"Saya adalah Arahatta" ?

Started by Riky_dave, 21 September 2010, 03:51:13 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

No Pain No Gain

Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:20:42 AM
Quote from: rooney on 22 September 2010, 10:03:10 AM
Hahaha... betul, namun untuk awalnya jika masih sulit memahami, maka tidak ada jalan lain selain memupuk karma baik terlebih dahulu sambil mendalami Buddha Dhamma. Kalau mereka hanya belajar sebagai umat perumah tangga, namun tidak memupuk karma baik, maka jika mereka tidak mampu merealisasikan magga-phala pada kehidupan sekarang, pada kehidupan mereka berikutnya akan lebih semakin sulit menapaki Buddha Dhamma...

seseorang berderma didasari oleh LOBHA = memupuk kamma baik.. ?

tentu saja sebagai manusia biasa kita diliputi lobha..tetapi kan kadarnya bisa ditekan..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Riky_dave

Quote from: No Pain No Gain on 22 September 2010, 10:51:57 AM
Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:20:42 AM
Quote from: rooney on 22 September 2010, 10:03:10 AM
Hahaha... betul, namun untuk awalnya jika masih sulit memahami, maka tidak ada jalan lain selain memupuk karma baik terlebih dahulu sambil mendalami Buddha Dhamma. Kalau mereka hanya belajar sebagai umat perumah tangga, namun tidak memupuk karma baik, maka jika mereka tidak mampu merealisasikan magga-phala pada kehidupan sekarang, pada kehidupan mereka berikutnya akan lebih semakin sulit menapaki Buddha Dhamma...

seseorang berderma didasari oleh LOBHA = memupuk kamma baik.. ?

tentu saja sebagai manusia biasa kita diliputi lobha..tetapi kan kadarnya bisa ditekan..

"Saya adalah Arahatta"  >>> memancing "keledai2" datang untuk mempersembahkan berbagai macam hal[dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling mewah,efeknya,tahu sendiri,contohnya?Lihat si Lu Sheng Yeng,dan banyak "bhikkhu2" gadungan lainnya]..

jadi,itu sama saja memancing "lobha",dimana letak "kebijaksanaan" dari mengatakan "Saya adalah Arahatta"?

berhubung baru kali ini,saya mengetahui ada seorang Bhikkhu dari tradisi Theravada mengatakan hal sedemikian rupa,makanya saya bertanya,mungkin saja "pernah" tercantum didalam teks2 kuno bahwa hal tersebut "bisa dibenarkan".. ?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

No Pain No Gain

Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:57:31 AM
Quote from: No Pain No Gain on 22 September 2010, 10:51:57 AM
Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:20:42 AM
Quote from: rooney on 22 September 2010, 10:03:10 AM
Hahaha... betul, namun untuk awalnya jika masih sulit memahami, maka tidak ada jalan lain selain memupuk karma baik terlebih dahulu sambil mendalami Buddha Dhamma. Kalau mereka hanya belajar sebagai umat perumah tangga, namun tidak memupuk karma baik, maka jika mereka tidak mampu merealisasikan magga-phala pada kehidupan sekarang, pada kehidupan mereka berikutnya akan lebih semakin sulit menapaki Buddha Dhamma...

seseorang berderma didasari oleh LOBHA = memupuk kamma baik.. ?

tentu saja sebagai manusia biasa kita diliputi lobha..tetapi kan kadarnya bisa ditekan..

"Saya adalah Arahatta"  >>> memancing "keledai2" datang untuk mempersembahkan berbagai macam hal[dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling mewah,efeknya,tahu sendiri,contohnya?Lihat si Lu Sheng Yeng,dan banyak "bhikkhu2" gadungan lainnya]..

jadi,itu sama saja memancing "lobha",dimana letak "kebijaksanaan" dari mengatakan "Saya adalah Arahatta"?

berhubung baru kali ini,saya mengetahui ada seorang Bhikkhu dari tradisi Theravada mengatakan hal sedemikian rupa,makanya saya bertanya,mungkin saja "pernah" tercantum didalam teks2 kuno bahwa hal tersebut "bisa dibenarkan".. ?

kita analisis yakk..

A mengatakan kalo dia arahat
A tidak dikeluarkan dari sangha

apakah A seorang arahat?

bukan masalah kebijaksanaan..tapi lebih cenderung ke arah peraturan/tradisi...
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Udyata-sahanubhuti

Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:57:31 AM
Quote from: No Pain No Gain on 22 September 2010, 10:51:57 AM
Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:20:42 AM
Quote from: rooney on 22 September 2010, 10:03:10 AM
Hahaha... betul, namun untuk awalnya jika masih sulit memahami, maka tidak ada jalan lain selain memupuk karma baik terlebih dahulu sambil mendalami Buddha Dhamma. Kalau mereka hanya belajar sebagai umat perumah tangga, namun tidak memupuk karma baik, maka jika mereka tidak mampu merealisasikan magga-phala pada kehidupan sekarang, pada kehidupan mereka berikutnya akan lebih semakin sulit menapaki Buddha Dhamma...

seseorang berderma didasari oleh LOBHA = memupuk kamma baik.. ?

tentu saja sebagai manusia biasa kita diliputi lobha..tetapi kan kadarnya bisa ditekan..

"Saya adalah Arahatta"  >>> memancing "keledai2" datang untuk mempersembahkan berbagai macam hal[dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling mewah,efeknya,tahu sendiri,contohnya?Lihat si Lu Sheng Yeng,dan banyak "bhikkhu2" gadungan lainnya]..

jadi,itu sama saja memancing "lobha",dimana letak "kebijaksanaan" dari mengatakan "Saya adalah Arahatta"?

berhubung baru kali ini,saya mengetahui ada seorang Bhikkhu dari tradisi Theravada mengatakan hal sedemikian rupa,makanya saya bertanya,mungkin saja "pernah" tercantum didalam teks2 kuno bahwa hal tersebut "bisa dibenarkan".. ?
Maksud anda siapa bhikkhu tsb, bro? bole dishare gak?
o

Riky_dave

Quote from: No Pain No Gain on 22 September 2010, 11:02:43 AM
Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:57:31 AM
Quote from: No Pain No Gain on 22 September 2010, 10:51:57 AM
Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:20:42 AM
Quote from: rooney on 22 September 2010, 10:03:10 AM
Hahaha... betul, namun untuk awalnya jika masih sulit memahami, maka tidak ada jalan lain selain memupuk karma baik terlebih dahulu sambil mendalami Buddha Dhamma. Kalau mereka hanya belajar sebagai umat perumah tangga, namun tidak memupuk karma baik, maka jika mereka tidak mampu merealisasikan magga-phala pada kehidupan sekarang, pada kehidupan mereka berikutnya akan lebih semakin sulit menapaki Buddha Dhamma...

seseorang berderma didasari oleh LOBHA = memupuk kamma baik.. ?

tentu saja sebagai manusia biasa kita diliputi lobha..tetapi kan kadarnya bisa ditekan..

"Saya adalah Arahatta"  >>> memancing "keledai2" datang untuk mempersembahkan berbagai macam hal[dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling mewah,efeknya,tahu sendiri,contohnya?Lihat si Lu Sheng Yeng,dan banyak "bhikkhu2" gadungan lainnya]..

jadi,itu sama saja memancing "lobha",dimana letak "kebijaksanaan" dari mengatakan "Saya adalah Arahatta"?

berhubung baru kali ini,saya mengetahui ada seorang Bhikkhu dari tradisi Theravada mengatakan hal sedemikian rupa,makanya saya bertanya,mungkin saja "pernah" tercantum didalam teks2 kuno bahwa hal tersebut "bisa dibenarkan".. ?

kita analisis yakk..

A mengatakan kalo dia arahat
A tidak dikeluarkan dari sangha

A dikeluarkan atau tidak dikeluarkan ,"itu sama sekali bukan masalah"..karena ada juga yang Buddha katakan "orang yang melanggar parijika,walau dia tetap memakai jubah kuning sekalipun,dia telah dinyatakan keluar dari Sangha"



Quoteapakah A seorang arahat?

bukan masalah kebijaksanaan..tapi lebih cenderung ke arah peraturan/tradisi...

sebenarnya saya membuka diskusi ini tidak dalam konteks untuk "mencari" tahu si A arahatta atau bukan,tapi lebih cenderung bertanya,"Apa yang mendasari seorang Bhikkhu menyatakan/mempublikasikan dirinya sebagai Arahatta",dan pernahkah teman-teman disini yang mungkin[memiliki pengetahuan Dhamma teks2 kuno lebih banyak ] bisa "berbagi" tentang adanya kasus yang sama pada zaman Buddha Gotama" ?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Riky_dave

Quote from: Udyata-sahanubhuti on 22 September 2010, 11:09:02 AM
Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:57:31 AM
Quote from: No Pain No Gain on 22 September 2010, 10:51:57 AM
Quote from: Riky_dave on 22 September 2010, 10:20:42 AM
Quote from: rooney on 22 September 2010, 10:03:10 AM
Hahaha... betul, namun untuk awalnya jika masih sulit memahami, maka tidak ada jalan lain selain memupuk karma baik terlebih dahulu sambil mendalami Buddha Dhamma. Kalau mereka hanya belajar sebagai umat perumah tangga, namun tidak memupuk karma baik, maka jika mereka tidak mampu merealisasikan magga-phala pada kehidupan sekarang, pada kehidupan mereka berikutnya akan lebih semakin sulit menapaki Buddha Dhamma...

seseorang berderma didasari oleh LOBHA = memupuk kamma baik.. ?

tentu saja sebagai manusia biasa kita diliputi lobha..tetapi kan kadarnya bisa ditekan..

"Saya adalah Arahatta"  >>> memancing "keledai2" datang untuk mempersembahkan berbagai macam hal[dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling mewah,efeknya,tahu sendiri,contohnya?Lihat si Lu Sheng Yeng,dan banyak "bhikkhu2" gadungan lainnya]..

jadi,itu sama saja memancing "lobha",dimana letak "kebijaksanaan" dari mengatakan "Saya adalah Arahatta"?

berhubung baru kali ini,saya mengetahui ada seorang Bhikkhu dari tradisi Theravada mengatakan hal sedemikian rupa,makanya saya bertanya,mungkin saja "pernah" tercantum didalam teks2 kuno bahwa hal tersebut "bisa dibenarkan".. ?
Maksud anda siapa bhikkhu tsb, bro? bole dishare gak?

berhubung dari ini :
"Arahattamagga Arahattaphala - The Path to Arahantship" = Ajahn Maha Boowa.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Udyata-sahanubhuti

^ Nama lain beliau Luang Ta Ya, bukan bro??
o

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

adi lim

Quote from: Udyata-sahanubhuti on 22 September 2010, 11:41:47 AM
^ Nama lain beliau Luang Ta Ya, bukan bro??

luangphi = yang mulia yang seumur abang
luangpo = yang mulia seumur bapak.
luangta = yang mulia yang sudah seumur kakek.

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Mahadeva

jadi kalau bener2 suci tapi diumumin, bukan parajika?

kalau sakti beneran trus pamer juga bukan parajika?

alasan di jaman sekarang hanya anagami maksimal apa?

oya, cara mengetahui saya ini tihetuka puggala bagaimana?

thanks

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: raynoism on 22 September 2010, 12:59:44 PM
jadi kalau bener2 suci tapi diumumin, bukan parajika?

kalau sakti beneran trus pamer juga bukan parajika?

alasan di jaman sekarang hanya anagami maksimal apa?

oya, cara mengetahui saya ini tihetuka puggala bagaimana?

thanks

gak parajika, tapi pelanggaran vinaya yang lain
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Mahadeva

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 September 2010, 04:04:23 PM
Quote from: raynoism on 22 September 2010, 12:59:44 PM
jadi kalau bener2 suci tapi diumumin, bukan parajika?

kalau sakti beneran trus pamer juga bukan parajika?

alasan di jaman sekarang hanya anagami maksimal apa?

oya, cara mengetahui saya ini tihetuka puggala bagaimana?

thanks

gak parajika, tapi pelanggaran vinaya yang lain

ttg tihetuka?

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Jerry

Menurut Sang Buddha, ketika seorang muridnya menyatakan pencapaiannya itu didasarkan pada 2 hal:
1. Benar telah mencapai dan mengetahui, atau
2. Menilai diri terlalu tinggi.

Pelanggaran terjadi jika dalam kondisi mengetahui (belum mencapai) dan mengatakan sudah mencapai. Sedangkan menurut Sang Buddha bukan pelanggaran bila tidak mengetahui. Dalam dan hanya dalam konteks ini, bila beliau tidak mengetahui dan berdasarkan ketidaktahuan lalu menilai diri berlebihan dan menyatakan pencapaian, maka bukan sebuah pelanggaran.

Tetapi, yang kemudian menjadi poin penyelidikan kita adalah soal beliau mengumumkan pencapaiannya pada umat awam. Ini pun harus diselidiki terlebih dulu. Apabila memang beliau sebelumnya tidak pernah tahu bahwa yang dilakukan oleh beliau adalah pelanggaran, maka pengumuman tersebut bukanlah pelanggaran. Tetapi, apabila setelahnya telah mengetahui isi vinaya dan beliau masih bersikukuh menegaskan berulang-ulang di hadapan umat awam, maka itu sebuah pelanggaran.

Pertanyaan lebih lanjutnya:
Apakah beliau telah mengetahui isi vinaya dan kemudian mengumumkannya? Ataukah beliau sebelumnya belum mengetahui? Apakah setelah mengetahui isi vinaya beliau masih mengumumkan kearahatannya kepada umat awam?

Hal-hal inilah yang lebih dulu harus diselidiki terlebih dulu sebelum menjudge pengumuman pencapaian sebagai salah atau tidak salah.

Jika tidak salah, maka Sang Buddha masih membekali kita dengan Sutta yang mengajarkan untuk menyelidiki dan menanyakan Dhamma secara langsung kepada mereka yang mengaku arahanta, serta dengan jalan, metode bagaimana beliau telah mencapai kearahantaan itu. Jika seandainya beliau bisa menjawab semua hal, maka kualitas kearahatannya boleh diterima boleh juga ngga. Sebaliknya jika seandainya beliau tidak bisa menjawab, menghindar, berputar-putar, atau juga menuduh telah diserang maka tentu saja kualitas kearahantaannya harus diragukan.
appamadena sampadetha

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

QuotePelanggaran terjadi jika dalam kondisi mengetahui (belum mencapai) dan mengatakan sudah mencapai. Sedangkan menurut Sang Buddha bukan pelanggaran bila tidak mengetahui. Dalam dan hanya dalam konteks ini, bila beliau tidak mengetahui dan berdasarkan ketidaktahuan lalu menilai diri berlebihan dan menyatakan pencapaian, maka bukan sebuah pelanggaran.

tetap pelanggaran, dukkata
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days