Jadi, itulah yg saya pelajari dgn mendirikan bangunan dgn cara yg menurut saya tidak begitu bagus. Saya masih berpendapat bahwa kami bisa membangunnya dgn lebih baik lagi dgn jumlah uang yg telah kita keluarkan utk itu. Tetapi secara pribadi, itu menjadi sebuah pengalaman yg membangun bagi diri saya. Melakukan sesuatu yg tidak saya sukai, dan mengerahkan segala daya upaya dan kebaikan dan kepedulian saya, segenap energi saya, saya mengerahkan segala yg saya punya utk bangunan itu. Sama seperti jika anda menjalin sebuah hubungan, anda harus mengerahkan segalanya, utk melakukan segala sesuatunya bersama-sama, walaupun jika anda tidak setuju dengannya.
Ada seorang anak pramuka yg suka membantu ibu-ibu lanjut usia menyeberang jalan. Dan saya suka menasehati ibu-ibu itu, "Jika seorang anak pramuka datang dan berkata 'Ibu, saya mau membantu anda menyeberang jalan', maka tolong biarkanlah dia membantu anda, walaupun anda sebenarnya tidak mau menyeberang jalan." Maksud saya adalah walaupun ibu-ibu itu tidak mau menyeberang jalan, tetapi anda memberikan kesempatan, tolonglah, karena hal yang paling penting bukanlah menyeberang jalan itu, tetapi kesempatan untuk menunjukkan kebaikan hatinya kepada orang lain, utk menunjukkan rasa belas kasihnya, utk menunjukkan kepeduliannya. "Benda/materi (things)" nya itu tidak penting, "kepedulian (care)" itu lah yg lebih penting.
Beberapa hari ini, orang-orang memberikan saya hadiah Tahun Baru. Sekarang, apa yg anda berikan kepada seorang bhikkhu sebagai hadiah Tahun Baru? Tolong jangan berikan sisir atau sikat rambut. Kadang-kadang orang berpikir, "Ah, Ajahn Brahm kan suka bercanda, jadi berikan saja dia sisir." Tetapi kami tetap menerima barang-barang itu, kami menerima banyak sekali coklat, walaupun tidak mungkin seorang bhikkhu bisa makan begitu banyak coklat. Tetapi kami menerimanya. Mengapa? Karena bukan barangnya yg penting. Kebaikan dan rasa ingin berbagi itu lah yg penting. Hadiah itu sendiri hanya wadahnya saja. Yg terkandung di dalamnya itu yg penting. Bukan maksud saya utk mengecilkan arti dari coklat itu. Maksud saya, kebaikan hati, keinginan berbagi, itulah yg paling penting bagi saya. Kadang-kadang saya berkata, "Jangan berikan coklat banyak-banyak. Jangan berikan handuk banyak-banyak." Karena kadangkala, terutama masyarakat Sri Lanka manakala mereka mempersembahkan dana, mereka selalu mempersembahkan handuk yg dibungkus dgn kertas berwarna coklat. Berapa banyak handuk yg diperlukan seorang bhikkhu? Saya mandi hanya sekali atau dua kali saja sehari. Kadang-kadang orang-orang Thai mempersembahkan jubah. Kami punya lemari pakaian yg penuh dgn jubah. Bhikkhu yg duduk di samping saya ini adalah bhikkhu yg mengurusi gudang, dia akan memberitahukan anda berapa banyak jubah dan barang-barang yg kami terima.
Tetapi walaupun kami sudah mencoba untuk bilang, "Jangan berikan begitu banyak jubah, berikan barang-barang lain yg lebih berguna", tetapi tidak, kami tidak bisa mengaturnya. Jadi, saya bilang, "Baiklah, berikan jubah, berikan coklat, berikan handuk." Mengapa? Karena bukan handuknya yg kami butuhkan. Kebaikan dan kesempatan bagi orang-orang utk berbagi itulah yg penting.
Sama seperti hubungan dgn pasangan hidup anda atau bahkan di kantor anda atau apa pun yg lain yg anda lakukan dalam kehidupan anda, jangan melihat pada "benda/hal (things)" nya dan berusaha utk mendapatkan "benda/hal (things)" yg benar. Ia bukanlah tentang materialisme. Ini adalah sesuatu yg jauh lebih dalam dari itu. Ia bukan bagaimana mendapatkan gedung meditasi yg terbaik, tetapi mendapatkan hati yg terbaik.
Jadi, ketika saya memperhatikan hal itu, saya menyadari bahwa semua itu adalah wadah, ketika anda keliru menganggap wadah sebagai isinya, di sanalah anda akan menghadapi masalah. Pernikahan, itu adalah wadah. Apa yg anda letakkan di dalam wadah dari sebuah pernikahan itulah yg penting. Menjadi seorang bhikkhu, seorang bhikkhu Theravada, memakai jubah, tidaklah penting. Bagaimana anda mempergunakan wadah itu, apa yg sebenarnya ada di dalamnya, itulah yg penting. Kemampuan seorang bhikkhu, hanya melayani, senantiasa rendah hati, selalu damai, memiliki sedikit saja harta benda. Itulah yg benar-benar penting. Saya ingat ketika saya pertama kali datang ke Australia sekitar dua puluh enam tahun yg lalu, saya pernah bertanya kepada seorang pendeta ka****k yg saya kenal di sini. Saya bilang, "Apakah pantas, apakah anda bahagia kalau kita menyebut diri kita biarawan (monks)." Karena sebutannya (yakni "monks") hampir sama dgn sebutan yg dipakai di agama kr****n. Dan dia berkata, "Lihat saja diri anda, bagaimana anda berprilaku. Anda sederhana, anda memiliki sedikit saja harta benda. Anda melayani dan baik hati, anda telah melepaskan begitu banyak." Dia bilang, "Kami akan mengakui anda sebagai biarawan atau biarawati." Dan itu benar-benar penting bagi saya karena alasan mengapa dia berkata, "Ya, anda adalah seorang biarawan atau biarawati." Bukan karena jubah atau kepala gundul yg asing bagi mereka. Tetapi karena apa yg ada di dalam jubah atau apa yg ada di balik kepala gundul itu, yakni kesederhanaan, rasa belas kasih kepada orang lain dan kebaikan hati. Itulah yg benar-benar penting.
Jadi, inilah jati diri seorang bhikkhu yg sebenarnya. Kebanyakan orang seperti orang Australia misalnya, mereka tidak pernah melihat bhikkhu atau bhikkhuni. Dan hal-hal inilah yg mereka harapkan dari kami. Dan jika anda melihat seorang bhikkhu memakai ponsel yg mahal, atau sedang menenteng laptop, atau memakai jam tangan Rolex, anda akan berpikir, "Itu bukan bhikkhu." Mengapa demikian? Karena itu tidak pantas bagi seorang bhikkhu. Kadang-kadang orang bilang, "Ajahn Brahm, anda sudah menjadi seorang bhikkhu selebritis sekarang. Bukankah sudah saatnya anda memakai jubah yg lebih keren?" Anda tahu, seperti yg dipakai orang di TV? Sudahlah, saya cuma bercanda saja. Jubah yg keren tidak menunjukkan siapa diri saya yg sebenarnya. Anda harus sederhana, sabar, tenang, damai, memiliki sedikit saja harta benda, dan kemelekatan yg seminimal mungkin. Hal-hal inilah yg orang-orang harapkan dari semua ini. Wadah tidak begitu penting dibanding isinya. Dan kadang-kadang isinya bisa menunjukkan wadahnya. Kadang-kadang isinya yg menentukan wadahnya. Tetapi isi adalah hal yg paling penting.
Ada satu perkataan Sang Buddha yg sangat menarik. Karena beliau sendiri pun kadang-kadang terlibat konflik. Orang-orang menuduhnya melakukan hal-hal yg beliau tidak lakukan, atau berdebat dengannya. Dan ketika mereka benar-benar berdebat dengannya, Sang Buddha berkata, "Saya tidak pernah berdebat dgn dunia. Dunia lah yg berdebat dgn saya." Itu adalah kalimat yg sangat menarik. Apa maksud dari ungkapan itu? Artinya, ya di sana ada konflik, ada perdebatan, ada ketidaksetujuan, orang-orang menginginkan cara yg berbeda-beda, anda tidak bisa mengendalikan dunia ini, atau mengaturnya sesuai keinginan anda.
Dunia berdebat. Anjing menggonggong. Para politisi bodoh, tapi banyak juga yg pintar. Jadi ada hal-hal yg berjalan tidak semestinya, tetapi anda tidak berdebat dgn kenyataan itu. Kita memahami bahwa di dalam setiap hubungan dan persahabatan, ada saat-saat ketika terjadi konflik-konflik yg hebat, kita memahami bahwa di dalam kehidupan, tubuh kita akan menyerah dan kita pun jatuh sakit. Alam berdebat dgn tubuh kita. Tetapi pikiran kita memahami dan menerimanya, dan berdamai dengannya. Dan memahami bahwa kita tidak akan selalu mendapatkan apa yg kita inginkan. Pesawat yg kita tumpangi tidak selalu tepat waktu. Kita tidak selalu mendapatkan tempat duduk yg kita inginkan di dalam pesawat. Dan kita tidak bisa mengharapkan bahwa orang-orang akan selalu datang tepat waktu, mereka akan terlambat, mereka tidak selalu melakukan hal-hal yg kita inginkan. Tetapi kini saya sudah memahaminya. Bahwa itulah kehidupan. Jadi, saya tidak berdebat dengannya. Anda tidak bisa mengharapkan semua orang melakukan hal-hal yg seharusnya mereka lakukan.
Dulu, ketika saya pertama kali menjadi kepala Vihara Bodhinyana, saya ingin semua bhikkhu saya menjadi bhikkhu yg sempurna. Dan tentu saja hal itu menimbulkan begitu banyak penderitaan. Tidak peduli seteliti apa pun saya, sekeras apa pun usaha yg anda lakukan, sebagus apa pun ceramah yg anda berikan, bhikkhu hanyalah bhikkhu. Sama ketika saya mengajar retret meditasi. Saya benar-benar menginginkan semua orang yg ikut retret utk mencapai jhana dan mencapai pencerahan. Dan saya berusaha begitu keras, saya memberikan begitu banyak ceramah dan begitu banyak wawancara. Dan apa yg terjadi? Itu bukan salah saya. Jadi mengapa saya harus kecewa? Jadi, saya menyadari saya tidak bisa mengatur siapa pun. Dan saya tidak bisa mengatur tubuh saya. Dan yg lebih penting lagi saya tidak bisa mengatur kehidupan. Jadi, daripada berseteru, berseteru, dan berseteru. Daripada mengkhawatirkan wadahnya, saya hanya fokus pada isinya. Daripada berseteru, pada akhirnya anda harus berdamai dgn segala sesuatunya.
Kerahkan segala daya upaya yg anda mampu padanya, tetapi lepaskanlah keinginan untuk mencapai keberhasilan. Lepaskan keinginan utk mendapatkan hasil. Lepaskan keinginan utk memperoleh sesuatu yg substansial yg bisa anda banggakan. Bukan substansial, tetapi saya fokus pada yg insubstansial sekarang. Jika saya mengajari anda retret dan setiap orang cuma tidur saja sepanjang hari, dan berbicara pada saat mereka seharusnya diam, dan menyelundupkan biskuit di sore hari ketika anda seharusnya hanya boleh makan di pagi hari. Ketika mereka melakukan hal-hal yg tidak seharusnya mereka lakukan, apakah saya marah? Saya katakan tidak, karena saya tidak mencari kesuksesan pada hasil akhirnya. Tetapi saya mencari kesuksesan pada prosesnya. "Saya sudah melakukan yg terbaik. Saya sudah memberikan yg terbaik. Dan itulah kesuksesan saya..." Jadi, anda tidak mencoba utk mendapatkan hasilnya, tetapi anda mencoba utk memberikan.
Dan hal itulah yg saya pahami dari sesuatu yg mendasar di dalam jalan spiritual. Anda tidak menilai spiritualitas, kedamaian dan kesucian, berdasarkan hasilnya. Ia selalu berdasarkan pada jalannya, pada prosesnya. Itulah mengapa ketika seseorang berkata kepada saya siang tadi, bahwa pada saat retret baru-baru ini, salah satu nasihat terbaik yg saya berikan pada mereka sebagai pedoman meditasi mereka, yg benar-benar membantu mereka melewati rintangan, adalah ketika saya berkata bahwa di dalam meditasi, anda tidak mencoba utk mencapai apa pun, atau utk melihat sinar yg indah atau utk merasakan pengalaman-pengalaman pencerahan. Di dalam meditasi, anda hanya perlu memberikan waktu anda, kesadaran anda, energi anda, hanya utk setengah jam ini saja, utk duduk. Dan anda memberikan tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Ia hanya berupa pemberian yg murni. Ia bukan utk mendapatkan sesuatu. Ia hanya berupa keindahan spiritual dari memberikan sesuatu, tanpa mengharapkan apapun sebagai imbalannya. Dan itu adalah hal-hal yg dulu diajarkan kepada saya oleh Ajahn Chah. Karena anda melihat orang-orang memberikan sumbangan kepada vihara Ajahn Chah. Dan mereka bahkan tidak menerima tanda terima apa pun.
Saya melihat vihara dan gereja lain, atau institusi lain, jika anda memberikan sumbangan, nama anda akan dipajang di dinding, atau dicetak di buletin. Atau bahkan jika anda memberikan sumbangan yg besar, nama anda bisa dipakai utk menamai ruangan atau gedung. Tetapi jika itu yg anda anggap perlu anda lakukan, dgn memberikan sumbangan yg besar agar nama anda bisa dipakai utk nama gedung, di dalam agama Buddha kita tidak menyebutnya kedermawanan. Kita tidak menyebutnya pemberian. Kita menyebutnya membeli hak utk pasang iklan. Anda mengiklankan diri anda sendiri. Itu bukan pemberian. Jadi, jika anda mau memberikan sumbangan di sini, dan anda mengharapkan sesuatu sebagai imbalannya, itu bukan kedemarwanan yg sebenarnya. Sama seperti jika anda memberikan kesadaran dan rasa belas kasih anda pada saat ini dan anda mengharapkan sesuatu sebagai imbalannya, itu bukanlah kedermawanan. Itu bukan jalan spiritual. Anda telah melewatkan sesuatu. Itulah sebabnya mengapa ia sering tidak berhasil. Kadang-kadang orang mencoba bermeditasi, setelah setengah jam, "Saya belum tercerahkan. Tidak ada gunanya!" Harus mendapatkan kedamaian, harus mendapatkan sesuatu darinya. Anda pergi mengikuti retret sembilan hari, dan anda tidak mendapatkan apa-apa, dan anda minta uang anda kembali. Sikap seperti apa itu? Apa yg terjadi jika anda ingin sukses di dalam jalan spiritual? Tidak saja di jalan spiritual, tetapi juga di dalam kehidupan? Jawabannya adalah dgn mampu utk "memberi". Tanpa mengharapkan apapun sebagai imbalannya. Karena proses dari memberi, menjadi baik hati, punya rasa belas kasih, pada hakikatnya sudah merupakan hal yg baik.
Sama seperti ketika anda memaafkan seseorang, orang yg telah melukai anda, yg telah sewenang-wenang kepada anda, yg telah berbuat kasar kepada anda. Dan jika anda memaafkan mereka dan mengharapkan mereka utk berubah, maka anda telah melewatkan begitu saja kekuatan dari memaafkan. Anda tidak memaafkan seseorang utk mendapatkan sesuatu. Anda memaafkan mereka hanya utk keindahan dari memaafkan, karena ia bisa menimbulkan inspirasi spiritual, hanya dgn memberikan maaf. Sama seperti ketika anda melihat orang-orang memberikan sesuatu. Walaupun anda tidak memerlukan sisir atau sikat rambut, mereka memberikannya utk membangkitkan inspirasi dari memberikan sesuatu. Tanpa mengharapkan apa pun sebagai gantinya. Jika anda memahaminya, maka anda memahami mengapa proses, apa yg terkandung di dalam wadah atau apa pun yg anda lakukan, adalah hal yg paling penting. Hasil akhirnya tidak bisa anda atur. Anda mungkin bermeditasi, kadang-kadang ia berhasil, kadang-kadang tidak. Anda memberikan sumbangan ke sebuah badan amal, kadang-kadang ia sampai kepada yg berhak menerimanya, kadang tidak. Anda menjalin hubungan, anda memberikan segala yg anda punya, kadang-kadang ia berhasil, kadang tidak. Anda tidak bisa mengatur hasil akhirnya. Yg bisa anda lakukan adalah mengatur prosesnya, dgn memberi, dan tidak mengharapkan apa pun sebagai imbalannya. Proses adalah hal yg paling penting.
Bila anda memahami ini, anda akan memahami hal-hal yg bisa mengaburkan arti dari sebuah agama, arti dari sebuah vihara atau gereja, ketika kita hanya melihat betapa besarnya sebuah vihara atau gereja, tanpa menghiraukan keindahan dari orang-orangnya. Anda melihat hasil akhir dari menjadi kaya raya, punya banyak harta dan kekuasaan, terkenal, sebagai inti dari itu semua, bukan sebagai efek sampingnya saja. Apa yg paling penting adalah prosesnya dan keindahan dari memberi, memaafkan, memiliki rasa belas kasih. Jadi, lain kali jika anda memaafkan seseorang, jika anda memaafkannya dgn berharap agar mereka bisa berubah, maka anda telah melewatkan kekuatannya. Memaafkan ada disana karena hal itu akan mengangkat anda dan segalanya ke tingkatan yg lebih tinggi dan indah ini. Jika anda mendambakan hasil akhirnya, maka anda telah mengecilkan keindahan dari memaafkan.
Jadi, kapan saja anda berbaik hati, berbelas kasih, bermeditasi, memberikan sumbangan, apa pun yg anda lakukan, bila anda mendambakan hasilnya, ia akan merusak segalanya. Ketika anda berpikir, "Apa yg saya lakukan sekarang memang sudah sepantasnya dilakukan. Saya membangun gedung itu karena memang pantas dibangun. Apa pun anggapan orang lain, siapa yg peduli?" "Itu adalah gedung meditasi yg sudah cukup bagus, anda sudah ke sana. Dia adalah suami yg sudah cukup bagus, istri yg sudah cukup bagus, teman yg sudah cukup bagus, anak-anak yg sudah cukup bagus, tubuh yg sudah cukup bagus." Ayolah. Jangan mengharapkan lebih dari "Itu sudah cukup bagus" lagi. Dengan tingkatan seperti itu, kadang-kadang ketika saya memberikan ceramah seperti ini, orang-orang bilang, "Ajahn Brahm, anda menyuruh kami utk tidak berusaha, utk tidak memiliki ambisi, utk tidak melakukan apa pun." Saya menjawab, "Tidak, saya menyuruh anda utk berusaha semaksimal mungkin dan tidak mengharapkan apa pun. Tapi utk mendapatkan hati yg indah." Tujuan dari hidup ini, apa yg menjadi tujuan anda, ambisi anda, apa yg memberikan makna pada kehidupan anda, adalah bukan pada hal-hal yg anda miliki di luar, tetapi pada apa yg anda bangun di dalam sana.
Apa gunanya memiliki rumah villa yg besar, tetapi anda tidak bahagia. Apa gunanya menjadi seorang presiden direktur perusahaan, dgn perusahaan anda masuk ke dalam daftar 400 atau 500 perusahaan terbesar, jika anda harus membaca buku keuangan setiap akhir pekan, hanya utk melepaskan tekanan emosional anda saja, atau harus minum obat tidur setiap malam agar bisa tidur. Jadi, keberhasilan di dalam kehidupan, apa yg seharusnya menjadi tujuan anda, adalah spiritual, utk menyempurnakan proses kebaikan, kedamaian, belas kasih, kewaspadaan. Utk membuatnya jadi lebih baik. Tanpa mengharapkan apa pun sebagai balasannya. Itulah tujuannya. Kedamaian, kebebasan, kebaikan, keindahan, dan juga kebijaksanaan.
Bagaimanakah kita mengembangkan kebijaksanaan? Karena kebijaksanaan adalah bekerjasama juga. Jika muncul masalah dalam hidup anda, saya mengatakan ini kepada seseorang sebelumnya, tolong jangan menganggapnya sebagai masalah anda. Tolong jangan menganggapnya sebagai masalah mereka. Saya sering bilang agar selalu menganggapnya sebagai masalah kita bersama. Kita bersama-sama di dalamnya dan keindahan dari sebuah proses, kita bisa berbagi dgn orang lain. Kita akan menyelesaikannya bersama-sama. Dan walaupun jika ia selesai dan memberikan hasil yg baik, itu bagus, tetapi itu tidaklah terlalu penting. Yg paling penting adalah kita bekerja bersama-sama. Bukan karena ia akan menyelesaikan semua masalah kita, tetapi masalah yg sebenarnya adalah ketika kita tidak bekerja bersama-sama. Itulah masalahnya. Jadi, jika kita belajar utk bekerja bersama-sama, maka kita telah memiliki keindahan dari kehidupan spiritual. Kita tidak merasa sendirian, dan sebenarnya kita semakin mendekati kenyataan bahwa kita semua berada di dalam perahu yg sama.
Cerita yg berikut ini, ini ada sebuah cerita tentang seekor tikus. Cerita ini diberikan kepada saya ketika saya berada di Penang. Jadi, setiap kali saya pergi ke luar negeri, janganlah berpikir, "Oh Ajahn Brahm, anda seharusnya lebih sering tinggal di rumah." Karena saya sering mendapat bahan-bahan baru ketika saya pergi ke luar negeri. Kembali lagi ke cerita tadi, diceritakan bahwa pada suatu ketika hiduplah seekor tikus di rumah petani, dan dia adalah seekor tikus kecil yg bahagia, dia cukup makan, karena adalah hal yg bagus jika ada tikus di rumah anda karena anda tidak memerlukan lagi vacum cleaner, karena si tikus bisa memakan sisa potongan makanan yg berserakan di mana-mna. Tetapi si petani pemilik rumah tidak pernah suka pada tikus ini. Jadi, pada suatu hari si tikus mengintip dari celah-celah dinding, dan dia melihat si petani sedang membuka bungkusan sebuah kotak. Ketika dia melihat apa yg ada di dalam kotak itu, si tikus pun menjadi takut. Ternyata si petani membeli sebuah perangkap tikus! Dan si tikus pun menjadi sangat sedih dan takut sehingga dia pergi menemui temannya, si ayam. "Petani membeli perangkap tikus! Petani membeli perangkap tikus! Gawat! Ini benar-benar gawat!" Dan si ayam berkata, "Bukan urusanku. Tidak ada hubungannya dgn ku. Jadi itu adalah masalahmu, tikus. Pergi dari sini!" Dan si tikus pun tidak mendapat simpati dari si ayam. Jadi, dia pergi mencari temannya yg lain, Pak Babi.