Adakah Atman dalam Agama Buddha ?

Started by Triyana2009, 26 September 2010, 07:29:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Triyana2009

Namo Buddhaya,

Quote from: Forte on 04 October 2010, 11:12:48 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:07:05 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:01:47 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:00:05 PM
Namo Buddhaya,

Ajaran atta ada 1, itu buat anda. Silahkan kalau memang baik buat anda.
Oh tapi ingat, jangan disebarkan ke orang lain, mereka berbeda, mereka akan bingung dengan ajaran atta ini. Ajaran ini bisa dibilang special made for Triyana
= Oh ya, karena anda tidak tahan menerima kebenaran maka anda berkata demikian, ajaran anatman ala anda lah yang patut dipertanyakan kebenarannya _/\_

_/\_

boleh tau sumber referensi dari statement di atas? atau pendapat pribadi?

Sudah saya jelaskan dipost-post saya sebelumnya bukan ?

_/\_

gw serius tanya bro..

lebih tepatnya sudah anda jelaskan / sudah anda copas ?
bisa tolong dijawab.. kalau sudah anda jelaskan.. tolong post kan lagi PENJELASANNYA..


PERTANYAAN BERIKUTNYA..

anda mengerti bahasa indonesia..

saya tanya  apakah anda mengerti sumber primer / sumber sekunder
dan saya tanya apa latar pendidikan anda..

koq anda malah jawab : Walaupun sumber primer anda Sutta Suci tapi tetap harus didasari pada   tafsiran yang benar oleh Bhante terpelajar, tidak boleh anda tafsirkan   sendiri.

itu namanya ikan kribo rambut kembung

lalu apa kriteria bhante terpelajar ?

Maksudmu saya quote satu-satu gitu, lha panjang banget dan cape  :P

Bhante terpelajar = yang mendalami Agama Buddha secara akademik sampai tingkat yang memadai.

_/\_

Triyana2009

Namo Buddhaya,

Semua pertanyaan dan peryataan saya tampung dulu. Terima kasih

_/\_

Indra

Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:12:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:08:48 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:02:09 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:51:06 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:43:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:39:51 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:29:18 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:20:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:16:50 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:12:22 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:10:13 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:02:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 09:58:30 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 10:47:28 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 08:22:39 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:56:57 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:26:52 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:13:09 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:06:24 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 12:52:25 PM
Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

_/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

_/\_



saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

Quote from: http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_11_Kevaddha_Sutta_Walshe
85. 'Aku menjawab: "Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: 'Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?' melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

'Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya?'9

Dan jawabannya adalah:

'Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.'"'12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

_/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

_/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

_/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

_/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

_/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

_/\_

saya mengatakan bahwa kesadaran itu berbeda2 tergantung konteksnya, di atas saya katakan kesadaran ada 18 dengan merujuk 6 kesadaran pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.

tapi saya pikir kita perlu membuat topik baru untuk membahas  "Viññanam anidassanam" agar topik ini tidak bergeser dari Atman

Perlu karena Atman disebut juga Kesadaran Kebuddhaan.

_/\_

kalau begitu karena anda sudah setuju, saya persilahkan anda membuka thread baru dan anda bisa menjelaskan di sana, bagaimana "Viññanam anidassanam" ini dapat disebut sebagai "Kesadaran Kebuddhaan"

FZ

Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:16:43 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Forte on 04 October 2010, 11:12:48 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:07:05 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:01:47 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:00:05 PM
Namo Buddhaya,

Ajaran atta ada 1, itu buat anda. Silahkan kalau memang baik buat anda.
Oh tapi ingat, jangan disebarkan ke orang lain, mereka berbeda, mereka akan bingung dengan ajaran atta ini. Ajaran ini bisa dibilang special made for Triyana
= Oh ya, karena anda tidak tahan menerima kebenaran maka anda berkata demikian, ajaran anatman ala anda lah yang patut dipertanyakan kebenarannya _/\_

_/\_

boleh tau sumber referensi dari statement di atas? atau pendapat pribadi?

Sudah saya jelaskan dipost-post saya sebelumnya bukan ?

