Bhikkhu nongkrong di kafe, pantaskah?

Started by Mokau Kaucu, 04 May 2010, 12:37:29 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

El Sol

Quote from: Khun_sang90 on 11 May 2010, 11:22:40 PM
Quote from: ciputras on 05 May 2010, 02:09:21 PM
Hallo Bro/Sis TS,

Ada sedikit yang mau saya tanyakan. Anda lihat kedua bhikkhu itu pada pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari? Kira-kira jam berapa ya? Lalu apa warna jubah dari kedua bhikkhu tersebut? Terima kasih.
Tidak masalah jam berapa, apabila buahnya(buah kopi/juice) tdk lbih besar dari kepalan tangan dan minuman itu tdk mengandung susu tdk bermasalah dgn Vinaya. Hanya saja marilah berpikir dari sudut pandang 'kepantasan' apakah pantas bagi seorang Bhikkhu duduk di cafe..? Setiap orang memiliki presepsi yg berbeda-beda, ada yg berpresepsi bahwa cafe itu berkonotasi negatif ad yg positif. Dan saya lbih setuju untuk tidak berprasangka negatif karena ad bnyak sebab yg tdk diketahui dari motif atas hal tersebut.

setuju..cuma orang kuno, berpandagan sempit dan gk gaul yg bakal meng-anggap Cafe itu tempat maksiat!!..

itu kayak men-anggap kopitiam itu tempat maksiat...

stupid aren't they?!..=_="

Khun_sang90

Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...
'Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta'......
'May AlL Beings Happy'...
'Semoga Semua Mahluk Berbahagia'....

wen78

Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AMTidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...

bukankah dari awalnya sebenarnya diri sendiri sudah mengetuk palu terhadap Bhikkhu / Bhiksu itu? sebab dikatakan Bhikkhu / Bhiksu itu sedang nongkrong.
nongkrong berarti sedang santai, jalan2, menikmati, dll
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Khun_sang90

Ya, saya mengikuti alur cerita dari Post ini. Nongkrong emang terkesan seperti itu, tetapi nongkrong itukan hanya sebuah nama yang memang berkonotasi negatif. Coba kita berpikir positif saja, jangan memperdulikan apakah Cafe itu baik / tidak baik, Nongkrong / ngopi /sekedar duduk santai / beristirahat /dan lain-lain. Berpikir positif daripada menduga-duga yang negatif dan menambah Kilesa saja...
'Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta'......
'May AlL Beings Happy'...
'Semoga Semua Mahluk Berbahagia'....

nyanadhana

Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AM
Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...

inilah bhikku kota namanya bukan bhikku pada zaman Sang Buddha dimana pergi ke satu tempat aja perlu izin Buddha dan tetua,Sang Buddha sangat menjaga image masyarakat terhadap Sangha.kalo zaman sekarang bhikku yang menjelekkan image dia sendiri.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

dipasena

awal taon 2010 sy sempat jalan2 ke malay, mampir ke genting resort, eh malah ada seorang bhikkhu (klo di liat dr jubah nya, bhikkhu mahayana) ditemani 2/3 orang wanita muda, sedang berjalan2 di mall genting resort, ga tau apa masuk ke casino yg ada disana ato ga... padahal kita tau genting resort itu tempat wisata dan casino terbesar di malay.

sebenarnya hal ini sangat tidak pantas, apalagi di temani wanita muda, apalagi diatas mall/casino ada hotel... klo udah kayak gtu, apa nya yg mau di pikir secara positif. bhikkhu yg seperti itu yg menghancurkan image dari sangha (persamuan bhikkhu mau sekte apapun, bakal kena imbasnya) sehingga gambarang bhikkhu dimasyarakat tidak lagi sebagai orang yg diagungkan karena vinaya, guru dhamma dan prilaku nya, tapi di anggap tidak beda nya dengan umat biasa...

apakah pantes bhikkhu duduk di cafe sambil minum kopi ? sy rasa tidak, bhikkhu tidak ada kepentingan yg berhubungan dengan profesi nya di cafe itu dan bhikkhu tidak mempunyai tugas untuk nongkrong sambil bergosip di cafe, tapi bhikkhu seharusnya melatih meditas, belajar dhamma dan menjalankan vinaya sambil mengajar umat tentang dhamma... bukan malah bersantai/refreshing di cafe sambil liat2 pemandangan... klo mau gtu mah ga perlu jadi bhikkhu, bisa tiep hari lagi nongkrong di cafe...

bahkan saya pernah melihat bhikkhu (sy lupa2 inget klo ga di singpore, ya di malay) yg sedang jalan2 di mall berbelanja wow... apakah pantes ? mau di nilai dari sisi positif gimana pun tetap tidak pantas... baju dan penampilan boleh bhikkhu, tapi prilaku/perbuatan tidak beda dengan umat biasa...

salam aa'tono

Mokau Kaucu

Quote from: ciputras on 05 May 2010, 02:09:21 PM
Hallo Bro/Sis TS,

Ada sedikit yang mau saya tanyakan. Anda lihat kedua bhikkhu itu pada pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari? Kira-kira jam berapa ya? Lalu apa warna jubah dari kedua bhikkhu tersebut? Terima kasih.

Saya melihat pada jam 2 - 3 siang, warna jubah ya kuning.  Mazhabnya juga saya tahu, tapi tidak perlu ditulis disini.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: Elin on 04 May 2010, 01:07:40 AM
yakin kalo org yg dilihat itu adalah bhikkhu?
bukan samanera gt??

Pasti bhikkhu, pernah lihat di TV dan dikenalkan sebagai bhikkhu kepala vihara.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: sukuhong on 04 May 2010, 05:38:49 AM
at. dgtvajra harusnya langsung tegur  ! Bhante emank di vihara tidak enak duduk sampai harus duduk di cafe ! =))
kalau tidak berani tegur. ya udah biarin aja. ^-^

kam sia
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: andry on 04 May 2010, 08:29:00 AM
ekeke, gini nih umat kita tuh....

mungkin yg anda lihat sedang minum kopi.

TAPI

Siapa tahu??

Dia sedang membutuhkan caffein << mungkin sakit apa gitu, yg butuh kopi sbg obat nya.
Dia sedang ber-vipasana dengan kopi nya.

Oke lah kita tidak boleh berprasangka buruk, dan kan asyik juga ya, kalau bhikkhu bervipassana di cafe, tentu umatnya ber meditasi di disko/night club. Itung itung melatih diri melawan godaan Mara.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: Elin on 05 May 2010, 10:50:52 AM
TS nya uda menghilang tuh, gak nongol lagi..
posting iseng2 aja kali....   cari sensasi   ;D

Hehe...he. Abdi teh keluar kota neng Elin. Kalo cari sensasi ndak di Dhammacitta, banyak website lain yg penuh sensasi.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: sumedha on 05 May 2010, 11:46:38 AM
setau saya, vinaya memang mengatur jenis minuman yg tidak boleh diminum oleh bhikkhu tetapi tidak ada larangan sehubungan dengan lokasi di mana seorang bhikkhu boleh/tidak boleh minum.

Hmm. bagaimana kalau minum air teh di Buddha Bar, atau minum air putih di night club? 
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: upasaka on 05 May 2010, 12:48:41 PM
Bhikkhu sering mendapat undangan makan dari para umat. Aktivitas berdana makanan ini sudah sering dilakukan di zaman Sang Buddha. Di zaman Sang Buddha, para umat biasanya mengundang bhikkhu untuk makan di rumahnya. Sebab para umat (perumah-tangga) biasa mengolah makanan di rumahnya, dan tentu saja kedai makan maupun resto-kafe belum ada pada masa itu.

Saat ini, makanan bisa disuguhkan tidak hanya di rumah saja. Industri kuliner sudah merebak yang ditandai dengan berdirinya restoran, kafe, rumah makan, dan sebagainya di berbagai sudut kota dan daerah lainnya. Apakah salah bila seorang bhikkhu / anggota Sangha menerima undangan makan oleh para umat di tempat makan umum seperti itu? Dalam konteks ini, baik rumah maupun tempat makan umum adalah sama, yakni merupakan tempat untuk melayani bhikkhu dengan jamuan makanan. Namun sebaiknya juga dilihat per kasus. Bila bhikkhu mendapat undangan makan di tempat makan yang kurang kondusif (misalnya duduk di dalam ruangan bersama wanita; ada pertunjukkan tari-tarian, musik, maupun performance lain yang kurang pantas; menyuguhkan minuman beralkohol; dicurigai menyediakan makanan yang tidak sesuai dengan "daging murni"; dsb.), sebaiknya bhikkhu tersebut tidak menerima undangan makan dari para umat itu.

Yang saya lihat, bhikkhu tersebut tidak bersantap siang, karena tidak ada makanan di meja, hanya ada beberapa cangkir entah isinya kopi, atau teh atau air putih.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 12:01:46 PM
Ya, saya mengikuti alur cerita dari Post ini. Nongkrong emang terkesan seperti itu, tetapi nongkrong itukan hanya sebuah nama yang memang berkonotasi negatif. Coba kita berpikir positif saja, jangan memperdulikan apakah Cafe itu baik / tidak baik, Nongkrong / ngopi /sekedar duduk santai / beristirahat /dan lain-lain. Berpikir positif daripada menduga-duga yang negatif dan menambah Kilesa saja...

OK deh, supaya tidak berkonotasi negatif, saya ganti kata "nongkrong" dengan kata yang lebih modern "hang out" , duduk duduk di cafe sambil ngopi, ngobrol dan ketawa ketiwi. Pertanyaan nya masih sama, pantaskah itu dilakukan oleh seorang yang bhikkhu?
~Life is suffering, why should we make it more?~

Mokau Kaucu

Quote from: nyanadhana on 12 May 2010, 08:37:23 PM
Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AM
Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...

inilah bhikku kota namanya bukan bhikku pada zaman Sang Buddha dimana pergi ke satu tempat aja perlu izin Buddha dan tetua,Sang Buddha sangat menjaga image masyarakat terhadap Sangha.kalo zaman sekarang bhikku yang menjelekkan image dia sendiri.

Bro Nyanadhana, ingin tanya nih , apakah peraturan untuk bhikkhu kota zaman sekarang dengan bhikkhu zaman Sang Buddha dulu masih sama, atau sudah berubah? Kalau masih sama, tentunya bhikkhu tetap wajib memelihara image Sangha bukan? Mohon pencerahannya . terima kasih.
~Life is suffering, why should we make it more?~