News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

awal dan akhir

Started by wen78, 08 December 2010, 08:17:00 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

wen78

ada awal
ada akhir
ada perkenalan
ada perpisahan
bila berjodoh, kita akan bertemu lagi  _/\_
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Mr.Jhonz

Selamat jalan..
Btw,mau kemana sampai ga bisa online?
;D
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

johan3000

亲爱的, 不要忘了我

祝你幸福


:'( :'( :'( :'(
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

andry

tumben liat saceng nangis
Samma Vayama

K.K.

segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Bukan bermaksud "mengorek luka lama" tapi saya rasa sepertinya ini dipicu dari thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?" di mana ada pembahasan "Tidak menyanyi" dan "tidak menyanyi untuk kesenangan indriah". Acuan dari Buddhisme (Theravada, khususnya) adalah Tipitaka, lalu komentar dan sub-komentar. Dalam hal ini, di Vinaya sudah jelas, dan diperinci lagi di kitab komentar, tapi anda bersikeras menentangnya, dan ketika diminta referensi, anda malah suruh bertanya ke bhikkhu. Ini adalah kesalahan karena yang kita akui secara bersama adalah Tipitaka, bukan bhikkhu secara pribadi (yang mungkin antar satu dengan lainnya juga bisa berbeda pendapat). Saya pikir hanya dalam kasus seperti itu saja referensi yang valid diperlukan, bukan pada setiap pembahasan.

Saya pribadi merasa sayang kalau anda sampai perlu 'pergi' dari sini karena hal itu. Tapi kalau memang sudah keputusan akhir, saya juga tidak bisa bilang apa-apa. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.


aitristina

Life is about living...

wen78

 [at] aitristina
nasib kita sama yak... mo menyudahi, tapi tidak bisa, karena masih ada unek2 beberapa pihak yg tertinggal yg belum sempat terucapkan. hanya bedanya, u close thread, dan wa mo cao ;D

[at] Kainyn_Kutho
saya tampung dulu yak....

[at] all
ada lagi unek2 yg belum terucapkan? silahkan keluarkan atau dikemudian hari tidak perlu mengungkitnya kembali.
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

johan3000

Quote from: Kainyn_Kutho on 09 December 2010, 10:09:57 AM
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Bukan bermaksud "mengorek luka lama" tapi saya rasa sepertinya ini dipicu dari thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?" di mana ada pembahasan "Tidak menyanyi" dan "tidak menyanyi untuk kesenangan indriah". Acuan dari Buddhisme (Theravada, khususnya) adalah Tipitaka, lalu komentar dan sub-komentar. Dalam hal ini, di Vinaya sudah jelas, dan diperinci lagi di kitab komentar, tapi anda bersikeras menentangnya, dan ketika diminta referensi, anda malah suruh bertanya ke bhikkhu. Ini adalah kesalahan karena yang kita akui secara bersama adalah Tipitaka, bukan bhikkhu secara pribadi (yang mungkin antar satu dengan lainnya juga bisa berbeda pendapat). Saya pikir hanya dalam kasus seperti itu saja referensi yang valid diperlukan, bukan pada setiap pembahasan.

Saya pribadi merasa sayang kalau anda sampai perlu 'pergi' dari sini karena hal itu. Tapi kalau memang sudah keputusan akhir, saya juga tidak bisa bilang apa-apa. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.

Kalau memang bro wen78 mau pergi....yg cuma kebelakang (kencing, minum air) sejenak...
kemudian kembali lagi...

perbedaan pandangan itu indah koq... n terima kasih utk bro KK telah memberikan pandangan yg lain pula...

kenapa dgn perbedaan pandangan dari KK, bro menjadi "sakit hati" ? mohon penjelasannya...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

johan3000

Quote from: andry on 08 December 2010, 10:25:00 PM
tumben liat saceng nangis

air mata buaya bro...(hahahaha)

eks.... bukan

lagi kupas bawang...

eks... bukan

kemasukan pasir

eks...bukan

__________  (bisa diisi sendiri)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

rooney

Ini memang bro wen yang uda ga bisa buka internet ato pergi karena ada yang kurang berkenan disini ?  :|


FZ

kadang kala hidup itu tidak selalu indah, dan semuanya pro pada pendapat kita..
ada kalanya hidup itu terdapat kontra..

pro dan kontra itu adalah hal yang wajar terjadi.. tidak hanya di dunia maya, di dunia nyata, kita berinteraksi dengan orang2.. hal ini pun kerap kali terjadi.. kita akan sering mengatakan.. ah si A rese banget seh.. blablabla.. gak suka deh gw.. (jujur gw pun sering mengalami seperti ini :)) dan kadang kala ingin meledak rasanya). namun berbalik lagi, terkadang bila bertemu case2 seperti ini, membuat gw berpikir.. bertemu dengan orang yang tidak disukai, berpisah dengan orang dicintai memang ada seperti ucapan Buddha.. lalu apa yang menjadi SOLUSI nya ?

Dari secara teori, kita telah diajarkan untuk melepas, objek itu netral.. dan kita juga sering menemukan orang2 dengan gampang mengatakan berusahalah melepas.. objek itu netral.. namun ucapan tidak segampang dengan melakukan tindakan melepas / memandang suatu objek sebagai suatu kenetralan..

namun terlepas dari objek itu netral, melepas itu tadi, kadang kala dari ada problem2 seperti pro dan kontra tadi bisa menjadikan manusia lebih dewasa dari sebelumnya.. ya mungkin dengan meditasi menyelesaikan problema bisa dijadikan acuan melepaskan masalah seperti ini, karena problem nya secara teori terjadi di pikiran.. pikiran yang bergejolak.. jadi IMO.. kunci hanya terletak pada pikiran bergejolak..

sekali lagi, ini hanya teori, menenangkan pikiran yang gejolak tidak semudah ucapan teori.. jadi jika bro wen merasa jenuh.. cobalah rilex.. mungkin pergi menenangkan diri.. putuskan koneksi dengan dunia maya sejenak.. juga ada manfaatnya.. tapi ya jangan sampai putus persahabatan.. :D

hidup itu kalau lurus saja .. tentu juga bosan ya dan sedikit yang dipelajari.. kalau lika liku laki2 :)) ups.. maksudnya hidup ada lika liku.. tentu ada yang bisa kita pelajari juga.. so jika bro wen mau pergi.. pergilah untuk kembali :D karena dari masalah juga.. bisa banyak yang dipelajari.. dan tentu saja satu2 juga pelajari masalahnya :D

hanya itu pesan2 sponsor..
kalau ada kopdar lagi, jangan lupa datang yooo.. \:D/

 

Hendra Susanto

daahhh... jika ingin kembali jangan sungkan2

wen78

QuoteBukan bermaksud "mengorek luka lama" tapi saya rasa sepertinya ini dipicu dari thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?"
........
........
Saya pribadi merasa sayang kalau anda sampai perlu 'pergi' dari sini karena hal itu. Tapi kalau memang sudah keputusan akhir, saya juga tidak bisa bilang apa-apa. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.

saya pergi bukan hanya karena thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?", tetapi thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?" hanyalah penambah beban sehingga yg pada akhirnya penyangga beban tidak kuat lagi.



Quotedi mana ada pembahasan "Tidak menyanyi" dan "tidak menyanyi untuk kesenangan indriah".

Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa.
Seorang Bhiksu menyentuh bagian apapun dari tubuh seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa.

saya rasa sudah jelas perbedaannya satu dengan yg lainnya. tapi jika di tafsirkan/artikan keduanya adalah memiliki arti yg sama, itu adalah hak anda menafsirkannya/mengartikannya demikian.



QuoteAcuan dari Buddhisme (Theravada, khususnya) adalah Tipitaka, lalu komentar dan sub-komentar. Dalam hal ini, di Vinaya sudah jelas, dan diperinci lagi di kitab komentar, tapi anda bersikeras menentangnya

saya tidak menentang isi vinaya Mahayana maupun Theravada. dari pembahasan awal yaitu bhikku yg menyebrangkan kali, saya merasa sudah sesuai dengan isi vinaya.
jika yg lain mengatakan saya tidak sesuai vinaya dan menentang isi vinaya, ya itu hak anda.




Quotedan ketika diminta referensi, anda malah suruh bertanya ke bhikkhu.

saya memang suruh langsung tanya ke bhikku, karena berdasarkan diskusi sebelumnya, rasanya tidak ada gunanya bagi saya untuk menjelaskannya kembali.
nanti akan berputar2 disitu2 yg berbuntut mengkategorikan ini perilaku, ini pikiran.
jadi, lebih baik tanya ke pihak sangga monestik apa yg sebenarnya.
tidak percaya sangga, hanya percaya Tripitaka, itu hak anda.
ingin mengatakan bhikku tidak boleh main alat musik(gitar) karena dikatakan di vinaya dikatakan begitu,... silahkan itu hak anda.



QuoteIni adalah kesalahan karena yang kita akui secara bersama adalah Tipitaka, bukan bhikkhu secara pribadi (yang mungkin antar satu dengan lainnya juga bisa berbeda pendapat).

bukan kita, tapi anda sekalian(kami dari sisi anda).
bhikku juga menggunakan Tripitaka sebagai sumber utama. benar atau salah hasil interpretasi seorang bhikku, umat bisa menilainya sendiri yaitu datang dan buktikan sendiri.
bila bagi anda ini adalah sebuah kesalahan, itu hak anda.




QuoteSaya pikir hanya dalam kasus seperti itu saja referensi yang valid diperlukan, bukan pada setiap pembahasan.

eits..... tunggu dulu, valid diartikan benar atau sah?
saya tidak mempermasalahkan ketika dikatakan referensi yg saya gunakan adalah benar/salah, tapi saya akan mempertanyakan ketika dikatakan referensi yg saya gunakan adalah sah/tidak sah.
sah atau tidak sah, berarti ada ketentuan/peraturan yg dibuat sehingga dikatakan ini sah dan itu tidak sah.

dikatakan bahwa statement saya tidak didukung oleh referensi yg sah, berarti referensi saya adalah tidak sah.
maka dimanakah peraturan yg mengatakan bahwa interpretasi dari seorang bhikkhu adalah tidak sah?
sekali lagi, adalah hak masing2 jika mengatakan interpretasi dari seorang bhikkhu adalah benar/salah, tapi bila dikatakan sah/tidak sah.. eits... tunggu dulu, atas dasar kekuatan hukum/peraturan apa mengatakan ini sah dan itu tidak sah?

bagi saya pembahasan seharusnya seluruhnya menggunakan referensi terlepas benar atau salah referensi tsb, yaitu seluruh referensi yg berhubungan dengan Buddhism.
jika hanya ingin menggunakan Tripitaka, silahkan, itu hak anda dan hak kalian semua di forum ini.


[at] Forte

terima kasih sarannya, tapi ini tidak ada hubungannya dengan pro dan kontra.
saya hanya mengikuti arus di forum ini. dikatakan harus begitu, maka saya akan begitu, dikatakan harus begini, saya akan begini. ketika saya sudah tidak bisa mengikuti arus lagi, lebih baik saya yg keluar dari arus.
masih ingat kalimat saya "cobalah sekali2 untuk menertawakannya." dikatakan untuk tidak menggunakan kalimat yg seperti itu, maka saya tidak menggunakan kalimat seperti itu lagi.
dikatakan untuk tidak meng-quote kalimat J. Krishnamurti, maka saya tidak meng-quote nya lagi, dan setiap saya quote, selalu saya cek latar belakangnya.
dikatakan untuk tidak menafsirkan, saya berusaha untuk tidak menafsirkan, walaupun masih.

sante,... saya menganggap forum bagian diskusi ibarat kantor. kantor adalah kantor, teman adalah teman, dan keduanya tidak akan bercampur aduk ;)


sekian dan terima kasih  :)
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Sostradanie

[at]wen78

Disaat diskusi kita terakhir saya menanyakan tentang video porno,anda tidak ingin melanjutkan diskusi karena kata anda nanti saya akan menanyakan tentang pembunuhan.Dan anda meminta menyudahi,sayapun setuju.Saya setuju, karena pertanyaan saya tidak anda jawab dan andapun saya lihat bukan tipe orang yang ingin mempelajari lebih dalam.Sehingga tidak ingin mencari kebenaran,tapi berdasarkan apa yang anda baca saat itu.Tapi seperti postingan diatas,itu hak anda.

Saya cuma ingin meluruskan tentang video porno.Saya memberi anda contoh video porno bukan karena ingin menanyakan pembunuhan.Tapi karena SEX ADALAH KEMELEKATAN TERBESAR yang susah dilepaskan.Tapi sex dan menyanyi adalah sama,sumber kemelekatan.Hanya kadarnya yang berbeda.Kenapa bisa berbeda?Karena kenikmatan yang didapat dari sex mempengaruhi semua inderawi.Sedangkan menyanyi tidak.

Kalau menurut saya kenapa tidak boleh?Bukan karena Sang Budha mengatakan begitu terus saya ikut-ikutan mengatakan tidak boleh.Tapi saya menangkap arti yang berbeda.Dengan dibuat peraturan itu,maka membantu seorang bhikkhu untuk lebih mudah lepas dari kemelekatan.

Kenapa saya bilang begini?Karena disaat seseorang bernyanyi,inderawi-nya akan bekerja.Menyesuaikan irama,naik turunnya nada dan bahkan secara tidak sadar terkadang kakinya akan bergerak sesuai irama.Atau jarinya mungkin akan mengetuk-ngetuk kursi yang dia duduk. Sesuai dengan kerja tubuh manusia,disaat telinga mendengar maka dia akan mengirim sinyal ke otak dan otak akan membagikan perintah ke tubuh.Tapi jika kontak itu dihilangkan maka tidak perlu ada reaksi seperti itu.

Seorang bhikkhu,dia meninggalkan hidup perumah tangga dengan tujuan apa?Mengikuti langkah Sang Budha untuk lepas dari roda samsara.Dan disaat seseorang memulai kebhikkuan jelas dia belum sempurna dan masih banyak harus berlatih untuk mencapai tujuannya.Makanya ada yang masih main gitar,masih ngerumpi dll.Karena mereka masih dalam proses. Dan bagaimana proses mereka bisa berjalan jika inderawi mereka selalu dimanjakan?

Sama seperti sentuhan dengan lawan jenis.Anda berpikir jika menyentuh dengan nafsu yang tidak boleh.Tapi apakah tidak terpikir dengan anda bahwa dengan sentuhan malah nafsu bisa timbul?
Disaat menyentuh kulit yang lembut.Terpikirlah,kulitnya lembut sekali.Dan pikiran kita yang biasa berkelana kemana-mana mulai membentuk bayangan.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)