_/\_

gw serius tanya bro..

lebih tepatnya sudah anda jelaskan / sudah anda copas ?
bisa tolong dijawab.. kalau sudah anda jelaskan.. tolong post kan lagi PENJELASANNYA..


PERTANYAAN BERIKUTNYA..

anda mengerti bahasa indonesia..

saya tanya  apakah anda mengerti sumber primer / sumber sekunder
dan saya tanya apa latar pendidikan anda..

koq anda malah jawab : Walaupun sumber primer anda Sutta Suci tapi tetap harus didasari pada   tafsiran yang benar oleh Bhante terpelajar, tidak boleh anda tafsirkan   sendiri.

itu namanya ikan kribo rambut kembung

lalu apa kriteria bhante terpelajar ?

Maksudmu saya quote satu-satu gitu, lha panjang banget dan cape  :P

Bhante terpelajar = yang mendalami Agama Buddha secara akademik sampai tingkat yang memadai.

_/\_
oke cukup 3 aja PENJELASAN ANDA.. bukan copasan..
dan apa latar belakang pendidikan anda..

sekali lagi, anda fasih bahasa indonesia kan ? bisa jawab pertanyaan gw dengan tuntas ?

FZ

pertanyaan berikutnya :

apakah semua isi ti pitaka harus ditafsir oleh bhante terpelajar
kalau iya, dari mana anda mendapatkan sumber yang menyatakan itu ?
apakah semua copasan anda bersumber dari bhante terpelajar
kalau iya, carikan profile bhante terpelajar yang anda copas
apa definisi memadai di sini ? S1, S2, S3 ?

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

johan3000

Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:18:57 PM
Namo Buddhaya,

Semua pertanyaan dan peryataan saya tampung dulu. Terima kasih

_/\_

udah ditampung... besok gak jawabbbb.... sama aja...
udah dehhhhh kalau gak mampu jangan buat topik yg kelihatan waaaaaaaaahhhhhhhhhh

ujung2nya cuma spt seekorrrrrrrr................. B O
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Triyana2009

Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:19:41 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:12:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:08:48 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:02:09 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:51:06 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:43:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:39:51 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:29:18 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:20:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:16:50 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:12:22 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:10:13 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:02:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 09:58:30 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 10:47:28 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 08:22:39 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:56:57 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:26:52 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:13:09 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:06:24 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 12:52:25 PM
Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

_/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

_/\_



saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

Quote from: http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_11_Kevaddha_Sutta_Walshe
85. 'Aku menjawab: "Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: 'Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?' melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

'Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya?'9

Dan jawabannya adalah:

'Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.'"'12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

_/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

_/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

_/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

_/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

_/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

_/\_

saya mengatakan bahwa kesadaran itu berbeda2 tergantung konteksnya, di atas saya katakan kesadaran ada 18 dengan merujuk 6 kesadaran pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.

tapi saya pikir kita perlu membuat topik baru untuk membahas  "Viññanam anidassanam" agar topik ini tidak bergeser dari Atman

Perlu karena Atman disebut juga Kesadaran Kebuddhaan.

_/\_

kalau begitu karena anda sudah setuju, saya persilahkan anda membuka thread baru dan anda bisa menjelaskan di sana, bagaimana "Viññanam anidassanam" ini dapat disebut sebagai "Kesadaran Kebuddhaan"

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta. = Mohon sebutkan Sutta-Sutta apa saja.

_/\_

Indra

Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:38:38 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:19:41 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:12:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:08:48 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:02:09 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:51:06 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:43:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:39:51 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:29:18 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:20:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:16:50 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:12:22 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:10:13 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:02:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 09:58:30 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 10:47:28 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 08:22:39 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:56:57 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:26:52 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:13:09 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:06:24 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 12:52:25 PM
Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

_/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

_/\_



saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

Quote from: http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_11_Kevaddha_Sutta_Walshe
85. 'Aku menjawab: "Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: 'Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?' melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

'Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya?'9

Dan jawabannya adalah:

'Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.'"'12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

_/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

_/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

_/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

_/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

_/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

_/\_

saya mengatakan bahwa kesadaran itu berbeda2 tergantung konteksnya, di atas saya katakan kesadaran ada 18 dengan merujuk 6 kesadaran pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.

tapi saya pikir kita perlu membuat topik baru untuk membahas  "Viññanam anidassanam" agar topik ini tidak bergeser dari Atman

Perlu karena Atman disebut juga Kesadaran Kebuddhaan.

_/\_

kalau begitu karena anda sudah setuju, saya persilahkan anda membuka thread baru dan anda bisa menjelaskan di sana, bagaimana "Viññanam anidassanam" ini dapat disebut sebagai "Kesadaran Kebuddhaan"

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta. = Mohon sebutkan Sutta-Sutta apa saja.

_/\_

kenapa saya merasa sedang mengikuti ujian ya? jika anda memang serius untuk mempelajari, anda dapat melakukan searching dengan keyword "Viññanam anidassanam", dan anda akan menemukan bahwa kata itu terdapat dalam banyak sutta.

kalau anda memang kesulitan dalam mencari, misalnya kesulitan dalam koneksi internet, mungkin saya akan mau membantu anda, dan akan saya tampilkan dalam thread baru mengenai topik ini

Triyana2009

Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:43:10 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:38:38 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:19:41 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:12:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:08:48 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:02:09 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:51:06 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:43:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:39:51 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:29:18 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:20:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:16:50 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:12:22 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:10:13 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:02:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 09:58:30 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 10:47:28 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 08:22:39 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:56:57 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:26:52 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:13:09 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:06:24 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 12:52:25 PM
Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

_/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

_/\_



saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

Quote from: http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_11_Kevaddha_Sutta_Walshe
85. 'Aku menjawab: "Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: 'Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?' melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

'Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya?'9

Dan jawabannya adalah:

'Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.'"'12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

_/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

_/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

_/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

_/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

_/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

_/\_

saya mengatakan bahwa kesadaran itu berbeda2 tergantung konteksnya, di atas saya katakan kesadaran ada 18 dengan merujuk 6 kesadaran pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.

tapi saya pikir kita perlu membuat topik baru untuk membahas  "Viññanam anidassanam" agar topik ini tidak bergeser dari Atman

Perlu karena Atman disebut juga Kesadaran Kebuddhaan.

_/\_

kalau begitu karena anda sudah setuju, saya persilahkan anda membuka thread baru dan anda bisa menjelaskan di sana, bagaimana "Viññanam anidassanam" ini dapat disebut sebagai "Kesadaran Kebuddhaan"

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta. = Mohon sebutkan Sutta-Sutta apa saja.

_/\_

kenapa saya merasa sedang mengikuti ujian ya? jika anda memang serius untuk mempelajari, anda dapat melakukan searching dengan keyword "Viññanam anidassanam", dan anda akan menemukan bahwa kata itu terdapat dalam banyak sutta.

kalau anda memang kesulitan dalam mencari, misalnya kesulitan dalam koneksi internet, mungkin saya akan mau membantu anda, dan akan saya tampilkan dalam thread baru mengenai topik ini

Benar saya kesulitan menemukannya, mohon sebutkan satu persatu Sutta-Sutta Suci yang menggunakan kata "Viññanam anidassanam"  _/\_

_/\_

Indra

Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:50:54 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:43:10 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:38:38 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:19:41 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:12:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 11:08:48 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 11:02:09 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:51:06 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:43:06 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:39:51 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:29:18 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:20:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:16:50 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:12:22 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:10:13 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 04 October 2010, 10:02:33 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 09:58:30 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 10:47:28 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 08:22:39 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:56:57 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:26:52 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 01:13:09 PM
Quote from: Triyana2009 on 03 October 2010, 01:06:24 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Indra on 03 October 2010, 12:52:25 PM
Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

_/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

_/\_



saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

Quote from: http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_11_Kevaddha_Sutta_Walshe
85. 'Aku menjawab: "Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: 'Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?' melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

'Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya?'9

Dan jawabannya adalah:

'Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana "batin dan jasmani" dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.'"'12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

_/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

_/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

_/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

_/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

_/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

_/\_

saya mengatakan bahwa kesadaran itu berbeda2 tergantung konteksnya, di atas saya katakan kesadaran ada 18 dengan merujuk 6 kesadaran pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.

tapi saya pikir kita perlu membuat topik baru untuk membahas  "Viññanam anidassanam" agar topik ini tidak bergeser dari Atman

Perlu karena Atman disebut juga Kesadaran Kebuddhaan.

_/\_

kalau begitu karena anda sudah setuju, saya persilahkan anda membuka thread baru dan anda bisa menjelaskan di sana, bagaimana "Viññanam anidassanam" ini dapat disebut sebagai "Kesadaran Kebuddhaan"

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta. = Mohon sebutkan Sutta-Sutta apa saja.

_/\_

kenapa saya merasa sedang mengikuti ujian ya? jika anda memang serius untuk mempelajari, anda dapat melakukan searching dengan keyword "Viññanam anidassanam", dan anda akan menemukan bahwa kata itu terdapat dalam banyak sutta.

kalau anda memang kesulitan dalam mencari, misalnya kesulitan dalam koneksi internet, mungkin saya akan mau membantu anda, dan akan saya tampilkan dalam thread baru mengenai topik ini

Benar saya kesulitan menemukannya, mohon sebutkan satu persatu Sutta-Sutta Suci yang menggunakan kata "Viññanam anidassanam"  _/\_

_/\_

kok saya belum melihat thread baru yg tadi kata anda "perlu" dibuat sehubungan dengan topik ini?

tesla

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Sumedho

Mohon dalam pengunaan quotenya diedit sehingga tidak panjang sekali.
There is no place like 127.0.0.1

adi lim

Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:40:48 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Forte on 04 October 2010, 10:34:59 PM
Quote from: Triyana2009 on 04 October 2010, 10:26:27 PM
Namo Buddhaya,

Quote from: Forte on 04 October 2010, 10:22:06 PM
[at]  triyana..

sekedar saran, jika anda model diskusinya seperti ini, tidak mau mendengarkan nasehat orang lain, dan hanya modal copas tanpa ada sisa ingatan. siap2 saja suatu saat postingan anda tidak akan dibalas oleh member di sini..
dan thread anda akan cepat tenggelam karena orang pun enggan berdiskusi dengan anda..

gak percaya ? mari kita "ehipassiko.."


Maksudmu apa? Saya tidak boleh mencuplik gitu?

Bukti dihadirkan dengan data-data entah dari buku,internet,youtube,televisi,koran,wikipedia,rumus kimia, dll selama anda dapat menghadirkan bukti-bukti yang valid dan tidak modal ngawur  :|

_/\_
coba anda renungkan sendiri.. ada berapa member yang sudah enggan diskusi dengan anda..
yang menjadi permasalahan, member2 itu bukan member biasa, tapi member2 yang telah mempelajari buddhisme dengan baik.

kalau misal anda tidak cocok dengan saya saja, mungkin bisa juga salah di saya. tapi kalau ada beberapa member yang tidak cocok berdiskusi dengan anda, idealnya anda mulai berpikir ada sam ting wong dengan anda..

1 hal lagi, ini forum, bukan textbook, walau koneksi internet anda kenceng bisa cari literatur di mana.. tapi gak ada nilainya sepanjang anda tidak memiliki kemampuan untuk merangkum dengan menggunakan kata2 sendiri..
dan bagi saya, lebih menarik membaca langsung dari sumber asli, daripada membaca copasan anda.. karena apa ? anda pun kadang mencopas setengah2.. yang cocok bagi anda aja..

dan saat ini, anda masih belum juga sadar.. ya silakan saja.. ini ibarat bom waktu yang siap meledakkan anda sendiri..
anda akan dikucilkan dari pergaulan dc karena style anda sendiri..

Sekarang saya akan bertanya kepada anda bro Forte, bagaimana saya yang umat awam ini akan memperoleh pengetahuan Agama Buddha kalo bukan dengan Guru Agama Buddha (Lama,Suhu dan Romo) dan buku-buku Agama Buddha, apakah saya musti kuliah di STAB dulu baru boleh belajar ?

Kalo saya tidak mengcopas buku lalu saya musti kasih bahan apa, coba jawab.

_/\_


Tipitaka

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dilbert

 [at] Triyana...

Boleh-lah sdr.Triyana, quote-kan referensi secara eksplisit (jelas) yang menyatakan ada 84.000 pintu dharma ? Ingat... pintu dharma ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan