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyatpun mematuhi
perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang
batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya.

Kenapa pada hari cheng beng itu harus membersihkan
kuburan?

Itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang
dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan
tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak
tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga.
Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari
itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan.
Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang
yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng,
orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan
menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi
di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah
tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia
tetap menginjak tanah leluhurnya
"Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri".

DHAMMAPADA, syair 164

Edward

Bro, copas dari grup fs yah?
Koq sama bgt....
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

JackDaniel

Yupe...sekedar buat share aje...

_/\_
"Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri".

DHAMMAPADA, syair 164

F.T

Thank's jack, sudah berbagi artikel sejarah yang menarik ...

_/\_


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

Fei Lun Hai

Thanks Jack. Kebetulan udah mau Ceng Beng nih  _/\_
your life simple or complex is depend on yourself

SandalJepit

tanya nih.  :-?  kenapa kalau ceng beng bakar-bakar rumah-rumahan kertas ya?

Hikoza83

Quote from: SandalJepit on 10 April 2008, 11:28:22 PM
tanya nih.  :-?  kenapa kalau ceng beng bakar-bakar rumah-rumahan kertas ya?

koq ga bakar tiang listrik ato genset sekalian ya?  ;D
kan kasihan kalo di sono dpt rumahnya gelep sepanjang tahun... :P


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

SandalJepit

Quote from: Hikoza83 on 10 April 2008, 11:49:02 PM
Quote from: SandalJepit on 10 April 2008, 11:28:22 PM
tanya nih.  :-?  kenapa kalau ceng beng bakar-bakar rumah-rumahan kertas ya?

koq ga bakar tiang listrik ato genset sekalian ya?  ;D
kan kasihan kalo di sono dpt rumahnya gelep sepanjang tahun... :P


By : Zen

sapa tau disana udah ada PLN, kalau belon ada boleh juga tuh barangkali bisa jadi perusahaan PLN  disana ..  :P :P :P

Hikoza83

Quote from: SandalJepit on 11 April 2008, 12:48:18 AM
Quote from: Hikoza83 on 10 April 2008, 11:49:02 PM
Quote from: SandalJepit on 10 April 2008, 11:28:22 PM
tanya nih.  :-?  kenapa kalau ceng beng bakar-bakar rumah-rumahan kertas ya?

koq ga bakar tiang listrik ato genset sekalian ya?  ;D
kan kasihan kalo di sono dpt rumahnya gelep sepanjang tahun... :P


By : Zen

sapa tau disana udah ada PLN, kalau belon ada boleh juga tuh barangkali bisa jadi perusahaan PLN  disana ..  :P :P :P
ide bisnis yg brilian bro. ;D
bikin PLN di alam sono, kan isa monopoli. [maen monopoli kale... :)) ]


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

morpheus

Quote from: SandalJepit on 10 April 2008, 11:28:22 PM
tanya nih.  :-?  kenapa kalau ceng beng bakar-bakar rumah-rumahan kertas ya?
menurut penuturan salah satu "pakar" budaya tionghua, dulunya di china kuno, apabila sang suami (atau majikan) meninggal dunia, maka saat mayatnya diperabukan, maka pembantu2 dan istrinya ikutan dibakar idup2 buat menemani sang suami. seorang biksu (?) yg kasihan melihat efek dari budaya barbar ini, maka dia mengajarkan kepada masyarakat bahwa tidak perlu membakar orang idup2, tapi cukup kertas aja sebagai penggantinya... budaya baru ini menyebar luas dan akhirnya bisa menggantikan budaya lama yg cukup sadis itu...

sering saya temukan, kita sebagai keturunan yg udah jauh dari akarnya, ditambah lagi setelah belajar ajaran "agama logis" yg canggih, seringkali melecehkan ataupun ngeledekin budaya "usang" dari leluhur yg keliatannya bodoh ataupun tahayul. ada baiknya kalo kita menggali latar belakang dan asal muasalnya. yg baik kita pertahankan dan yg jelek ditinggalkan...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

gajeboh angek

Uh, topik ini apa hubungannya dengan Buddhisme? Ada yang bisa menjelaskan?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

SandalJepit

Quote from: morpheus on 11 April 2008, 10:06:10 AM
Quote from: SandalJepit on 10 April 2008, 11:28:22 PM
tanya nih.  :-?  kenapa kalau ceng beng bakar-bakar rumah-rumahan kertas ya?
menurut penuturan salah satu "pakar" budaya tionghua, dulunya di china kuno, apabila sang suami (atau majikan) meninggal dunia, maka saat mayatnya diperabukan, maka pembantu2 dan istrinya ikutan dibakar idup2 buat menemani sang suami. seorang biksu (?) yg kasihan melihat efek dari budaya barbar ini, maka dia mengajarkan kepada masyarakat bahwa tidak perlu membakar orang idup2, tapi cukup kertas aja sebagai penggantinya... budaya baru ini menyebar luas dan akhirnya bisa menggantikan budaya lama yg cukup sadis itu...

sering saya temukan, kita sebagai keturunan yg udah jauh dari akarnya, ditambah lagi setelah belajar ajaran "agama logis" yg canggih, seringkali melecehkan ataupun ngeledekin budaya "usang" dari leluhur yg keliatannya bodoh ataupun tahayul. ada baiknya kalo kita menggali latar belakang dan asal muasalnya. yg baik kita pertahankan dan yg jelek ditinggalkan...


it sounds interesting. Dalam aspek "berbakti kepada orang tua",  apakah budaya bakar rumah kertas pada  waktu ceng beng itu memang sesuai dengan agama Buddha?

nyanadhana

 :)) nambah efek globak warming saja.mendingan seseuai Buddhism,uangnya didanakan kepada yang membutuhkan dan amalnya disalurkan atas nama yang telah meninggal. maka ia dan kamu juga akan mendapat karma baik berlipat.(says Master Cheng Yen)
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

ardian_c