METTA menunjang dan memelihara Jalan Mulia Beruas 8

Started by Utphala Dhamma, 06 September 2010, 02:21:50 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Utphala Dhamma

METTA menunjang dan memelihara Jalan Mulia Beruas 8


Jalan Mulia Beruas Delapan membawa pada pencapaian Nibbana. Faktor kedua dalam JMB 8 adalah Pikiran Benar; sementara Pikiran Benar (kemudian diikuti Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, .. Konsentrasi Benar) ditunjang atau dipelihara dengan mengembangkan cinta kasih.

Katamo ca, bhikkhave, sammāsaṅkappo? Nekkhammasaṅkappo abyāpādasaṅkappo avihiṁsāsaṅkappo, ayaṁ vuccati bhikkhave, sammāsaṅkappo.

Bagaimanakah, wahai para Bhikkhu, pikiran benar?
Pikiran pada pelepasan (kesenangan terhadap nafsu indrawi),
pikiran tanpa kehendak buruk, pikiran tidak menyakiti.
Ini, wahai para Bhikkhu, disebut pikiran benar.

-----------

... Enam unsur yang mengarah menuju pembebasan (nissaraniya dhatuyo):
Di sini, seorang bhikkhu mengatakan:

(a) "Aku telah mengembangkan pembebasan pikiran (ceto-vimutti) dengan
cinta-kasih (metta), memperluasnya, menjadikannya kendaraan dan landasan,
kokoh, mengusahakannya dengan baik, melatihnya dengan baik.
Namun, kebencian masih membelenggu pikiranku."

Ia harus diberitahu:

"Tidak, jangan berkata begitu!
Jangan keliru memahami Sang Bhagava, tidaklah benar memfitnah Beliau
demikian, karena Beliau tidak akan mengatakan hal-hal seperti itu!
Kata-katamu tidak beralasan dan tidak mungkin.
Jika engkau mengembangkan pembebasan pikiran dengan cinta-kasih.
Pembebasan melalui cinta-kasih adalah penawar bagi kebencian."

   
(b) Atau ia mengatakan: "Aku telah mengembangkan pembebasan pikiran dengan
belas-kasihan (karuna), dan kekejaman masih membelenggu pikiranku ...." Atau

(c) "Aku telah mengembangkan pembebasan pikiran dengan kegembiraan
simpatik (mudita), dan ketidaksenangan (arati) masih membelenggu
pikiranku ...."  Atau

(d) ia mengatakan: "Aku telah mengembangkan pembebasan pikiran dengan
keseimbangan (Upekkha), dan nafsu (rago) masih membelenggu pikiranku ...."
Atau

(e) ia mengatakan: "Aku telah mengembangkan kebebasan tanpa gambaran
dari pikiran (animitta ceto-vimutti),(92) namun pikiranku masih menginginkan
gambaran (nimittanusari hoti) ...." Atau

(f) ia mengatakan: "Aku telah menolak gagasan 'Aku', aku tidak memedulikan
gagasan 'Aku'. Namun keragu-raguan, kebimbangan, dan masalah masih
membelenggu pikiranku ...." (dst dijawab serupa dengan (a)).'
(DN 33. SANGITI SUTTA, Oleh YA Sariputta)
-----------


... "Jika mereka bertanya: 'Sahabat, apakah penyebab dan alasan bagi tidak munculnya nafsu yang belum muncul, dan bagi lenyapnya nafsu yang telah muncul?' Kalian harus menjawab: 'Objek yang menjijikkan: bagi orang yang memperhatikan objek yang menjijikkan secara benar, maka nafsu yang belum muncul tidak akan muncul dan nafsu yang telah muncul akan ditinggalkan.'

"Jika mereka bertanya: 'Sahabat, apakah penyebab dan alasan bagi tidak munculnya kebencian yang belum muncul, dan bagi lenyapnya kebencian yang telah muncul?' Kalian harus menjawab: 'Pembebasan pikiran oleh cinta kasih: bagi orang yang memperhatikan secara benar kebebasan pikiran oleh cinta kasih, maka kebencian yang belum muncul tidak akan muncul dan kebencian yang telah muncul akan ditinggalkan.'

"Jika mereka bertanya: 'Sahabat, apakah penyebab dan alasan bagi tidak munculnya kebodohan batin yang belum muncul, dan bagi lenyapnya kebodohan batin yang telah muncul?' Kalian harus menjawab: 'Perhatian yang benar: bagi orang yang memperhatikan hal-hal secara benar, maka kebodohan batin yang belum muncul tidak akan muncul dan kebodohan batin yang telah muncul akan lenyap."'
(Anguttara Nikaya 3.68)
-----------


Jika, O para bhikkhu, pembebasan pikiran dengan cinta kasih dikembangkan dan ditumbuhkan, sering dilatih, dijadikan kendaraan dan landasan seseorang, ditegakkan dengan mantap, disatukan, dan dijalankan dengan tepat, maka sebelas berkah bisa diharapkan. Apakah yang sebelas itu?

Dia tidur dengan tenang; dia tidak bermimpi buruk; dia dicintai oleh manusia; dia dicintai oleh makhluk bukan-manusia; dia akan dilindungi oleh para dewa; api, racun dan senjata tidak bisa melukainya; pikirannya mudah terkonsentrasi; kulit wajahnya jernih; dia akan meninggal dengan tidak bingung; dan jika tidak menembus lebih tinggi, dia akan terlahir kembali di alam Brahma.6
(Anguttara Nikaya 11.16)