Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)

Started by ryu, 07 July 2010, 12:05:08 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days


Sumedho

sepertinya dulu dalam diskusi dengan Pak Hud juga dia pernah explicit bilang kalau sekha itu sotapanna, anagami, sakadagami. Jadi sekha menurut beliau yah seperti itu. kalo ada yg mau rajin search di dc tolong yah :)
There is no place like 127.0.0.1

ryu

Quote from: Sumedho on 08 July 2010, 11:07:15 AM
sepertinya dulu dalam diskusi dengan Pak Hud juga dia pernah explicit bilang kalau sekha itu sotapanna, anagami, sakadagami. Jadi sekha menurut beliau yah seperti itu. kalo ada yg mau rajin search di dc tolong yah :)
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2355.msg86930.html

Di dalam Mupariyaya-sutta jelas dinyatakan oleh Sang Buddha bahwa seorang Sekha (sotapanna s.d. anagami) harus berlatih agar proses batinnya hanya berhenti pada #1 (sa~njanati, persepsi murni), dan tidak melanjut ke #2 (ma~n~nati, konseptualisasi) dst ... apalagi sampai ke #6 (perasaan senang, tidak senang sdb -- abhinandati).

Lalu Sang Buddha juga jelas menyatakan bahwa dalam batin arahat/buddha hanya ada persepsi murni (#1) saja ... tidak ada lagi #2 s.d. #6 ... Berarti arahat/buddha tidak berpikir seperti kita berpikir, tidak muncul diri/aku/atta, tidak ada rasa senang, bahagia, tidak senang dsb ... Singkatnya: tidak ada reaksi apa pun lagi di dalam batin terhadap rangsangan yang masuk dari luar (#1).
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: Sumedho on 08 July 2010, 11:07:15 AM
sepertinya dulu dalam diskusi dengan Pak Hud juga dia pernah explicit bilang kalau sekha itu sotapanna, anagami, sakadagami. Jadi sekha menurut beliau yah seperti itu. kalo ada yg mau rajin search di dc tolong yah :)
MUNGKIN dalam konteks tertentu. Sama saja seperti "Sangha" kadang tidak dijelaskan detailnya adalah "sammuti sangha" atau "ariya sangha". Mengenai Pak Hudoyo apakah benar maksudnya demikian, atau bahkan jangan-jangan memang praktisi MMD semua sudah ariya, tentu saya tidak tahu.

Untuk menghindari salah paham, dalam kasus saya katakan saya adalah sekha, adalah dalam konteks saya yang berlatih namun belum mencapai kesucian; juga bukan orang yang tidak peduli dengan jalan para ariya. Tapi saya tertarik dengan co-pas Bro ryu mengenai Nevaasekha-nasekha. Mungkin itu bisa memberikan penjelasan yang lebih baik.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

K.K.

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 08 July 2010, 11:14:50 AM
bukan hanya itu. dulu dia juga sering bilang buddha == krishna murti == dia sendiri
Oh, begitu? Kalau gitu, no comment.

Sumedho

Quote from: Kainyn_Kutho on 08 July 2010, 11:14:39 AM
Quote from: Sumedho on 08 July 2010, 11:07:15 AM
sepertinya dulu dalam diskusi dengan Pak Hud juga dia pernah explicit bilang kalau sekha itu sotapanna, anagami, sakadagami. Jadi sekha menurut beliau yah seperti itu. kalo ada yg mau rajin search di dc tolong yah :)
MUNGKIN dalam konteks tertentu. Sama saja seperti "Sangha" kadang tidak dijelaskan detailnya adalah "sammuti sangha" atau "ariya sangha". Mengenai Pak Hudoyo apakah benar maksudnya demikian, atau bahkan jangan-jangan memang praktisi MMD semua sudah ariya, tentu saya tidak tahu.

Untuk menghindari salah paham, dalam kasus saya katakan saya adalah sekha, adalah dalam konteks saya yang berlatih namun belum mencapai kesucian; juga bukan orang yang tidak peduli dengan jalan para ariya. Tapi saya tertarik dengan co-pas Bro ryu mengenai Nevaasekha-nasekha. Mungkin itu bisa memberikan penjelasan yang lebih baik.

yah dari pak hud sendiri sudah explisit mengatakan demikian, demikianlah maksud beliau.

Soal interpretasi baru bro Kainyn yah imo usaha "pembenaran" utk menjelaskannya dengan "aman", tapi istilah sekha itu bukankah lebih baik tidak kita kutak katik lagi? jadi tambah runyam nanti istilah2x yg ada bukan?
There is no place like 127.0.0.1

K.K.

Quote from: Sumedho on 08 July 2010, 11:35:53 AM
yah dari pak hud sendiri sudah explisit mengatakan demikian, demikianlah maksud beliau.
:)


QuoteSoal interpretasi baru bro Kainyn yah imo usaha "pembenaran" utk menjelaskannya dengan "aman", tapi istilah sekha itu bukankah lebih baik tidak kita kutak katik lagi? jadi tambah runyam nanti istilah2x yg ada bukan?
Soal interpretasi saya, itu bukan pembenaran, tetapi karena ketidaktahuan penggunaan definisi secara umum saja. Sebab di Mulapariyaya Sutta hanya ada Puthujjana (yang dikatakan tidak menghormati jalan Ariya), Sekha (berlatih) & Asekha (sudah tidak lagi berlatih).

Tentu saja saya juga tidak ingin mempermasalahkan hal-hal kecil yang sudah berlaku umum seperti misalnya penggunaan istilah. Jadi bagi saya tidak masalah sama sekali untuk berikutnya mengikuti penggunaan definisi sekha = sotapanna -> Anagami.

Hanya saja, kalau ada orang yang bertanya kepada saya tentang definisi Puthujjana dalam Mulapariyaya Sutta, saya tidak tahu bagaimana menjawabnya.


Sumedho

kekna tidak sesederhana itu dalam menjelaskan batasan puthujana dan sekha yah pasti nanti melebar jauh nanti ;D
There is no place like 127.0.0.1

K.K.

Quote from: Sumedho on 08 July 2010, 11:53:22 AM
kekna tidak sesederhana itu dalam menjelaskan batasan puthujana dan sekha yah pasti nanti melebar jauh nanti ;D
Rumit dan melebar ke mana-mana sih, tetapi rasanya memang tidak terlalu penting untuk didefinisikan sebegitunya juga. Yang penting adalah esensinya saja tentang proses pikiran itu yang merupakan "mula/akar". :)

hendrako

Kalau menurut saya pribadi, istilah Sekha memang hanya digunakan untuk Ariya (Sotapanna, Sakadagami, dan Anagami). Didalam Mulapariyaya Sutta, pada saat dijelaskan tentang Sekha, Sekha adalah orang yang telah mengerti Anatta dengan baik.

Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkkhu siswa (sekha), yang belum mencapai kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, mengerti dengan baik tentang pathavi sebagai pathavi; karena mengetahui dengan baik tentang pathavi sebagai pathavi, maka ia tidak memikirkan tentang pathavi, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan pathavi; ia tidak memikirkan dirinya sebagai pathavi; ia tidak berpikir 'pathavi milikku', ia tidak gembira dalam pathavi. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

    Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkhu siswa yang belum mencapai kesempurnaan, yang masih berusaha untuk mencapai pembebasan tertinggi dari ikatan, mengerti dengan baik tentang 'apo' ... (penerjemah: seperti di atas, sampai dengan) ... 'sabba' ..., mengerti dengan baik tentang nibbana sebagai nibbana; karena mengetahui dengan baik nibbana sebagai nibbana, maka ia tidak memikirkan tentang nibbana, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan nibbana; ia tidak memikirkan dirinya sebagai nibbana; ia tidak berpikir 'nibbana milikku', ia tidak gembira dalam nibbana. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.


Hal di atas identik dengan penjelasan tentang Arahat (Asekha), yang berbeda  dengan yang di bold biru diatas adalah:

Apabila Sekha hanya dikatakan telah mengerti dengan baik, maka Arahat adalah  plus dengan :

Karena ia 'tanpa keinginan nafsu' (vitaragatta), sebab telah 'melenyapkan (semua) keinginan nafsu' (khaya ragassa).

Karena ia 'tanpa kebencian' (vitadosatta), sebab telah 'melenyapkan (semua) kebencian' (khaya dosassa) .... Mengapa begitu? Karena ia 'tanpa kebodohan' (vitamohatta), sebab telah 'melenyapkan (semua) kebodohan' (khaya mohassa).


Jadi maksud dari istilah puthujana sebagaimana yang ada di dalam Mulapariyaya Sutta adalah,

Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Dalam hal ini yang tidak dimengerti dengan baik adalah Anatta, yang secara otomatis belum merupakan seorang Sotapanna.

Note: Kalimat dengan huruf miring di atas adalah kutipan dari terjemahan Mulapariyaya Sutta.


yaa... gitu deh

fabian c

Di jaman Sang Buddha ada seorang guru terkenal yang punya banyak sekali pengikut, ia biasa menjawab berbelit-belit, ia menyesatkan banyak orang.

tapi bagi yang tidak tahu ia nampak hebat karena terkenal dan ia telah memiliki posisi sebagai guru, padahal ia kosong, ia tidak mengerti berbagai hal, tapi karena pintarnya ia menjawab berbelit-belit maka banyak juga orang-orang yang sama kosongnya dengan dia menganggap ia orang hebat.

Nama guru itu adalah Sanjaya Belathaputta.

Oleh karena itu orang-orang yang bijaksana menilai isi sebuah tong dengan mendengarkan bunyinya, bukan dengan melihat penampilannya. Menganggap Sanjaya Belathaputta hebat karena ia adalah guru terkenal, sama bodohnya dengan menilai isi tong dari penampilan luarnya.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata