Gerakan Islam Bersatu Tanjungbalai Tuntut Penurunan Rupang

Started by ngabdi, 01 June 2010, 04:04:44 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sobat-dharma

Quote from: Radi_muliawan on 09 April 2011, 09:16:22 PM
gerakan-gerakan yg ingin mewujudkan indonesia sebagai negara salah satu agama dengan aturan agamanya yg di rancang agar diterapkan sebagai peraturan negara itu sudah terlihat jelas oleh mata telanjang :D termasuk terlihat jelas yg telanjang saat di sidang dewan >:D


Begitulah bro. Sebenarnya kelompok ini telah terang2an menyatakannya dalam visi, misi maupun selebaran2 yang mereka bagikan ke publik.  Sayangnya mayoritas Umat Buddha Indonesia lebih memilih melepaskan haknya sebagai agama resmi di Indonesia dan mempermulus usaha kelompok2 ini daripada menunjukkan secara gamblang akan ketidaksetujuannya. Umat Buddha Indonesia juga masih belum sadar bahwa untuk menggalang solidaritas internasional untuk menghambat usaha kelompok tersebut dibutuhkan korban yang berani bersuara atas ketidakadilan yang dideritanya dan menjadi saksi yang melaporkannya, bukan hanya pasrah.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: hendrako on 09 April 2011, 08:47:44 PM
Sikap masing2 terhadap kasus ini sudah jelas.
Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
_/\_


Terserah anda jika ingin mengundurkan diri dari diskusi mengenai topik ini. saya menghormati sikap anda.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

hendrako

Quote from: sobat-dharma on 10 April 2011, 10:37:03 PM
Begitulah bro. Sebenarnya kelompok ini telah terang2an menyatakannya dalam visi, misi maupun selebaran2 yang mereka bagikan ke publik.  Sayangnya mayoritas Umat Buddha Indonesia lebih memilih melepaskan haknya sebagai agama resmi di Indonesia dan mempermulus usaha kelompok2 ini daripada menunjukkan secara gamblang akan ketidaksetujuannya. Umat Buddha Indonesia juga masih belum sadar bahwa untuk menggalang solidaritas internasional untuk menghambat usaha kelompok tersebut dibutuhkan korban yang berani bersuara atas ketidakadilan yang dideritanya dan menjadi saksi yang melaporkannya, bukan hanya pasrah.

Bisa dijelaskan maksud yang dibold biru di atas bro?
yaa... gitu deh

hendrako

Di dalam Muslim di Indonesia sendiri sedang terjadi pergulatan hebat, umat lain harus pintar2 menjaga diri agar tidak menjadi tumbal di dalam kemelut yang cukup rumit. Jangan memancing di air keruh, jangan berkoar-koar ditengah kemelut, tapi jadilah pribadi yang tenang dan damai sebagaimana yg diungkap oleh Gus Dur (lihat link di bawah)

Mungkin tidak berhubungan langsung dengan topik, tapi agar tidak menjadi kodok dalam tempurung, silakan simak:
http://www.libforall.org/pdfs/ilusi-negara-islam.pdf

yaa... gitu deh

sobat-dharma

Quote from: hendrako on 10 April 2011, 10:51:08 PM
Bisa dijelaskan maksud yang dibold biru di atas bro?

Kelompok radikal bekerja dengan menciptakan teror dan rasa takut. Jumlah mereka sebenarnya kecil (tidak mewakili suara umat Islam mayoritas yang sebenarnya), namun mereka menciptakan pengaruh bersuara lantang dan mengandalkan aksi-aksi kekerasan sebagai cara. Jika umat Umat Buddha dengan pelbagai dalih menyerah pada rasa takut tersebut, lantas melepaskan hak-hak yang seharusnya menjadi miliknya sebagai warga negara yang sah ataupun institusi keagamaan yang diakui negara, maka Umat Buddha telah masuk dalam permainan kelompok radikal tersebut. Selain memuluskan usaha kelompok ini membiakkan teror dan rasa takut, juga melanggengkan cara-cara kekerasan yang akan dianggap oleh mereka sebagai cara yang efektif untuk membungkam korban. Sebagai Umat Buddha, saya melihat kita tidak bisa membiarkan cara demikian.

Sebagai korban, bukan saja kita harus bersuara untuk membela hak kita, namun juga "mendidik" pelaku kekerasan bahwa korban mereka tidak selalu dapat ditaklukkan dengan cara-cara kekerasan. Tunjukkan bahwa kekerasan, pemaksaan, ancaman dan mengandalkan kekuasaan bukan solusi bagi tuntutan mereka.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Indra

 [at]  Bro sobat-dharma,

mungkin anda bisa berbagi kepada kami di sini tentang apa yg telah anda lakukan sehubungan dengan kasus ini, selain memprovokasi umat Buddha di forum ini. Setelah mengetahui tentang apa yg telah anda lakukan, jika kami merasa cocok dengan apa yg telah anda lakukan, mungkin kami akan dengan senang hati meniru langkah-langkah anda

sobat-dharma

Quote from: hendrako on 10 April 2011, 11:01:14 PM
Di dalam Muslim di Indonesia sendiri sedang terjadi pergulatan hebat, umat lain harus pintar2 menjaga diri agar tidak menjadi tumbal di dalam kemelut yang cukup rumit. Jangan memancing di air keruh, jangan berkoar-koar ditengah kemelut, tapi jadilah pribadi yang tenang dan damai sebagaimana yg diungkap oleh Gus Dur (lihat link di bawah)

Mungkin tidak berhubungan langsung dengan topik, tapi agar tidak menjadi kodok dalam tempurung, silakan simak:
http://www.libforall.org/pdfs/ilusi-negara-islam.pdf



Di Jawa Timur, saya bekerja sama dengan Jaringan GusDurian yang banyak dikoordinasi oleh anak-anak Gus Dur, seperti Alissa Wahid dan Inayah beserta aktivis-aktivis dari kalangan NU GusDurian. Dari mereka saya memahami bahwa minoritas memang tidak boleh menjadi tumbal, tapi minoritas tidak hanya diam dan pasrah ketika diinjak-injak. Dalam hal ini, minoritas harus mengandalkan cara-cara damai untuk memperjuangkan hak-hak kebebasan beragama dan berkeyakinannya (baik dalam aktivitas ritual ataupun ekspresi identitas dan keyakinan) yang terancam . Minoritas akan menjadi tumbal jika menggunakan cara2 penuh kekerasan, tidak demokratis, dan mengandalkan power belaka. Namun, jika minoritas mengandalkan jalan-jalan yang tidak mengandalkan kekerasan, demokratis, dan prosedural, dengan menjalin kerjasama dengan kelompok lain yang sejenis, untuk melindungi eksistensinya, maka selalu ada jalan.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Indra

Quote from: sobat-dharma on 11 April 2011, 12:00:59 PM

Di Jawa Timur, saya bekerja sama dengan Jaringan GusDurian yang banyak dikoordinasi oleh anak-anak Gus Dur, seperti Alissa Wahid dan Inayah beserta aktivis-aktivis dari kalangan NU GusDurian. Dari mereka saya memahami bahwa minoritas memang tidak boleh menjadi tumbal, tapi minoritas tidak hanya diam dan pasrah ketika diinjak-injak. Dalam hal ini, minoritas harus mengandalkan cara-cara damai untuk memperjuangkan hak-hak kebebasan beragama dan berkeyakinannya (baik dalam aktivitas ritual ataupun ekspresi identitas dan keyakinan) yang terancam . Minoritas akan menjadi tumbal jika menggunakan cara2 penuh kekerasan, tidak demokratis, dan mengandalkan power belaka. Namun, jika minoritas mengandalkan jalan-jalan yang tidak mengandalkan kekerasan, demokratis, dan prosedural, dengan menjalin kerjasama dengan kelompok lain yang sejenis, untuk melindungi eksistensinya, maka selalu ada jalan.

jadi menurut anda, tindakan nyata apakah yg seharusnya dilakukan oleh umat Buddha sehubungan dengan kasus ini?

sobat-dharma

Quote from: Indra on 11 April 2011, 11:57:13 AM
[at]  Bro sobat-dharma,

mungkin anda bisa berbagi kepada kami di sini tentang apa yg telah anda lakukan sehubungan dengan kasus ini, selain memprovokasi umat Buddha di forum ini. Setelah mengetahui tentang apa yg telah anda lakukan, jika kami merasa cocok dengan apa yg telah anda lakukan, mungkin kami akan dengan senang hati meniru langkah-langkah anda

Karena saya ada di Surabaya, maka saya menceritakan aktivitas saya di Kota tersebut. Di Surabaya, saat ini saya banyak ikut berjuang bersama2 teman-teman Ahmadiyah menyusung rencana menghadapi SK Gubernr Jatim. Sedang dalam perdebatan apakah akan diadakan melakukan Gugatan Pra-peradilan terhadap SK tersebut. Lainnya, sedang berusaha mendekati kelompok Syiah yang sedang terancam pengusiran oleh kyai dan ulama setempat. Ini sebagian yang sedang kulakukan saat ini.

Sedangkan untuk kasus Rupang Buddha di Tanjung Balai, sedang diadvokasi oleh Aliansi Sumut Bersatu, untuk informasinya anda bisa bertanya pada  Veryanto Sitohang (HP : 08126593680). Saya sendiri, karena jauh letaknya dari Tanjung Balai, memang belum bisa bertindak banyak. Usaha saya, atas insiatif pribadi, adalah untuk mengingatkan pada Umat Buddha akan kondisi lampu merah ancaman kebebasan beagama dan berkeyakinan di negeri ini. Suatu saat bukan hanya akan menimpa kelompok seperti Ahmadiyah, Syiah atau gereja2, tapi juga dapat menimpa siapa saja tanpa kecuali. Anda boleh menganggap hal ini sebagai provokasi, tapi juga dapat melihatnya sebagai concern saya pribadi akan kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.  Terserah Anda.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: Indra on 11 April 2011, 12:05:41 PM
jadi menurut anda, tindakan nyata apakah yg seharusnya dilakukan oleh umat Buddha sehubungan dengan kasus ini?

Misalnya, salah satunya saja, kalau Umat Buddha ramai2 mengirimkan surat protes ke Menteri keagamaan ataupun presiden, mungkin mereka akan sadar bahwa kebijakan mereka tidak direstui. Apalagi misalnya, Umat Buddha mengajak umat agama minoritas lain untuk ikut menyuarakan hal yang sama.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Indra

Quote from: sobat-dharma on 11 April 2011, 12:14:30 PM
Misalnya, salah satunya saja, kalau Umat Buddha ramai2 mengirimkan surat protes ke Menteri keagamaan ataupun presiden, mungkin mereka akan sadar bahwa kebijakan mereka tidak direstui. Apalagi misalnya, Umat Buddha mengajak umat agama minoritas lain untuk ikut menyuarakan hal yang sama.

saya masih bisa menerima untuk bagian pertama, tapi untuk bagian ke dua, yaitu bagian yg memprovokasi umat lain saya pikir bukan cara yg elegan

fabian c

Sekedar urun pendapat,

Saya tak tahu apakah bila kita berhasil menggagalkan usaha umat Islam disana sekali ini, akan menjamin  mereka tak akan memprovokasi lagi untuk membuat usaha penurunan berikutnya.

Saya setuju dengan anda bahwa kebebasan beragama terancam di negara kita, tapi menempatkan simbol keagamaan yang demikian mencolok merupakan bibit laten yang dapat membuat konflik SARA setiap saat muncul kembali ke permukaan.

Yang menjadi korban nantinya adalah Chinese keturunan atau umat Buddha disana, bukan anda yang tinggal di Surabaya.

Memasang simbol agama mencolok demikian tidak membuat umatnya menjadi suci atau mendapat simpati dari umat agama lain, hanya menjadi bibit konflik yang berkepanjangan. Bila simbol keagamaan tersebut di pasang di Jakarta yang lebih pluralis dan masyarakatnya lebih pengertian, mungkin tidak akan berakibat separah itu seperti yang terbukti di salah satu vihara di Jakarta.

Ini hanya sekedar pendapat dari saya.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

sobat-dharma

Quote from: Indra on 11 April 2011, 12:19:01 PM
saya masih bisa menerima untuk bagian pertama, tapi untuk bagian ke dua, yaitu bagian yg memprovokasi umat lain saya pikir bukan cara yg elegan

Bukan memprovokasi umat lain bro... Sekarang sebenarnya sudah banyak umat minoritas lain yang juga menjadi korban. Kita hanya menggalang solidaritas antar-korban.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: fabian c on 11 April 2011, 12:33:02 PM
Sekedar urun pendapat,

Saya tak tahu apakah bila kita berhasil menggagalkan usaha umat Islam disana sekali ini, akan menjamin  mereka tak akan memprovokasi lagi untuk membuat usaha penurunan berikutnya.


Supaya berimbang: Mungkin anda perlu juga mempertimbangkan juga, sekali mereka berhasil menurunkan Buddha rupang, akan ada saja alasan lain untuk menekan. Pola demikian sudah terbukti dalam beberapa kasus, misalnya yang dialami oleh HKBP.

Bahkan sangat mungkin FPI dan ormas2 di Jakarta juga akan terinspirasi melakukan hal yang sama.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

wang ai lie

mau seribu rupang di turunin gak masalah kecuali kalau melarang kegiatan agama buddhis di larang ... lain hal lagi , itu baru menyangkut kebebasan agama, menurut saya rupang di atas vihara atau kelenteng hanya ungkapan simbolis atau identitas aja,  koreksi bila salah  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma