Lebih Dekat Dengan Bro Coecoed

Started by K.K., 05 October 2010, 03:31:50 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Topik ini adalah diskusi berdua dengan bro coecoed. Mohon pengertian yang lain untuk tidak memposting di sini. 

K.K.

Pertama saya mau tanya, bro coecoed sering bilang Umat Buddha itu salah mengerti tentang Ajaran Buddha, bisa dijelaskan bagian mananya saja?

coecoed

sambil berjalan waktu yach bro jawabnya....
jangan dipaksakan.....
bukan dicari-cari tapi memang kebutuhan dari hasil perenungan dalam pencarian/pembinaan.
bukan sebatas debat yang dicari-cari..,
mengerti maksudnya bro kainyn?

penggali/pembelajar kebenaran
coeda, the believer
INILAH APA YANG TUHANKU TELAH KATAKAN, 'DALAM SATU TAHUN SEJAK HARI INI, KEJAYAAN MEREKA AKAN PUDAR'.


September 2010
coedabgf-the believer

K.K.

Quote from: coecoed on 05 October 2010, 03:40:07 PM
sambil berjalan waktu yach bro jawabnya....
jangan dipaksakan.....
bukan dicari-cari tapi memang kebutuhan dari hasil perenungan dalam pencarian/pembinaan.
bukan sebatas debat yang dicari-cari..,
mengerti maksudnya bro kainyn?

penggali/pembelajar kebenaran
coeda, the believer

Betul, santai saja. Kadang juga saya bisa tidak online, jadi tidak bisa langsung kasih jawaban. Saya pikir kita bisa saling maklum tentang ini.


K.K.

Untuk sekadar refresh, saya ambil misalnya contoh posting anda ke Bro Fabian:

Quote from: coecoed on 05 October 2010, 01:46:23 PM
ko fabian....
dari tulisan yang saya cetak tebal dan garis bawahi.... tidak bisa juga anda menyatakan hal ini secara sefihak...
mengapa saya katakan ini?
sebab nyata-nyata anda terjebak dari satu sudut pengalaman jiwa anda sendiri.
mengapa saya sebut jiwa bukan spiritulitas?
ketika seseorang masih dalam taraf duniawi, seperti juga guru Buddha bilang ia hanya hidup dalam pengalaman panca khandanya saja.
selama ia belum mengalami Nibanna, sesungguhnya merujuk kepada perkataan ko fabian, mereka semua adalah orang-orang dungu.
tetapi pengalaman spiritual  tidak dapat anda nilai dengan hanya sebatas pertimbangan melihat kulit luar (jasmaniah) dan logic ukuran pengalaman jiwa saja melainkan setelah dikerjakan seperti guru Buddha bilang dalam prinsip ehipassiko.
dan anda tidak mengetahui pengalaman spiritual apa yang telah mereka alami setelah pindah perahu. (catatan: dalam pengertian bukan hal-hal duniawi misal karena cewek, karena proyek bisinis, karena kenaikan jabatan, karena uang/kekayaan dsbnya yang duniawi. dan orang seperti itu bisa terlihat kualitasnya.)

sahabat baik
coeda, the believer

Misalnya di bold biru, anda katakan tidak bisa melihat atau mengukur pengalaman spiritual dari luar saja, tetapi di bold merah anda mengatakan Bro Fabian telah nyata-nyata terjebak dalam pengalaman jiwanya sendiri. Ini berarti Bro coecoed dapat memahami pengalaman spiritual Bro Fabian secara jelas. Bisa dijelaskan bagaimana kelirunya Bro Fabian ini? 



coecoed

#5
sehubungan pertanyaan ini berhubungan dengan bro fabian, sebaiknya bro kainyn kutipkan secara lengkap tulisan bro fabian yang membuat saya menulis tanggapan ini.

entah pendapat saya itu benar atau salah, dengan tujuan pembelajaran pembinaan bersama bagi semua (kita), dengan keterbukaan dan kerendahan hati masing-masing, setelah dituliskan secara lengkap tulisan bro fabian dan tulisan tanggapan saya, pertama-tama saya meminta dengan sopan dengan itikad baik bagi kemajuan pembinaan pandangan bagi semua, tanggapan hasil perenungan jujur/murni bro fabian terlebih dahulu atas tulisan-tulisan tanggapan saya tersebut bagi kemajuan pengetahuan kita bersama.


_/\_
INILAH APA YANG TUHANKU TELAH KATAKAN, 'DALAM SATU TAHUN SEJAK HARI INI, KEJAYAAN MEREKA AKAN PUDAR'.


September 2010
coedabgf-the believer

K.K.

Ini lengkapnya.


Quote from: coecoed on 05 October 2010, 01:46:23 PM
Quote from: fabian c on 05 October 2010, 01:20:54 PM
Quote from: morpheus on 05 October 2010, 12:49:51 PM
Quote from: fabian c on 05 October 2010, 10:28:44 AM
Saya setuju bro... secara prinsipil kita boleh menerima atau menolak tapi jangan  dianggap sebagai suatu kebenaran, sebelum terbukti benar atau salah.
ada perbedaan bahasa di sini. bagi saya menerima itu berarti menganggap sebagai kebenaran.
jadi maksud saya, sah2 saja menganggap sesuatu sebagai kebenaran, yg penting alasannya.

Bro Morpheus yang baik, demikian juga menolak itu berarti menganggap sebagai ketidak-benaran, sah-sah saja menganggap sesuatu sebagai ketidak-benaran, yg penting alasannya.

Quote
Quote from: fabian c on 05 October 2010, 10:28:44 AM
Saya menerima Ajaran Buddha bukan hanya karena tertulis di kitab suci, tetapi saya menerimanya karena, saya dan juga entah jutaan entah milyaran orang yang telah mempraktikkan Ajaran Beliau membuktikan bahwa teori dan praktek sejalan.

Jadi untuk kasus saya pernyataan "percaya" dalam beberapa kasus sudah irrelevan.

Beda halnya dengan percaya terhadap sesuatu yang:
- Tak pernah dibuktikan,
- Tak ada manusia satupun di dunia yang telah membuktikan,
- Tak ada cara membuktikan

Tapi masih banyak manusia-manusia dungu yang percaya dan menganggapnya sebagai kebenaran.

Bukankah lebih bermanfaat bila kita berusaha membuktikan (bila ada jalan) apa yang bisa dibuktikan, daripada berspekulasi ?
well, om fabian. pada dasarnya kita gak bisa bilang mereka yg percaya tuhan2 itu dungu. selama blom suci, semua orang punya  kedunguannya masing2, termasuk saya.

Ya memang benar, orang dungu itu hanya dungu secara spiritual, dalam hal lain bisa saja mereka cerdas, mungkin mereka profesor, atau guru besar di Universitas atau profesional dll, tapi kita bukan bicara dalam konteks itu kan...?
Kedunguan yang saya maksud adalah kedunguan spiritual yang nyata.

- Tak pernah dibuktikan,
- Tak ada manusia satupun di dunia yang telah membuktikan,
- Tak ada cara membuktikan

Quoteselama kepercayaan itu untuk dirinya pribadi, tidak ada masalah. lain halnya kalo kepercayaannya itu membuat dia melakukan praktek2 pemaksaan kehendak dan intoleransi. di thread ini konteksnya adalah yg kedua yaitu dalam sebuah argumentasi antara pendapat2 yg berseberangan, bukan untuk diri pribadi.

Ah ya saya kira tak ada pemaksaan kehendak dalam suatu adu argumentasi di dunia Buddhis. Paling-paling yang terjadi pihak yang satu berusaha meyakinkan pihak yang lain, entah kalau di agama lain.

_/\_


ko fabian....
dari tulisan yang saya cetak tebal dan garis bawahi.... tidak bisa juga anda menyatakan hal ini secara sefihak...
mengapa saya katakan ini?
sebab nyata-nyata anda terjebak dari satu sudut pengalaman jiwa anda sendiri.
mengapa saya sebut jiwa bukan spiritulitas?
ketika seseorang masih dalam taraf duniawi, seperti juga guru Buddha bilang ia hanya hidup dalam pengalaman panca khandanya saja.
selama ia belum mengalami Nibanna, sesungguhnya merujuk kepada perkataan ko fabian, mereka semua adalah orang-orang dungu.
tetapi pengalaman spiritual  tidak dapat anda nilai dengan hanya sebatas pertimbangan melihat kulit luar (jasmaniah) dan logic ukuran pengalaman jiwa saja melainkan setelah dikerjakan seperti guru Buddha bilang dalam prinsip ehipassiko.
dan anda tidak mengetahui pengalaman spiritual apa yang telah mereka alami setelah pindah perahu. (catatan: dalam pengertian bukan hal-hal duniawi misal karena cewek, karena proyek bisinis, karena kenaikan jabatan, karena uang/kekayaan dsbnya yang duniawi. dan orang seperti itu bisa terlihat kualitasnya.)

sahabat baik
coeda, the believer