News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mengapa ada kehidupan?

Started by pemula, 03 June 2010, 12:16:43 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

pemula

 _/\_
Namo Shangyang Adi Buddhaya.
Namo Amitabha Buddha...
Namo  Sakyamunaye Buddha...
Namo Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattvaya...
Namo Sabbe Bodhisattva Mahasattvaya.

Sebelumnya terima kasih atas tempat & waktu luangnya...
Disini kita akan menyelami / merealisasikan suatu bentuk masalah yang dianggap nyata untuk di buktikan. Mohon kerja samanya...

   "Berdasarkan" Hukum Paticca-Samuppada / Pratittya-Samutpada

Bedasarkan prinsip yang saling menjadikan, relatifitas, dan saling bergantungan yang berlaku dialam semesta ini dapat diterangkan melalui berbagai hal. Contoh "Hal" yang paling mendukung yang dapat kita petik sebagai penjelasan lebih lanjut adalah 12 Nidana itu adalah ;

   "Avijja Paccaya Sankhara"
Dengan adanya Kebodohan (Ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-benuk Kamma.

   "Sankhara Paccaya Vinnanang"
Dengan adanya bentuk-bentuk Kamma, maka terjadilah Kesadaran.

   "Vinnana Paccaya Namarupang"
Dengan adanya Kesadaran, maka terjadilah Batin dan Badan jasmani.

   "Namarupang Paccaya Salayatanang"
Dengan adanya Batin dan Badan jasmani, maka terjadilah Enam Inderia.

   "Salayatana Paccaya Phassa"
Dengan adanya Enam Inderia, maka terjadilah Kesan-kesan.

   "Phassa Paccaya Vedana"
Dengan adanya Kesan-kesan, maka terjadilah Perasaan.

   "Vedana Paccaya Tanha"
Dengan adanya Perasaan, maka terjadilah Nafsu Keinginan.

   "Tanha Paccaya Updanang"
Dengan adanya Nafsu Keinginan. maka terjadilah Kemelekatan.

   "Upadana Paccaya Bhavo"
Dengan adanya Kemelekatan. maka terjadilah proses Tumimbal-lahir.

   "Bhava Paccaya Jati"
Dengan adanya Tumimba-lahir, maka terjadilah Kelahiran-kembali.

   "Jati Paccaya Jaramaranang"
Dengan adanya Kelahiran-kembali, maka Terjadilah Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll.

   "Jaramaranang"
Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll. Adalah Akibat dari Kelahiran-kembali.

"Yah Pratityasamutpadam pasyati sa dharmainpasyati, yo dharmam pasyati, so buddham pasyati."

"(Ia yang menyadari Paticca Samuppada melihat kebenaran, ia yang melihat dharma kebenaran 'Dharma', melihat Buddha)."

Yang jadi masalah ke-1:

Apakah kita mampu dan dapat melepaskan satu penyebab dasar yang telah di sebutkan kebodohan / ketidak-tahuan. Sementara kebodohan / ketidak-tahuan itu mutlak ? jika dapat mohon penjelasannya. Jika tidak berarti kita akan tetap berputar di sini.

Yang jadi masalah ke-2.

Hukum berkerja tidak hanya pada dalam diri pribadi, Hukum ini juga berkerja di luar (Alam semesta) karena UNIVERSAL.
Oleh Karenanya Pula, Apa kita mampu membebaskan / menghindari / mengatasi dari segala sesuatu yang saling bergantungan, bersangkutan, berhubungan dan berinteraksi ini?

Yang jadi masalah ke-3:

Contoh paling simple. ada hidup ada mati, ada bahagia ada duka, ada senang ada sedih, ada sehat ada sakit, ada baik di situ ada buruk.

Nah,,, kita akan ambil satu poin diantaranya (Ada Baik ada Buruk) begitu juga sebaliknya, dari penyeleman sementara dimana hal yang mengaris bawahi "ada baik di situ ada buruk."
Misalnya ;

Kita membantu orang, maka ;

1.   Bisa jadi kita lupa diri. Meskipun sesaat. Tapi itu pasti akan terserap di alam bawah sadar.
2.   Membuat awal kebiasaan orang yang di bantu, untuk bergantungan tanpa usaha sendiri. Sedangkan setiap makhluk harus wajib berusaha sendiri dari dalam sendiri untuk menjadi lebih baik. Karena ini lah yang lebih beharga sesungguhnya. Tidak ada kata tidak mampu dalam memperbaiki meskipun dengan berjuta alasan. Karena masih ada hal yang dapat di perbaiki yaitu diri sendiri lah.. dengan kata lain tidak memberikan orang yang di bantu untuk belajar dan memulai dari dirinya sendiri. (Sangat tak ternilai pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dari pada sekedar belajar. Dari pengetahuan yang sudah ada)
3.   Menanamkan hutang baru bagi orang yang di bantu secara tidak langsung. "Hutang Budi" perlu untuk di ketahui, Hutang budi tidak cukup habis dalam satu kehidupan. Ini akan terus berkelanjutan timbal balik. Dengan demikan kita pun kelak tidak lepas darinya.
4.   Kita Buang-buang waktu. Karena tidak membawa hasil pasti menuju pembebasan "Singkat sesungguhnya waktu ini" harus di akui untuk melatih diri saja tidak cukup. Jika dikatakan cukup. Kita pasti bisa mengatasi kebodohan / ketidak tahuan. / kita ingin terus terikat melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum yang berkerja?

Sibuk melatih diri / menyendiri : maka ;

1.   Secara tidak langsung dan tidak disadari kita bermain pada ego juga lupa diri.
2.   Sulit bagi kita mendapatkan pengalaman kehidupan diluar jika kita sibuk menyendiri. Karena pengalaman itu lebih berharga keyataannya.
3.   Kita pasti memaksakan tubuh kita, kemungkinan besar hanyut didalamnya. Sementara kita harus menjaga stamina tubuh untuk terus belajar lebih lanjut.
4.   Melepas Tanggung jawab. Khususnya terhadap orang tua dan keluarga.

Melatih diri tanpa menyendiri. APA BISA? / kita akan terikat dan terus melekat pada Hukum yang akan tetap berkerja. Bhakan lebih Dramatis. Hari ini untuk besok, besok juga untuk kedepan. Hari ini adalah hari esok, hari esok juga hari kedepan. (Apapun yang terjadi di kehidupan ini, akan terulang lagi di kehidupan mendatang)

Yang jadi masalah ke-4 / masalah penutup :

1.   kita harus mencari kebenaran jika tidak kita akan terus di dalam ketidak-tahuan / kebodohan. Dengan demikian kita akan terus berada di dalamnya. Namun waktu terlalu singkat untuk mengungkapkan segala sesuatu bentuk kebenaran itu sendiri agar benar-benar mampu menjadi kunci pembuka pintu. kebebasan. Jika tidak dalam kehidupan ini / kesempatan ini.
2.   karena segala sesuatunya saling bergantungan, berhubungan dan beriteraksi. Mis : Dimana ada baik disitu ada buruk. Bagaimana kita harus mencari yang benar-benar baik ?
Agar setiap perbuatan, kamma, berada dalam Sila yang benar-benar baik / positf tanpa adanya efek negative-nya lagi. Sedangkan (Sila, Samadhi, Panna) juga saling bergantungan, berhubungan dan berinteraksi "Jika Silanya ada kerusakan maka, Samadhi akan sulit tercapai, bagaimana mungkin bisa mencapai Panna. Sebaliknya. Panna pun akan berkerja karena adanya Samadhi dan di dukung dengan Sila yang baik".
Lalu Apa dan Bagaimana cara menjalani hidup yang penuh misteri ini ?

Mohon bantuannya... dan kerjasamanya. Maaf merepotkan.
Jika sahabat telah yakin dengan penjelasan / komentar dari sahabat. Mohon di berikata kutip. "SAYA Yakin". Jika tidak berarti Berarti kita akan bermain bersama di dalam ini. Yang akan menjadi pertanyaan selanjutnya Mau Sampai kapan. Hehehe... :)

wen78

Quote from: pemula on 03 June 2010, 12:16:43 PM
Yang jadi masalah ke-1:

Apakah kita mampu dan dapat melepaskan satu penyebab dasar yang telah di sebutkan kebodohan / ketidak-tahuan. Sementara kebodohan / ketidak-tahuan itu mutlak ? jika dapat mohon penjelasannya. Jika tidak berarti kita akan tetap berputar di sini.
makan sampe tua, belajar sampe tua

Quote from: pemula on 03 June 2010, 12:16:43 PM
Yang jadi masalah ke-2.

Hukum berkerja tidak hanya pada dalam diri pribadi, Hukum ini juga berkerja di luar (Alam semesta) karena UNIVERSAL.
Oleh Karenanya Pula, Apa kita mampu membebaskan / menghindari / mengatasi dari segala sesuatu yang saling bergantungan, bersangkutan, berhubungan dan berinteraksi ini?
kemana langkah kaki kamu melangkah disana kamu berada.

Quote from: pemula on 03 June 2010, 12:16:43 PM
Yang jadi masalah ke-3:

Contoh paling simple. ada hidup ada mati, ada bahagia ada duka, ada senang ada sedih, ada sehat ada sakit, ada baik di situ ada buruk.

Nah,,, kita akan ambil satu poin diantaranya (Ada Baik ada Buruk) begitu juga sebaliknya, dari penyeleman sementara dimana hal yang mengaris bawahi "ada baik di situ ada buruk."
Misalnya ;

Kita membantu orang, maka ;

1.   Bisa jadi kita lupa diri. Meskipun sesaat. Tapi itu pasti akan terserap di alam bawah sadar.
2.   Membuat awal kebiasaan orang yang di bantu, untuk bergantungan tanpa usaha sendiri. Sedangkan setiap makhluk harus wajib berusaha sendiri dari dalam sendiri untuk menjadi lebih baik. Karena ini lah yang lebih beharga sesungguhnya. Tidak ada kata tidak mampu dalam memperbaiki meskipun dengan berjuta alasan. Karena masih ada hal yang dapat di perbaiki yaitu diri sendiri lah.. dengan kata lain tidak memberikan orang yang di bantu untuk belajar dan memulai dari dirinya sendiri. (Sangat tak ternilai pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dari pada sekedar belajar. Dari pengetahuan yang sudah ada)
3.   Menanamkan hutang baru bagi orang yang di bantu secara tidak langsung. "Hutang Budi" perlu untuk di ketahui, Hutang budi tidak cukup habis dalam satu kehidupan. Ini akan terus berkelanjutan timbal balik. Dengan demikan kita pun kelak tidak lepas darinya.
4.   Kita Buang-buang waktu. Karena tidak membawa hasil pasti menuju pembebasan "Singkat sesungguhnya waktu ini" harus di akui untuk melatih diri saja tidak cukup. Jika dikatakan cukup. Kita pasti bisa mengatasi kebodohan / ketidak tahuan. / kita ingin terus terikat melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum yang berkerja?

Sibuk melatih diri / menyendiri : maka ;

1.   Secara tidak langsung dan tidak disadari kita bermain pada ego juga lupa diri.
2.   Sulit bagi kita mendapatkan pengalaman kehidupan diluar jika kita sibuk menyendiri. Karena pengalaman itu lebih berharga keyataannya.
3.   Kita pasti memaksakan tubuh kita, kemungkinan besar hanyut didalamnya. Sementara kita harus menjaga stamina tubuh untuk terus belajar lebih lanjut.
4.   Melepas Tanggung jawab. Khususnya terhadap orang tua dan keluarga.

Melatih diri tanpa menyendiri. APA BISA? / kita akan terikat dan terus melekat pada Hukum yang akan tetap berkerja. Bhakan lebih Dramatis. Hari ini untuk besok, besok juga untuk kedepan. Hari ini adalah hari esok, hari esok juga hari kedepan. (Apapun yang terjadi di kehidupan ini, akan terulang lagi di kehidupan mendatang)
semua ada konsekuensinya jika kamu gunakan pikiran sebgai perbandingan.
apa yg kamu ingin cari? capailah yg ingin kamu cari.


Quote from: pemula on 03 June 2010, 12:16:43 PM
Yang jadi masalah ke-4 / masalah penutup :

1.   kita harus mencari kebenaran jika tidak kita akan terus di dalam ketidak-tahuan / kebodohan. Dengan demikian kita akan terus berada di dalamnya. Namun waktu terlalu singkat untuk mengungkapkan segala sesuatu bentuk kebenaran itu sendiri agar benar-benar mampu menjadi kunci pembuka pintu. kebebasan. Jika tidak dalam kehidupan ini / kesempatan ini.
2.   karena segala sesuatunya saling bergantungan, berhubungan dan beriteraksi. Mis : Dimana ada baik disitu ada buruk. Bagaimana kita harus mencari yang benar-benar baik ?
Agar setiap perbuatan, kamma, berada dalam Sila yang benar-benar baik / positf tanpa adanya efek negative-nya lagi. Sedangkan (Sila, Samadhi, Panna) juga saling bergantungan, berhubungan dan berinteraksi "Jika Silanya ada kerusakan maka, Samadhi akan sulit tercapai, bagaimana mungkin bisa mencapai Panna. Sebaliknya. Panna pun akan berkerja karena adanya Samadhi dan di dukung dengan Sila yang baik".
Lalu Apa dan Bagaimana cara menjalani hidup yang penuh misteri ini ?
Each moment, life as it is, the only teacher - Charlotte Joko Beck

kenali diri sendiri(pikiran mu dan ego mu)



segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

pemula

#2
maaf & tq sebelumnya? Mau sampai Kapan? kita bermain di dalamnya. Sementara,
kebenaran belum terungkap, segala seuatu yang terus mengikat.
bagaimana bisa memilah jalan, jika semua ada kosekwensinya (Setiap x ada baik, ada buruknya)? bagaimana pula bisa jadi lebih baik lagi tuk kedepan.? khusus untuk wen.
seperti judul, lalu mengapa kita hidup?

wen78

#3
sementara yg mana? saat ini tidak real? :)

kembali lagi ke pertanyaannya, apa yg ingin kamu capai?
pertanyaan anda seperti mencari jalan antara menjadi orang biasa dan Bhikku. jawabannya ada di kamu sendiri :)

mengapa saya hidup? mengapa saya bernafas? mengapa saya ada? mangapa AKU ada? dan siapakah saya yg sebenarnya?
kamu harus mencari jawabannya sendiri. lebih baik dengan bimbingan seorang guru.
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

pemula

#4
hehe... maaf kk. saya gak bermaksud merepoti. maklum pemula. anggap saja ngajari muridnya.
Apa yang ingin di capai? berarti mengiginkan. bukannya untuk mencapainya harus melepas tanpa konsep.
hehe... justru gak ada yang bisa dipilih lah... lalu mau sampai kapan kita bermain didalamnya. di pilih baik ada buruk. begitu juga sebaliknya. jadi diantara semua kegiatan yang benar-benar baik untuk menjadi lebih baik itu gak ada.
karena hukum berkerja lebih dominan. kita hanya bagian kecil didalamnya. sulit untuk mengendalikan yang besar. Intinya. tidak ada pilihan juga salah,  :'( letih sudah. tq..

wen78

Quote from: pemula on 03 June 2010, 01:27:17 PM
hehe... maaf kk. saya gak bermaksud merepoti. maklum pemula. anggap saja ngajari muridnya.
Apa yang ingin di capai? berarti mengiginkan. bukannya untuk mencapainya harus melepas tanpa konsep.
hehe... justru gak ada yang bisa dipilih lah... lalu mau sampai kapan kita bermain didalamnya. di pilih baik ada buruk. begitu juga sebaliknya. jadi diantara semua kegiatan yang benar-benar baik untuk menjadi lebih baik itu gak ada.
karena hukum berkerja lebih dominan. kita hanya bagian kecil didalamnya. sulit untuk mengendalikan yang besar. Intinya. tidak ada pilihan juga salah,  :'( letih sudah. tq..
anda harus mencarinya sendiri yg di bold apa arti yg sesungguhnya. secara teori adalah seperti yg di bold, prakteknya mungkin akan sedikit berbeda pada setiap orang.
saya lebih suka kata "melepaskan" secara teori, tapi secara praktek adalah sebuah "menerima", dan ada yg lebih seirama dengan kata "melepaskan" secara teori dan praktek.

dan hati2 dengan "letih". sebuah "letih/lelah" bisa menjadi sebuah illusi yg seolah2 memahami makna lain seperti pengertian kekosongan, pengertian anatta, dan pengertian lain2nya, tapi sebenarnya pengertian itu bukanlah pengertian yg sesungguhnya tetapi pengertian yg bercampur dengan sebuah "letih/lelah".

kita bagaikan ikan dalam air atau kita bagaikan obak dalam air. siapa mengendalikan siapa, pertanyaan ini berasal dari mana? sumbernya apa? ketidak puasan? keinginan? ato apa?

anda sedang mencari sebuah jawaban yg jawabannya ada di diri kamu :)
butuh waktu.. ada yg cepat.. ada yg lsg dapat. tiap org beda2.

gak usah maaf. disini sama2 masih belajar :)
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Deva19

#6
Quote from: pemula on 03 June 2010, 01:08:35 PM
maaf & tq sebelumnya? Mau sampai Kapan? kita bermain di dalamnya. Sementara,
kebenaran belum terungkap, segala seuatu yang terus mengikat.
bagaimana bisa memilah jalan, jika semua ada kosekwensinya (Setiap x ada baik, ada buruknya)? bagaimana pula bisa jadi lebih baik lagi tuk kedepan.? khusus untuk wen.
seperti judul, lalu mengapa kita hidup?

ada perbuatan baik yang berbuah baik
ada perbuatan buruk yang berbuah buruk
ada perbuatan baik dan buruk yang berbuah baik dan buruk
ada perbuatan yang tidak disebut baik pun tak disebut buruk berubah yang bukan baik pun bukan buruk

seseorang yang berpikir bahwa di dunia ini hanya ada perbuatan baik saja. tentu tidaklah benar. karena di dunia ini ada perbuatan jahat juga. demikian pula tidak benarnya pendapat yang menyatakan bahwa setiap perbuatan baik bersama dengan itu ada perbuatan buruk. karena tidak walaupun memang ada yang demikian, tapi "tidak selalu". perbuatan baik yang murni, ia sempurna dan tidak mengandung efek yang berlawanan.

dalam Babad MahaBharata di tulis : "di alam tunggal, tidak ada ditemukan kebenaran dan kesalahan, kebaikan dan kejahatan, keadilan dan ketidak adilan, bahkan Yang Maha Suci pun turun ke muka bumi, untuk menyelaminya".

ketika kita dapat menguraikan semua bentuk perbuatan, maka disitulah seseorang sudah tidak berbuat apapun yang baik ataupun yang buruk. Sri Khrisna berkata, "Aku sudah tidak melakukan perbuatan apapun, tetapi di tiga alam ini, hai Arjuna, tak satupun yang tidak aku lakukan." kalimat ini tampak kontradiksi dan membingungkan. tetapi, siapa yang dapat mengerti kbenaran maknanya dengan jelas, berarti ia telah mengerti hakikat perbuatan, telah sampai pada kebijaksanaan.

pemula

#7
Woow bijaksana sekali kakak-kakak sekalian. saya ingin belajar lebih lanjut jika boleh. Dan  jika saya terus belajar sendiri. sulit sekali mendapatkan pengetahuan tambahan, terlalu singkat waktu ini. Oleh karena itu saya ingin mendapatkan kebenaran yang memang sudah harusnya kita cari, melalui Paticca Samupada sebagai landasan saya rasa adalah jawaban untuk ketidak-tahuan/kebodohan sebagsai dasar kerjanya segala jenis hukum semesta. sebelum memulai ( Sila -> Samadhi -> Panna ) :)

Agar kita dapat memilih jalan yang selaras, tanpa satu bentuk kesalahan baru. ;D

hehehe,,, saya sudah berjuang mencari jalan yang benar2. dan ujungnya menjurus JMB-8. yang tidak ada bedanya dengan menjalani SILA, SAMADHI dan PANNA. yang mana mereka selalu "seiring, sejalan dan selaras serta seimbang saling mengisi". "mereka terlalu sulit untuk di pisahkan". dan akhirnya kita mau tak mau harus menjatuhkan satu pilihan yang tidak gampang. pilihan jalan hidup ini yang yang di pertanyakan untuk menjalani, menyebrangi dan menghadapi hukum Universal yang terus mengikat. :whistle:

Mumpung kita berada di posisi yang menguntungkan. dan selagi kesempatan itu masih ada. kenapa gak lebih serius?   :-? dengan harapan dapat menjatuhkan pilihan yang benar-benar pas, tanpa satu bentuk kesalahan baru.  dalam memilih jalan hidup yang benar-benar bebas dari kesalahan... Ini semua semata mempertimbangkan hukum yang terus berkerja dan terus mengikat.  :x

Bagaiman Pendapat kk-kk selanjutnya?

Riky_dave

Mengapa ada kelahiran?Karena masih ada "makhluk"... :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

pemula

hehehe... kakak saya masih pemula jangan di uji dengan kalimat singkat. membingunkan... donk... :'(

Riky_dave

Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:06:28 AM
hehehe... kakak saya masih pemula jangan di uji dengan kalimat singkat. membingunkan... :'(

ya betul karena..kalau tidak ada makhluk lagi,tidak mungkin ada kehidupan,wong semuanya sudah menjadi buddha,karena masih banyak yang belum menjadi buddha,maka ada "pattica samupadda" yang Anda tuliskan disana,masih ada Tumimbal lahir..

masih ada yang ditangisi ,diratapi,diinginkan,dilekati.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Riky_dave

Kalau ditanya Mengapa saya masih terlahir?ya karena Anda belum memutuskan akar kelahiran.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

pemula

#12
kk riky, tq. atas masukanya. hidup ini dualisme. sangat tidak mungkin untuk membiarkan kita terus di dalamnya. jika kita melihat secara jelas, cukup hanya mengetahui dari yang sudah ada. hal ini tidak mungkin menjadi penawar bagi kebodohan. seperti kita melihat mata air sumur / air terjun / sumber air panas, mungkin dari pengetahuan yang ada. Adalah suatu proses keluarnya  air dari urat bumi. tapi apa itu cukup jelas untuk melihat kehadiran air di semesta secara jelas . ini saja. apa bedanya kita dengan orang Bodoh? kita hanya bisa memamfaatkan, mengotori, tapi tak mampu menciptakan atau membalas budi.
"Sumber dasar kelahiran adalah AVIJJA / kebodohan"