Mengapa seseorang terlahir beragama tertentu?

Started by waterlily, 11 November 2010, 04:21:08 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

waterlily

Rekan-rekan semua, bagi yang beragama buddha maupun non Buddha
saya ingin bertanya, apa yang menyebabkan seseorang terlahir dengan agama tertentu sementara yang lainnya tidak?
->rata-rata agama yang dianut oleh seseorang adalah agama yang sama dengan yang dianut keluarga/orang tuanya.
Nah, sementara pada agama tertentu, ada yang menyatakan bahwa "Hanya penganut agama inilah yang akan diterima disi-Nya (Tuhan/dewa/malaikat/peri/apapun) sementara, bagi yang tidak, maka nerakalah tempatnya.
->bila demikian, maka dunia sungguh tak adil, bagaimana dengan orang-orang yang tak pernah mengenal suatu agama? Untuk apa mereka hidup dan diciptakan bila pada akhirnya mereka hanya masuk neraka???

Bukankah dalam agama ( yang menganut ketuhanan ) mereka tersebut, selalu dikisahkan bahwa Tuhan mereka adalah sosok yang maha pengasih, maha penyayang, maha besar, yang selalu menyayangi seluruh umatnya. Adalah bahwa segala sesuatu, seisi bumi ini diciptakan oleh Tuhan. Jika memang benar demikian, mana mungkin Tuhan pilih kasih, hanya menyayangi umat agama tertentu, sementara yang lainnya tidak.
Namun mengapa sebagai umat, mereka justru terkesan lebih menghakimi satu sama lain, padahal Tuhan mereka saja tenang-tenang saja? Kalau memang Tuhan hanya mencintai umat agama "A", mengapa tidak langsung saja membunuh umat agama "B" yang (katanya) tidak sesuai dengan ajaran-Nya.  Jaman sekarang ini, kondisi keagamaan di Indonesia memang agak memprihatinkan. Bukan kah kita ini Bhineka Tunggal Ika? Namun mengapa yang ada justru kebencian dan diskriminasi antara mayoritas dan minoritas, antara "A", "B", "C", dll.

Nah, pertanyaan saya kepada rekan-rekan semua,
Apa yang menyebabkan seseorang terlahir sebagai penganut agama tertentu dan yang lainnya tidak? Apa mungkin ada hubungannya dengan karma masa lalu? Jika benar, mohon jelaskan.

Bagi rekan-rekan yang terlahir beragama Buddha, pernahkah kalian berpikir, andaikala anda tidak terlahir sebagai buddhis? andaikala anda terlahir dengan agama lain? Bagaimana?

Oh ya? Pentingkah agama itu bagi seseorang? Jika yang ada hanyalah sikap saling berlomba-lomba untuk masuk ke dalam surga, tapi melalaikan kewajiban kita untuk saling bertoleransi antar sesama manusia. Jika agama hanya menimbulkan diskriminasi satu sama lain, bagaimana? Apa pentingnya? dan apa tidak pentingnya?

Semoga kita semua mampu bersikap bijak dalam memandang perbedaan yang terjadi dalam seluruh aspek kehidupan kita.
-Semoga semua makhluk berbahagia-
Salam

Indra

Sang Buddha tidak terlahir sebagai beragama Buddha loh

andry

ada 2 macam pertanyaan.
1. benar2 tidak tahu dan tidak mengerti.
2. hanya ingin mengetahui pandangan sekitar.
Samma Vayama

stephen chow

pertanyaan yg bagus buat di ketahui jawabannya..
menurut saya yg pasti karma lah penyebabnya..
ada yg bisa menjelaskan??
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

waterlily

Quote from: Indra on 11 November 2010, 05:21:29 PM
Sang Buddha tidak terlahir sebagai beragama Buddha loh

iya. saya tahu. Saya hanya ingin tahu pandangan rekan-rekan disini. Saya sudah pernah tanya dengan rekan saya yang beragama non-buddha. Jawabannya: "Karena takdir". atau "Karena kami dipilih" etc. Makanya mohon pendapatnya dari kalian semua.

K.K.

 [at]  waterlily

Kalau untuk agama lain, entahlah jawabnya. Kalau dalam Ajaran Buddha, seseorang lahir di mana adalah karena kecenderungannya di masa lampau. Jika seseorang melekat atau membenci hal tertentu (termasuk agama), maka kelahiran berikutnya sangat mungkin dekat dengan hal tersebut.

Mencari sebab pasti, tentu saja tidak mungkin, tetapi jika ingin spekulasi, salah satu faktor berpengaruh adalah kesamaan pola pikir. Misalnya dulu bodhisatta sebelum bertekad, ia punya tekad untuk 'membantu orang lain mencapai pembebasan'. Ia belum bertemu Buddha dan dhamma, namun tekad itu yang lambat laun membawanya pada kelahiran yang terkondisi bertemu 'yang membantu orang lain mencapai pembebasan' alias seorang Buddha. 


kullatiro

menurut ku pada akhirnya semua nya kan menjadi satu, bila kita melihat lihat agama lain maka akan berbeda dalam hal praktik dan kebijaksanan nya toh lahir di surga tidak ada salah nya, soalnya di surga tusita ada sang Bodhisatva Maitereya dan banyak bodhisatva lain nya yang masih membabarkan dhamma Sang Budhha disana. dan bila jatuh ke nerka ada bodhisatva kitisgarbha disana yang bersedia untuk menolong semua mahluk di dalam neraka( niraya). apa pun pilihan kita perlahan lahan akan berjalan menuju satu arah (banyak jalan ke roma).

hemayanti

saudari lily air..  :)
kalo menurut saya, seseorang tidak terlahir dengan agama tertentu.
ketika kita lahir, jelas bahwa kita belum menganut satu agama apapun.
agama / kepercayaan itu muncul seiring dengan pertumbuhan kita,
dan tentunya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana kita tinggal.
orang2 yang tinggal di lingkungan buddhis, mengenal dan belajar agama buddha sejak kecil,
tentu akan ikut beragama buddha pula.
yang menyebabkan ia terlahir di lingkungan seperti itu tentu adalah buah dari perbuatannya sendiri..

tapi ini juga bukan suatu hal yang selamanya demikian,
karena banyak kasus seseorang yang pindah agama.
walaupun dulunya beragama A dan hidup di lingkungan yang mayoritas agama A.
tapi bisa jadi nantinya ia beralih keyakinan.
seperti yang dikatakan oleh saudara Kainyn
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 November 2010, 06:33:16 PM
[at]  waterlily
Kalau dalam Ajaran Buddha, seseorang lahir di mana adalah karena kecenderungannya di masa lampau. Jika seseorang melekat atau membenci hal tertentu (termasuk agama), maka kelahiran berikutnya sangat mungkin dekat dengan hal tersebut.
jadi apapun keadaan kita sekarang itu adalah akibat dari perbuatan kita sendiri di waktu lalu..
dikehidupan sebelumnya maupun di kehidupan ini.
bukan karena kehendak seseorang yang disebut Tuhan..  :)

kalo menurut saya..
agama tidak menjamin seseorang untuk terlahir di surga ataupun di neraka.
walaupun suatu agama mengajarkan kebaikan, itu tidak akan menjamin pengikutnya menjadi bahagia, jika ia sendiri tidak bisa mempraktekkan apa yang di ajarkan itu.. :)

tidak ada yang tau, apa yang dijanjikan itu akan benar2 terjadi..
jika kamu masuk agama A, maka kamu pasti akan selamat dan masuk surga..
toh selama ini tidak ada yang balik buat laporan kan..  ;D

lagi pula kalopun terlahir di surga, nanti juga mesti keluar lagi..
kalo masa kehidupannya di sana udah habis...
itu menurut buddhis..
kalo menurut agama lain, mungkin akan berbeda..  ;D

jika ada yang kurang tepat, tolong di betulkan..  ^:)^
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

adi lim

#8
Quote from: daimond on 11 November 2010, 07:05:19 PM
menurut ku pada akhirnya semua nya kan menjadi satu, bila kita melihat lihat agama lain maka akan berbeda dalam hal praktik dan kebijaksanan nya toh lahir di surga tidak ada salah nya, soalnya di surga tusita ada sang Bodhisatva Maitereya dan banyak bodhisatva lain nya yang masih membabarkan dhamma Sang Budhha disana. dan bila jatuh ke nerka ada bodhisatva kitisgarbha disana yang bersedia untuk menolong semua mahluk di dalam neraka( niraya). apa pun pilihan kita perlahan lahan akan berjalan menuju satu arah (banyak jalan ke roma).

maaf  :outoftopic:
bold hitam
jika benar sitigabha ada, hidup ini kira2 boleh berbuat kejahatan ! karena dialam neraka sitigaba siap bantu para penghuni neraka.

=))

_/\_
:backtotopic:
:))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

K.K.

Quote from: adi lim on 12 November 2010, 05:38:30 AM
jika benar sitigabha ada, hidup ini kira2 boleh berbuat kejahatan ! karena dialam neraka sitigaba siap bantu para penghuni neraka.
OOT juga.
Menurut sutranya, ibu dari salah satu kehidupan Kstigarbha masuk ke Avicci karena pandangan salah. Lalu Kstigarbha menjual harta bahkan rumahnya untuk membeli bunga, dupa, dan peralatan puja lainnya untuk diletakkan di vihara. Ia lalu merenung di depan rupang Buddha (Padmasamadhisvararaja), dan tiba-tiba Buddha menjawab dari langit dan menyuruhnya pulang dan merenungkan nama Buddha terus menerus, maka ia bisa mengetahui di mana ibunya.

Singkat kata, setelah merenungkan terus menerus, ia "terbawa" ke alam neraka Maha Cakravada yang mengerikan dan bertemu seorang penguasa di sana yang menjelaskan bahwa ibunya telah keluar dari Avici karena jasa dari Kstigarbha itu.

dhammadinna

Quote from: waterlily on 11 November 2010, 04:21:08 PM
Jika agama hanya menimbulkan diskriminasi satu sama lain, bagaimana? Apa pentingnya? dan apa tidak pentingnya?

Agama hanya menimbulkan diskriminasikah?

Agama adalah satu dari sekian ribu hal yang membedakan kita dari orang lain. Sebenarnya perbedaan ini bukan suatu masalah. Orang-orang tertentu lah yang menjadikannya sebuah masalah.

asunn

apa yang menjamin orang tsb akan beragama sesuai lingkungannya sejak lahir? saya banyak melihat koq orang berpindah agama... karena soal agama ini adalah soal kenyamanan masing-masing orang untuk memeluknya... jadi pertanyaan TS seolah mengjudge kalo sudah lahir dengan agama tertentu sudah pasti tidak pindah lagi hehehe... *we live in an impermanent world bro/sis :)

junxiong

memang sih banyak orang yang pindah agama...
tapi bukankah orang yang pindah agama sebetulnya akan sangat berat?
bukankah ada agama-agama tertentu yang sangat melarang umatnya keluar dari agamanya
kasus terburuk ada dikucilkan...
betul-betul butuh tekad dan keberanian yang luar biasa untuk keluar dari agama demikian...

Menurut saya seseorang terlahir di keluarga beragama apa, memang ada hubungannya dengan
takdir atau dalam pandangan Buddhist berhubungan dengan karma yang diperbuatnya pada masa lampau.
"The most likely way for the world to be destroyed, most experts argue, is by accident. That's where we come in; we're computer professionals. We cause accidents." - Nathaniel Borenstein

seniya

Menurut saya, kepercayaan agama seseorang bukanlah disebabkan oleh karma masa lampau, tetapi lebih kepada faktor luar, seperti pengaruh orang tua dan lingkungan (adat istiadat, budaya, dst). Misalnya dalam Ghatikara Sutta, kita mengetahui bahwa Bodhisatta pernah dilahirkan sebagai seorang brahmana bernama Jotipala yang bahkan menghina Buddha Kassapa dan merendahkan ajaran Buddha karena ia dibesarkan dalam tradisi brahmana yang kental (walaupun akhirnya sahabatnya Ghatikara berhasil membuatnya menjadi murid Buddha Kassapa).
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Mokau Kaucu

Setahu saya , di luar negeri ada gerakan menolak Hereditary Religion, atau agama yang mengharuskan keturunan seseorang beragama yg sama dengan orang tuanya.

Kalau tidak salah sih orang tua tidak boleh membaptis anaknya sebelum dewasa, tetapi sebagai orang tua boleh mendidik anaknya moralitas dan kebaikan sesuai dengan keyakinan orang tuanya.

Tetapi anak memiliki hak untuk menentukan sendiri agama/kepercayaan yang cocok baginya; dan pemaksaan orang tua terhadap anak dalam agama , dianggap sebagai pelanggaran HAM; keren kan?

Mudah mudahan gerakan ini  bisa merambah ke Indonesia.
~Life is suffering, why should we make it more?~