Perumpamaan Raja yang Cerdik & Pengembangan 4 Landasan Perhatian (4SATIPATTHANA)

Started by Utphala Dhamma, 06 October 2010, 05:50:30 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Utphala Dhamma

Ibarat raja yang waspada, cerdik, & bijak melindungi dan selalu ingat pada ibu kota dan seluruh cakupan wilayah-wilayahnya yang terdalam maupun terluar, begitupula seseorang dalam mengembangkan 4 Landasan Perhatian/Kewaspadaan (4 SATIPATTHANA).

Jasmani, Perasaan, & Pikiran bak ibu kota yang dibentengi.

Fenomena/dhamma (Pancakhanda atau 6 Gerbang Indera, 5 Nivarana, 7 Faktor Pencerahan, dan 4 Kesunyataan Mulia) bak seluruh wilayah kekuasaannya.

Utphala Dhamma

PERHATIAN BENAR (Samma Sati) - Faktor Ketujuh Jalan Mulia Beruas 8

"Katamā ca, bhikkhave, sammāsati?
Idha, bhikkhave, bhikkhu:

KĀYE, kāyānupassī viharati ātāpī sampajāno satimā vineyya loke abhijjhā-domanassam,

VEDANĀSU, vedanānupassī viharati ātāpī sampajāno satimā, vineyya loke abhijjhā-domanassam,

CITTE, cittānupassī viharati ātāpī sampajāno satimā vineyya loke abhijjhā-domanassam,

DHAMMESU, dhammānupassī viharati ātāpī sampajāno satimā vineyya loke abhijjhā-domanassam.

Ayam vuccati, bhikkhave, sammāsati."

<SN 45.8 Magga-vibhanga Sutta & DN 22. Maha Satipatthana Sutta>
----------------

DAN APAKAH, PARA BHIKKHU, PERHATIAN BENAR?

Terhadap JASMANI,
Melihat/merenungkan JASMANI sebagai JASMANI semata (bukan yang lain, tidak lebih jauh, tanpa pemikiran yg disertai nafsu, kebencian, & ketidaktahuan seperti pandangan salah "ini diri/diriku/milikku");
Dengan antusias dijadikan landasan PERHATIAN/KEWASPADAAN/PERENUNGAN yang disertai PEMAHAMAN yang jelas/jernih;
Dengan menanggalkan keinginan & kekecewaan (mengamati tanpa menginginkan juga menolak) sehubungan dengannya.

Terhadap PERASAAN,
Melihat/merenungkan PERASAAN sebagai PERASAAN semata (bukan yang lain, tidak lebih jauh, tanpa pemikiran yg disertai nafsu, kebencian, & ketidaktahuan seperti pandangan salah "ini diri/diriku/milikku");
Dengan antusias dijadikan landasan PERHATIAN/KEWASPADAAN/PERENUNGAN yang disertai PEMAHAMAN yang jelas/jernih;
Dengan menanggalkan keinginan & kekecewaan (mengamati tanpa menginginkan juga menolak) sehubungan dengannya.

Terhadap PIKIRAN,
Melihat/merenungkan PIKIRAN sebagai PIKIRAN semata (bukan yang lain, tidak lebih jauh, tanpa pemikiran yg disertai nafsu, kebencian, & ketidaktahuan seperti pandangan salah "ini diri/diriku/milikku");
Dengan antusias dijadikan landasan PERHATIAN/KEWASPADAAN/PERENUNGAN yangg disertai PEMAHAMAN yang jelas/jernih;
Dengan menanggalkan keinginan & kekecewaan (mengamati tanpa menginginkan juga menolak) sehubungan dengannya.

Terhadap DHAMMA
(Fenomena apapun, semata unsur-unsur jasmani atau batin yang timbul lenyap & tergantung kondisi-kondisi penunjangnya),
Melihat/merenungkan DHAMMA sebagai DHAMMA semata (bukan yang lain, tidak lebih jauh, tanpa pemikiran yg disertai nafsu, kebencian, & ketidaktahuan seperti pandangan salah "ini diri/diriku/milikku");
Dengan antusias dijadikan landasan PERHATIAN/KEWASPADAAN/PERENUNGAN yg disertai PEMAHAMAN yang jelas/jernih;
Dengan menanggalkan keinginan & kekecewaan (mengamati tanpa menginginkan juga menolak) sehubungan dengannya.

INILAH, PARA BHIKKHU, YANG DISEBUT PERHATIAN BENAR.
--------

RIGHT MINDFULNESS
(Samma Sati ~> 7th Factor of The Eightfold Noble Way)

What, monks, is called Right Mindfulness?

Upon BODY,
Observing BODY as just BODY (nothing more, as it really is),
Ardently with clear understanding & mindfulness,
After setting aside desire and stress towards it
(OBSERVING WITHOUT grasping nor resenting).

Upon FEELING,
Observing FEELING as just FEELING (nothing more, as it really is),
Ardently with clear understanding & mindfulness,
After setting aside desire and stress towards it
(OBSERVING WITHOUT grasping nor resenting).

Upon MIND,
Observing MIND as just MIND (nothing more, as it really is),
Ardently with clear understanding & mindfulness,
After setting aside desire and stress towards it
(OBSERVING WITHOUT grasping nor resenting).

Upon ANY PHENOMENON,
Observing PHENOMENON as just PHENOMENON (nothing more, as it really is),
Ardently with clear understanding & mindfulness,
After setting aside desire and stress towards it
(OBSERVING WITHOUT grasping nor resenting).

This, monks, is called right mindfulness.

<SN 45.8 Magga-vibhanga Sutta & DN 22. Maha Satipatthana Sutta>

Note (*):
PHENOMENON (dhamma):
any reality including any mental or physical components, their existence, arising & disappearing.
****************

"Sabbe Sankhara Anicca,"
<All conditioned things are impermanent, changing, fleeting, momentary>

"Sabbe Sankhara Dukkha,"
<All conditioned things are unsatisfactory, unreliable, stressful>

"Sabbe Dhamma Anatta."
<All phenomenon (conditioned & not conditioned) are not self, impersonal, soulless/selfless, ownerless>
<AN 3.134. Dhammaniyama Sutta>

Utphala Dhamma

PERHATIAN BENAR (Samma Sati) - Faktor Ketujuh dalam Jalan Mulia Beruas 8

Dengan PERHATIAN BENAR, mengamati batin & jasmani sebagai batin & jasmani semata, mengajak kita untuk melihat sendiri secara langsung bahwa yang ada sebenarnya hanyalah unsur-unsur mental & unsur-unsur jasmani semata yang Anicca, Dukkha, Anatta.

PERHATIAN BENAR melatih kita untuk memiliki perspektif yang benar terhadap segala sesuatu, melihat fenomena apapun, jasmaniah maupun batiniah (keberadaan & timbul lenyapnya) sebagaimana adanya hanya sebagai fenomena semata; yang timbul, ada, untuk kemudian lenyap, tanpa ada diri atau personifikasi yang terlibat di dalam setiap unsur-unsurnya.

PERHATIAN BENAR (Samma Sati), sebagai faktor ketujuh dalam Jalan Mulia Beruas 8, melatih kita melihat segala sesuatu dengan dilandasi penyadaran, pengamatan atau perenungan terhadap 4 Landasan Perhatian (4 Satipatthana), yang tak lain adalah unsur-unsur mental & unsur-unsur jasmani semata yang Anicca, Dukkha, Anatta, sesuai petunjuk Sang Buddha dalam DN 22. Maha Satipatthana Sutta atau MN 10. Satipatthana Sutta.

Beginilah JASMANI dengan segala sifat dan perilakunya.
Beginilah BATIN dengan segala sifat dan perilakunya.