Namo Buddhaya,
Silahkan dibantu rekanya buat menjawab
Saya jawab ya pernyataan saudara :
1. Buddha tidak berada di Nibbaba = Seorang Buddha telah mencapai Nibbana/Nirvana (Skt) jadi Ia telah mencapai tataran tertinggi dari keberadaan (State of Existence) atau telah mencapai Kebuddhaan.
2. Buddha tidak menghendaki bumi seperti di Nibbana = The Buddha described Nirvāna as the perfect peace of the state of mind that is free from craving, anger and other afflicting states (kilesas) (http://en.wikipedia.org/wiki/Nirvana) Buddha membabarkan Dharma Suci/Dhamma Suci agar kita dibumi ini dapat mencapai tataran Nibbana/Nirvana.
3. Buddha tidak memiliki fisik jamani dan batin lagi, sehingga Beliau tidak lagi memiliki mata, telinga, apalagi pikiran. Jadi tidak mungkin bisa mendengar doa seperti itu = Tolong berikan saya rujukan sahih buat pernyataan anda ini , Sang Buddha Sakyamuni/ Sang Buddha Gautama mencapai Kebuddhaan Sempurna (Samyaksambuddha/Sammasambuddha) ketika Ia berada di dunia ini (bumi) dan setelah itu Ia mulai membabarkan Dharma/Dhamma sampai akhirnya Mahaparinirvana/Mahaparinibbana. Menurut Mahayana Sang Buddha dan Para Bodhisattva Mahasattva Agung mampu dan masih aktif menolong semua mahluk disemua alam.
- Mencapai Nibbana bukan berarti berada di Nibbana, sebab Nibbana bukanlah tempat.
- Buddha hanya mengajarkan jalan untuk mencapai Nibbana, bukan menghendaki bumi seperti Nibbana.
- Menurut Theravada, Sang Buddha sudah merealisasi Anupadisesa Nibbana yang artinya Nibbana tanpa khandha (fisik jasmani dan batin). Mengenai sumber referensi, saya tidak ingat jelas ada dimana. Maaf belum bisa bisa menyertakannya di sini. Tapi kalau Anda menggunakan search engine dengan keyword "anupadisesa nibbana", Anda bisa menemukan banyak penjelasan di sana. Pandangan Theravada dan Mahayana memang sangat berbeda mengenai Nibbana (Nirvana) ini. Makanya saya katakan "wajar bila Anda menganggap doa seperti itu benar".
Saudara Upasaka yang baik,
Mencapai Nibbana bukan berarti berada di Nibbana, sebab Nibbana bukanlah tempat = Kan saya sudah tuliskankan kalau Nirvana/Nibbana itu state of existence, The Buddha described Nirvāna as the
perfect peace of the state of mind that is free from craving, anger and other afflicting states (kilesas) , The Buddha explains Nirvāna as
"the unconditioned" (asankhata) mind, a mind that has come to a point of perfect lucidity and clarity due to the cessation of the production of volitional formations. This is described by the Buddha as "deathlessness" (Pali: amata or amāravati) and as the highest spiritual attainment, the natural result that accrues to one who lives a life of virtuous conduct and practice in accordance with the Noble Eightfold Path. Such a life engenders increasing control over the generation of karma (Skt; Pali, kamma). It produces wholesome karma with positive results and finally allows the cessation of the origination of karma altogether with the attainment of Nibbāna.
Pun menurut Mahayana ajaran Yogacara: Another scholar sees a Buddhist Absolute in Consciousness. Writing on the Yogacara school of Buddhism, Dr. A. K. Chatterjee remarks: "The Absolute is a non-dual consciousness. The duality of the subject and object does not pertain to it. It is said to be void (sunya), devoid of duality; in itself it is perfectly real, in fact the only reality ...There is no consciousness of the Absolute; Consciousness is the Absolute."[34]
selanjutnya tentang Dharmakaya : Buddhas are manifestations of the Dharmakaya called Nirmanakaya. Unlike ordinary unenlightened persons, Buddhas (and arhats) do not die (though their physical bodies undergo the cessation of biological functions and subsequent disintegration). In the Lotus Sutra (sixth fascicle) Buddha explains that he has always and will always exist to lead beings to their salvation. This eternal aspect of Buddha is the Dharmakaya. The Dharmakaya may be considered the most sublime or truest reality in the universe.
Dalam teks Pali : In the Pali Canon The Buddha tells Vasettha that the Tathagata (the Buddha) is Dhamma-kaya, the "Truth-body" or the "Embodiment of Truth", as well as Dharmabhuta, "Truth-become", that is, "One who has become Truth" (Digha Nikaya). On another occasion, the Buddha told Vakkali: "He who sees the Dhamma (Truth) sees the Tathagata, he who sees the Tathagata sees the Dhamma (Samyutta Nikaya). That is to say, the Buddha is equal to Truth, and all Buddhas are one and the same, being no different from one another in the Dharma-kaya, because Truth is one."
Buddha hanya mengajarkan jalan untuk mencapai Nibbana, bukan menghendaki bumi seperti Nibbana = Sang Buddha menghendaki semua mahluk dibumi ini dan alam-alam lain untuk mecapai kebahagiaan tertinggi yaitu Nirvana/Nibbana, Kalau ada satu mahluk dibumi ini mencapai Kebuddhaan maka bagi mahluk tersebut dibumi ini sama seperti di Nirvana/Nibbana, kalo semua mahluk dibumi ini mencapai Nirvana/Nibbana maka bumi ini seperti Nirvana/Nibbana.
Menurut Theravada, Sang Buddha sudah merealisasi Anupadisesa Nibbana yang artinya Nibbana tanpa khandha (fisik jasmani dan batin). Mengenai sumber referensi, saya tidak ingat jelas ada dimana. Maaf belum bisa bisa menyertakannya di sini. Tapi kalau Anda menggunakan search engine dengan keyword "anupadisesa nibbana", Anda bisa menemukan banyak penjelasan di sana. Pandangan Theravada dan Mahayana memang sangat berbeda mengenai Nibbana (Nirvana) ini. Makanya saya katakan "wajar bila Anda menganggap doa seperti itu benar" = Sebaiknya anda yang memberikan referensi disini biar afdol