[REMIND] Cara Memenangkan Debat Tak Berujung dengan CERDAS

Started by FZ, 15 July 2010, 06:56:56 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

FZ

 [at]  Admin..
Jika thread ini dirasa bermanfaat, tolong disticky agar bisa menjadi reminder bagi kita semua..

Dear All,

Setelah saya mengikuti salah satu thread debat sampai berpuluh2 page tanpa ada konklusi yang jelas, maka menurut saya thread tersebut merupakan thread debat yang tak berujung..

contoh :

Quote from: A
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada

Lalu bagaimana cara memenangkan debat yang tak berujung ini ?

Sewaktu gw kuliah ISD (Ilmu Sosial Dasar), ada beberapa cara untuk menghindari konfrontasi.
Salah satu caranya adalah MENARIK DIRI DARI KONFRONTASI
Ini adalah cara yang paling simpel tanpa perlu menyakiti orang lain..

Ilustrasi menarik diri dari konfrontasi

Quote from: A
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
NO COMMENT (TIDAK MEREPLY)
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada

maka yang terjadi adalah

Quote from: A
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada


Pertanyaannya :

Apakah hasil konklusi yang BENAR adalah jawaban dari B ? TIDAK
Apakah B menang dan C kalah ? TIDAK
Apakah C dirugikan dengan tidak mereply ? TIDAK
Apakah C tidak mereply berarti C Bodoh ? TIDAK
Apakah C menang ? ABSOLUTELY YES

Mengapa ?

Quote from: Syair Dhammapada 103
Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertemburan, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri.

[spoiler=Cerita Dhammapada 103 yang lengkap]

Kisah Kundalakesi Theri


DHAMMAPADA VIII, 3-4
 

        Kundalakesi adalah putri orang kaya dari Rajagaha. Ia senang dengan kehidupan menyendiri. Suatu hari ia kebetulan melihat seorang pencuri yang sedang digiring untuk dibunuh dan ia secara tiba-tiba jatuh cinta padanya. Hal itu disampaikan kepada orang tuanya. Tentu saja orang tuanya menolak. Tetapi Kundalakesi tak mau mundur setapak pun. Akhirnya orang tuanya mengalah dan membayar sejumlah uang untuk kebebasan pencuri tersebut.

        Mereka berdua segera dinikahkan. Meskipun Kundalakesi mencintai suaminya dengan sangat, suaminya tetaplah seorang pencuri, yang hanya tertarik kepada harta dan permatanya.

        Suatu hari, suaminya membujuk untuk mengambil semua permatanya, dan menuntun Kundalakesi pergi ke sebuah gunung.

        Katanya: "Adinda, aku ingin melakukan persembahan kepada makhluk halus penjaga gunung yang telah menolong hidupku ketika akan dibunuh".

        Kundalakesi menurut dan pergi mengikuti suaminya.

        Ketika mereka sampai di tujuan, suaminya berkata: "Sekarang kita berdua telah sampai di tujuan. Maka engkau akan kubunuh untuk mendapatkan semua permatamu itu!"

        Dengan ketakutan Kundalakesi memohon: "Jangan! Aku jangan kau bunuh. Ambillah semua hartaku, tetapi selamatkanlah nyawaku!"

        "Membiarkanmu hidup?" ejek suaminya. "Jangan-jangan nanti engkau malahan melaporkan bahwa permatamu itu kurampas. Tidak bisa! Kau harus kulenyapkan untuk menghilangkan saksi!"

        Dalam keputus-asaannya Kundalakesi menyadari bahwa mereka sekarang sedang berada di tepi jurang. Ia berpikir bahwa ia seharusnya berhati-hati dan cerdik. Jika ia mendorong suaminya ke jurang, mungkin merupakan satu kesempatan untuk dapat hidup lebih lama lagi.

        Kemudian dengan mengiba ia berkata kepada suaminya: "Kakanda, kita berkumpul bersama-sama ini hanya tinggal beberapa saat lagi. Bagaimana pun juga, engkau adalah suamiku dan orang yang sangat kucintai. Maka, ijinkanlah aku memberikan penghormatan kepadamu untuk yang terakhir kalinya. Hanya itu saja permintaan terakhirku. Semoga kakanda mau mengabulkan permintaan terakhir isterimu ini".

        Setelah berkata seperti itu, Kundalakesi mengitari laki-laki itu dengan penuh hormat, sampai tiga kali.

        Pada kali terakhir, ketika ia berada di belakang suaminya, dengan sepenuh kekuatannya ia mendorong suaminya ke jurang, dan jatuh ke tebing batu yang terjal.

        Setelah kejadian itu, ia tidak berkeinginan lagi untuk kembali ke rumah. Ia meninggalkan semua permata-permatanya dengan menggantungnya di sebuah pohon, dan pergi, tanpa tahu kemana ia akan pergi.

        Secara kebetulan ia sampai di tempat para pertapa pengembara wanita (paribbajika) dan ia sendiri menjadi seorang pertapa penngembara wanita. Para paribbajika lalu mengajarinya seribu problem pandangan menyesatkan.

        Dengan kepandaiannya ia menguasai apa yang diajarkan mereka dalam waktu singkat. Kemudian gurunya berkata kepadanya untuk pergi berkelana dan jika ia menemukan seseorang yang dapat menjawab semua pertanyaannya, jadilah kamu muridnya.

        Kundalakesi berkelana ke seluruh Jambudipa, menantang siapa saja untuk berdebat dengannya. Oleh karena itu ia dikenal sebagai "Jambukaparibbajika".

        Pada suatu hari, ia tiba di Savatthi. Sebelum memasuki kota untuk menerima dana makanan, ia membuat sebuah gundukan pasir dan menancapkan sebatang ranting eugenia di atasnya. Suatu tanda yang biasa ia lakukan untuk mengundang orang lain dan menerima tantangannya.

        Sariputta Thera menerima tantangannya.

        Kundalakesi menanyakan kepadanya seribu pertanyaan dan Sariputta Thera berhasil menjawab semuanya.

        Ketika giliran Sariputta Thera bertanya kepadanya, Sariputta Thera hanya bertanya seperti ini: "Apa yang satu itu? (Ekam nama kim)".

        Kundalakesi lama terdiam tidak dapat menjawab. Kemudian ia berkata kepada Sariputta Thera untuk mengajarinya agar ia dapat menjawab pertanyaannya. Sariputta berkata bahwa ia harus terlebih dahulu menjadi seorang bhikkhuni.

        Kundalakesi kemudian menjadi seorang bhikkhuni dengan nama Bhikkhuni Kundalakesi. Dengan tekun ia mempraktekkan apa yang diucapkan oleh Sariputta, dan hanya dalam beberapa hari kemudian, ia menjadi seorang arahat.

        Tak lama setelah kejadian tersebut, para bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha: "Apakah masuk akal Bhikkhuni Kundalakesi menjadi seorang arahat setelah hanya sedikit mendengar Dhamma?"

        Mereka juga menambahkan bahwa wanita tersebut telah berkelahi dan memperoleh kemenangan melawan suaminya, seorang pencuri, sebelum ia menjadi paribbajika.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 102 dan 103 berikut ini:

Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat adalah lebih baik satu kata Dhamma yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertemburan, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri.

***
[/spoiler]

Jadi intinya, bagi yang masih asyik di thread sebelah memperdebatkan ada/tidaknya tuhan silakan merenungkan kembali..

Tambahan :

Bagaimana kalau si B mengatakan si C bodoh, g****k dll ? Perlukah dibalas ?
Coba kita pikirkan kembali..
Hei kamu anjing.. apakah yang dikatakan anjing berubah menjadi anjing ? TIDAK
Hei kamu bodoh.. apakah yang dikatakan bodoh berubah menjadi bodoh ? TIDAK

Lalu kaitan dengan hukum karma..
Aku adalah pewaris karmaku sendiri..
Apa yang kulakukan baik / buruk.. itulah yang akan kuwarisi..

Hendaknya kita terus berlatih agar kita terus menanam karma baik.. karena kita ingin karma baik itulah yang akan kita warisi..

Bagaimana kalau si B terus mereply sehingga hasilnya seperti di bawah ini

Quote from: A
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: C
Tuhan Tidak Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: B
Tuhan Ada
Quote from: B
Tuhan Ada

Kita kembali lihat.. biasanya kalau orang yang bicara sendiri tanpa lawan sendiri.. artinya apa ?
ORANG GILA BUKAN ?

Apakah kita mau dicap ORANG GILA ?
Apakah berguna kita mengutarakan pendapat tapi dicuekin ?
Silakan direnungkan..

Semoga bermanfaat

K.K.

Jika diskusinya sehat dari seorang yang logis dan ilmiah, mungkin diskusi akan berkepanjangan tetapi kita mendapatkan sesuatu yang lebih. Tetapi jika lawan diskusinya tidak logis, bicara yang tidak dimengerti, tentu saja adalah sia-sia.

Saya baru saja mencoba fitur baru yang mungkin ada hubungannya dengan topic ini. Ignore list.
(Profile - Modify profile, Buddies/Ignore List - Edit Ignore List. Tinggal tambahkan saja nama membernya.) Ini sangat bermanfaat jadi jika ada orang delusional yang posting di seluruh board sambil menyertakan delusinya, menjadi tidak tampak. Dengan menarik diri begitu, maka tentu debat tidak bermanfaat dengan member yang bersangkutan tidak akan berkepanjangan.


FZ

Benar.. Makanya harus pintar memilih siapa yang menjadi teman diskusi kita..
Teman diskusi yang baik adalah teman diskusi yang bisa membawa kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Itu yang dinamakan BERKAH..

Dalam Manggala Sutta, Sang Buddha juga mengungkapkan apa berkah utama..

Tak bergaul dengan orang tak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana
Menghormati mereka yang patut dihormat
Itulah berkah utama..

Selain itu, saya kembali teringat pada kasus Irak.
Bagaimana cara menghukum Irak pada awalnya ?
dengan EMBARGO..

EMBARGO sangat merugikan Irak karena membuat Irak makin tidak berkembang..

Mem-ban member memang sangat gampang.. Tapi apakah itu akan menyelesaikan masalah ?
Para moderator dulu juga sudah coba.. Akibatnya apa ? timbul kembali kloningan2 yang kembali menghangatkan forum ini.

Adakah solusi yang lebih baik ? mungkin kita boleh meniru teknik EMBARGO

Jadi jangan sampai ada member di sini yang di-embargo .. karena apa ?
Embargo sangat merugikan.. tapi dengan Embargo, jika kita yang diembargo bisa berpikir.. maka kita bisa intropeksi diri apa yang menjadi kesalahan kita.

Hal ini juga pernah dilakukan oleh Sang Buddha, ketika Channa, mantan kusir kuda bertingkah.. maka Sang Buddha mengeluarkan statement agar Sangha tidak boleh ngomong dengan Channa.
Akhirnya Channa pun menjadi sadar.. akhirnya berlatih dan mencapai tataran kesucian.

fabian c

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 July 2010, 07:05:07 PM
Jika diskusinya sehat dari seorang yang logis dan ilmiah, mungkin diskusi akan berkepanjangan tetapi kita mendapatkan sesuatu yang lebih. Tetapi jika lawan diskusinya tidak logis, bicara yang tidak dimengerti, tentu saja adalah sia-sia.

Saya baru saja mencoba fitur baru yang mungkin ada hubungannya dengan topic ini. Ignore list.
(Profile - Modify profile, Buddies/Ignore List - Edit Ignore List. Tinggal tambahkan saja nama membernya.) Ini sangat bermanfaat jadi jika ada orang delusional yang posting di seluruh board sambil menyertakan delusinya, menjadi tidak tampak. Dengan menarik diri begitu, maka tentu debat tidak bermanfaat dengan member yang bersangkutan tidak akan berkepanjangan.



Wah baru tahu ada fitur ini terima kasih bro Kainyn... saya memang gaptek....  :)

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Reenzia

 ::) iya, gak asik nih...giliran sy brtanya malah bikin thread baru, yg lama dibiarkan terbengkalai
pdahal isinya gk beda-beda jauh...  ::)

Nevada


Sunkmanitu Tanka Ob'waci

makanya, sekarang sih aye gak mau ikutan diskusi gituan. gak guna.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

yudiboy

kalau saya ada debat tak berguna...Masukkan saja kekeranjang sampah...daripada bikin Ad hominem sama orang lain...gitu aja kok repot....jangan blok saya ya..saya masih pengen gabung disini...sya minta maaf ya....
saya bertekad mau menjadi orang baik....tidak selingkuh...menopang orang tua...menjadi ayah yang baik...dan bermanfaat bagi orang banyak

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

FZ

menurut gw seh melakukan upaya kausalya juga harus lihat2 orang..
tidak worthed .. sama halnya karena 2 bata jelek apakah menghancurkan 1 tembok ?

dan ironis misal ingin membantu 1 orang mengorbankan 1 forum..
bukan hanya 1 forum saja.. diri sendiri pun terkorbankan..
mengapa ? melakukan upaya kausalya itu juga butuh waktu..
lebih baik waktu itu dimanfaatkan untuk menolong orang lain yang lebih membutuhkan..
dari sekian banyak thread di forum ini masa harus bertengger pada topik itu2 aja ?

K.K.

Quote from: Forte on 15 July 2010, 07:14:19 PM
Benar.. Makanya harus pintar memilih siapa yang menjadi teman diskusi kita..
Teman diskusi yang baik adalah teman diskusi yang bisa membawa kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Itu yang dinamakan BERKAH..

Dalam Manggala Sutta, Sang Buddha juga mengungkapkan apa berkah utama..

Tak bergaul dengan orang tak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana
Menghormati mereka yang patut dihormat
Itulah berkah utama..

Selain itu, saya kembali teringat pada kasus Irak.
Bagaimana cara menghukum Irak pada awalnya ?
dengan EMBARGO..

EMBARGO sangat merugikan Irak karena membuat Irak makin tidak berkembang..

Mem-ban member memang sangat gampang.. Tapi apakah itu akan menyelesaikan masalah ?
Para moderator dulu juga sudah coba.. Akibatnya apa ? timbul kembali kloningan2 yang kembali menghangatkan forum ini.

Adakah solusi yang lebih baik ? mungkin kita boleh meniru teknik EMBARGO

Jadi jangan sampai ada member di sini yang di-embargo .. karena apa ?
Embargo sangat merugikan.. tapi dengan Embargo, jika kita yang diembargo bisa berpikir.. maka kita bisa intropeksi diri apa yang menjadi kesalahan kita.

Hal ini juga pernah dilakukan oleh Sang Buddha, ketika Channa, mantan kusir kuda bertingkah.. maka Sang Buddha mengeluarkan statement agar Sangha tidak boleh ngomong dengan Channa.
Akhirnya Channa pun menjadi sadar.. akhirnya berlatih dan mencapai tataran kesucian.

Tinggal satu masalah lagi, kalau yang di-"embargo" tahu diri, dia juga akan berhenti. Kalau tidak tahu diri, maka akan membuat "monologue dengan tembok" di mana-mana. Jadi tinggal diserahkan ke Admin-Moderator apakah mau dibiarkan atau dibuang.

Jerry

appamadena sampadetha

Jerry

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 July 2010, 07:05:07 PM
Jika diskusinya sehat dari seorang yang logis dan ilmiah, mungkin diskusi akan berkepanjangan tetapi kita mendapatkan sesuatu yang lebih. Tetapi jika lawan diskusinya tidak logis, bicara yang tidak dimengerti, tentu saja adalah sia-sia.

Saya baru saja mencoba fitur baru yang mungkin ada hubungannya dengan topic ini. Ignore list.
(Profile - Modify profile, Buddies/Ignore List - Edit Ignore List. Tinggal tambahkan saja nama membernya.) Ini sangat bermanfaat jadi jika ada orang delusional yang posting di seluruh board sambil menyertakan delusinya, menjadi tidak tampak. Dengan menarik diri begitu, maka tentu debat tidak bermanfaat dengan member yang bersangkutan tidak akan berkepanjangan.


Baru tau, nyobain ahh.. Thanks..
appamadena sampadetha

K.K.

Quote from: Jerry on 16 July 2010, 10:12:37 AM
Memasukkan lagi apa & bagaimana seharusnya sebuah diskusi menurut sang Buddha:

http://dhammacitta.org/dcpedia/AN_3_67_Kathavatthu_Sutta_Thanissaro

Dirangkum:
Dalam diskusi hal-hal ini yang menjadi penilaian kecocokan lawan diskusi.
1. Tergantung type pertanyaannya, ada 4 type menjawab: jawaban langsung, jawaban tidak langsung (analitis), pertanyaan balik, tidak dijawab. Orang yang tidak cocok diajak diskusi adalah yang memberi type jawaban tidak sesuai dengan type pertanyaannya.

Misalnya pertanyaan yang butuh jawaban langsung: "Apakah Buddha menyetujui pembunuhan?"
Dijawab tidak langsung: "Buddha tidak mengatakan tidak menyetujui SEMUA pembunuhan."
(Istilah Yuri-Chan: "http://www.maksa.com/ngasal/lebay.php")

Pertanyaan yang butuh jawaban analitis: "Dari mana premis X = Buddha, sedangkan sifat X <> sifat Buddha?"
Dijawab dengan pertanyaan balik: "Emangnya salah? Sifat member DC juga <> sifat Buddha!"

Pertanyaan yang mungkin butuh pertanyaan balik: "Dari mana referensinya Buddha mengajarkan X?"
Dijawab dengan langsung: "Makanya belajar ilmu L****a!" (disensor demi kenyamanan publik.)


2. Memerhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, sesuai dengan asumsi yang disepakati, sesuai ajaran yang diketahui kebenarannya, maka ia cocok untuk diajak diskusi.

Contoh tidak memerhatikan yang mungkin dan tidak mungkin: berargumen dengan statement: "Kalau Buddha masih ada, pasti dia akan setuju dengan saya."

Tidak sesuai dengan asumsi yang disepakati misalnya membuat asumsi sendiri seperti pencerahan Buddha = pertemuan nabi di agama lain dengan Tuhannya. (Istilah Tuhan DC: Ikan kembung, rambut Kribo.)

Tidak sesuai dengan ajaran yang diketahui kebenarannya: "Umat Buddhist di seluruh dunia memiliki pemahaman salah seperti kaum Wasabi/Wallaby(/Whatever). Yang benar yah tentu pendapat saya seorang diri."
(Egomaniacal-Schizophrenic Syndrome)


3. Jika ditanya, seseorang mengolok-olok, mempermalukan, merendahkan, mencari-cari kesempatan dalam kesalahan lawan bicaranya, maka dia tidak cocok diajak diskusi.
Contoh: "Bahlul lu!"


Dari cara-cara diskusinya, kita bisa tahu apakah orang itu sesuai dengan "Sang Jalan" atau tidak. Sesekali, kita semua pasti melakukan kesalahan-kesalahan tersebut, karena keterbatasan kita (baca: belum suci). Maka itulah gunanya sahabat: mengingatkan. Oleh karena itu berbahaya sekali kalau seseorang menganggap dirinya lebih dari yang sebenarnya (baca: mengigau sudah suci), maka dia tidak akan lagi menerima masukan dari orang lain, dan terus terperosok makin dalam. 

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 July 2010, 11:17:44 AM
Quote from: Jerry on 16 July 2010, 10:12:37 AM
Memasukkan lagi apa & bagaimana seharusnya sebuah diskusi menurut sang Buddha:

http://dhammacitta.org/dcpedia/AN_3_67_Kathavatthu_Sutta_Thanissaro

Dirangkum:
Dalam diskusi hal-hal ini yang menjadi penilaian kecocokan lawan diskusi.
1. Tergantung type pertanyaannya, ada 4 type menjawab: jawaban langsung, jawaban tidak langsung (analitis), pertanyaan balik, tidak dijawab. Orang yang tidak cocok diajak diskusi adalah yang memberi type jawaban tidak sesuai dengan type pertanyaannya.

Misalnya pertanyaan yang butuh jawaban langsung: "Apakah Buddha menyetujui pembunuhan?"
Dijawab tidak langsung: "Buddha tidak mengatakan tidak menyetujui SEMUA pembunuhan."
(Istilah Yuri-Chan: "http://www.maksa.com/ngasal/lebay.php")

Pertanyaan yang butuh jawaban analitis: "Dari mana premis X = Buddha, sedangkan sifat X <> sifat Buddha?"
Dijawab dengan pertanyaan balik: "Emangnya salah? Sifat member DC juga <> sifat Buddha!"

Pertanyaan yang mungkin butuh pertanyaan balik: "Dari mana referensinya Buddha mengajarkan X?"
Dijawab dengan langsung: "Makanya belajar ilmu L****a!" (disensor demi kenyamanan publik.)


2. Memerhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, sesuai dengan asumsi yang disepakati, sesuai ajaran yang diketahui kebenarannya, maka ia cocok untuk diajak diskusi.

Contoh tidak memerhatikan yang mungkin dan tidak mungkin: berargumen dengan statement: "Kalau Buddha masih ada, pasti dia akan setuju dengan saya."

Tidak sesuai dengan asumsi yang disepakati misalnya membuat asumsi sendiri seperti pencerahan Buddha = pertemuan nabi di agama lain dengan Tuhannya. (Istilah Tuhan DC: Ikan kembung, rambut Kribo.)

Tidak sesuai dengan ajaran yang diketahui kebenarannya: "Umat Buddhist di seluruh dunia memiliki pemahaman salah seperti kaum Wasabi/Wallaby(/Whatever). Yang benar yah tentu pendapat saya seorang diri."
(Egomaniacal-Schizophrenic Syndrome)


3. Jika ditanya, seseorang mengolok-olok, mempermalukan, merendahkan, mencari-cari kesempatan dalam kesalahan lawan bicaranya, maka dia tidak cocok diajak diskusi.
Contoh: "Bahlul lu!"


Dari cara-cara diskusinya, kita bisa tahu apakah orang itu sesuai dengan "Sang Jalan" atau tidak. Sesekali, kita semua pasti melakukan kesalahan-kesalahan tersebut, karena keterbatasan kita (baca: belum suci). Maka itulah gunanya sahabat: mengingatkan. Oleh karena itu berbahaya sekali kalau seseorang menganggap dirinya lebih dari yang sebenarnya (baca: mengigau sudah suci), maka dia tidak akan lagi menerima masukan dari orang lain, dan terus terperosok makin dalam. 


postingan di atas sebenarnya sih biasa-biasa aja, tapi karena dipostingkan oleh Sang Kainyn_Kutho jadi kocak. click deh