Sudah siapkah anda menghadapi kematian?

Started by Peacemind, 17 April 2010, 12:37:10 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

yudiboy

saya takut mati...makanya berobat sana sini...
kalau mau mati,nanti saja..tunggu tugas saya sudah selesai semua....orang tua,istri anak,keluarga...ikatan yg luar biasa....
jadi saya menimbun kebajikan salah satunya buat umur panjang...wkkwkw
semoga umur saya panjang....
saya bertekad mau menjadi orang baik....tidak selingkuh...menopang orang tua...menjadi ayah yang baik...dan bermanfaat bagi orang banyak

Wolvie

bukan kematian yang kutakutkan tetapi caranya

Peacemind

Quote from: El Sol on 17 April 2010, 04:26:23 PM
QuoteJustru dengan sepenuhnya sadar dengan fakta kematian, di sana akan tercipta self-urgency (samvega) atau perasaan yang mendorong seseorang untuk praktik Dhamma. Kesadaran terhadap kematian yang bisa datang setiap-saat juga membantu seseorang untuk menyadari pentingnya pengembangan kesadaran terhadap present moment. Sebaliknya seseorang yang merasa hidupnya masih lama terkadang akan menjadi lebih lengah, dan tidak peduli dengan praktik Dhamma, dengan praktik kesadaran present moment.

yeah, tapi dengan merenungkan itu tiap ari...bisa2 jadi stress dan pessimistic, no?..;D

why don't we live life...seapa adanya...

sesuai dengan Dhamma, tapi versi positif...

melihat kematian sebagai sesuatu yg natural...sebuah siklus kehidupan..:D

dan gk usah dipikirin...:D

bukankah itu lebih baik dalam melaksanakan Buddha Dhamma?...

:D

Dalam hal ini, ada dua macam orang. Orang pertama akan menjadi pesimis dan stress ketika mendengar tentang kematian. Sang Buddha juga pernah mengatakan bahwa ketika beliau berbicara mengenai kehidupan yang sangat singkat, banyak dewa yang dulunya berpikir bahwa kehidupannya kekal menjadi takut dan gemetar. Orang kedua justru akan menjadi lebih tenang dan damai ketika merenungkan fakta kehidupan ini. Ia akan menjadi lebih giat dalam mempraktikkan Dhamma karena ia tahu bahwa kematian akan menjemputnya setiap saat. Dalam Bhaddekarattasutta dari Majjhimanikaya, ada kumpulan beberapa syair yang disebut sebagai uddesa. Uddesa ini sangat dipuji Sang Buddha. Uddesa ini berisi tentang pentingnya praktik Dhamma dalam hal ini Vipassana. Dalam praktik ini, seseorang dianjurkan untuk merenungkan bahwa, 'hari ini hendaknya semangat (berpraktik) harus dikobarkan karena siapa tahu besok kematian akan menjemputnya - Ajjeva kiccamātappaṃ , ko jaññā maraṇaṃ suve'. Sebenarnya ada banyak sutta yang berbicara tentang perenungan tentang kematian tapi di depan hanya salah satu contohnya. Dan perlu diingat pula bahwa karena pentingnya perenungan terhadap fakta kematian, meditasi perenungan tentang kematian (marananussati) juga sangat dianjurkan di sini dan mereka yang berhasil bisa mencapai upacarasamādhi pula. Ini menunjukkn bahwa perenungan kematian yang diarahkan secara baik bersifat refreshing, dan tidak menjadikan seseorang pesimis.

Be happy.

Crescent

bila dengan beban hidup yg dipikirkan, saya sudah siap dengan kematian dan tidak takut dengan kematian, karena semua bebanku akan hilang...... tapi bila dilihat dari dosa dan kebaikan, aku blom siap...............

dhammadinna

Quote from: Peacemind on 18 April 2010, 10:08:29 AM
Dalam Bhaddekarattasutta dari Majjhimanikaya, ada kumpulan beberapa syair yang disebut sebagai uddesa. Uddesa ini sangat dipuji Sang Buddha. Uddesa ini berisi tentang pentingnya praktik Dhamma dalam hal ini Vipassana. Dalam praktik ini, seseorang dianjurkan untuk merenungkan bahwa, 'hari ini hendaknya semangat (berpraktik) harus dikobarkan karena siapa tahu besok kematian akan menjemputnya - Ajjeva kiccamātappaṃ , ko jaññā maraṇaṃ suve'.

Samenera, yang ini bukan ya?

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.138.than.html

Peacemind

Quote from: Mayvise on 18 April 2010, 10:37:37 AM
Quote from: Peacemind on 18 April 2010, 10:08:29 AM
Dalam Bhaddekarattasutta dari Majjhimanikaya, ada kumpulan beberapa syair yang disebut sebagai uddesa. Uddesa ini sangat dipuji Sang Buddha. Uddesa ini berisi tentang pentingnya praktik Dhamma dalam hal ini Vipassana. Dalam praktik ini, seseorang dianjurkan untuk merenungkan bahwa, 'hari ini hendaknya semangat (berpraktik) harus dikobarkan karena siapa tahu besok kematian akan menjemputnya - Ajjeva kiccamātappaṃ , ko jaññā maraṇaṃ suve'.

Samenera, yang ini bukan ya?

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.138.than.html

Bukan yang itu. Tapi yang ini, http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.131.than.html

BE happy.

Sumedho

masih sesuai topik, boleh juga baca AN 4.184 Abhaya Sutta: Fearless
There is no place like 127.0.0.1

Peacemind

Quote from: pannadevi on 17 April 2010, 04:22:47 PM
pls accept my deepest respect to u rev.
may u always be happy n well,

ini topic yg menarik sekali bagi saya, karena disaat kita berpikir kematian maka terasa sekali kita semakin jauh dari sempurna,

Beginilah kehidupan makhluk hidup, sangat rapuh seperti periuk yang setiap saat akan hancur.

Quote
seakan diri kita ini kecil sekali, belum sempat banyak berbuat kebajikan, serasa malah semakin malu sendiri, ingin sekali waktu sehari tidak hanya 24 jam, hanya utk memiliki waktu yg lebih banyak utk berbuat kebajikan sebanyak2nya (sorry, tidak ada maksud narsis, ini benar2 serius dan keluar dari dalam hati yg sejujurnya), walau mungkin ada yg tertawa membaca ini, tapi setidaknya saya ingin menanggapi tulisan ini yg sy rasa terbuka bagi siapa saja utk menanggapi.

Mengapa harus terpengaruh oleh waktu ketika berbuat kebajikan? Kebajikan bisa dilakukan kapan saja, setiap saat, setiap waktu dalam kondisi apapun. Selama kita masih memiliki batin dan jasmani ini, selama itu pula kita masih bisa melakukan hal2 yang positif. Kebajikan bukan hanya dilakukan melalui badan jasmani maupun ucapan, dan juga tidak harus dilakukan ketika ada materi. Jika kita tidak bisa melakukan hal2 yang positif melalui jasmani dan ucapan dan juga melalui materi, saat ini sekarang, kita bisa melihat batin dan jasmani kita. Kita menyadari mereka tanpa reaksi, melihat mereka apa adanya. Kita periksa apakah masih ada kemelekatan ataukah tidak, apakah batin kita masih dipengaruhi oleh perasaan yang menyenangkan ataukah tidak. Jika kita melatih diri demikian, kita tidak lagi terpengaruh oleh waktu, jam, hari, minggu atau bulan karena kebajikan / latihan hal2 yang positif sudah tersedia setiap saat setiap waktu dalam kondisi apapun.

Quote
pikiran seperti ini telah menghantui saya mungkin lebih dari 20 thn yang lalu, dikala saya benar2 ingin mati, tetapi tidak mudah jalan menuju kesana, apalagi yg happy ending, tidak sesederhana itu, tidak seenteng itu,  tidak sesimple itu, sungguh berat dan teramat berat utk menyiapkan segalanya, bahwa kematian kita setidaknya happy ending, bahwa kematian kita setidaknya seindah mungkin, maka saya berpikir hanya jalan dhammalah yg akan dapat mengantarkan saya menuju indahnya kematian.semoga.

may all beings be happy

mettacittena,

Jika samaneri tahu bahwa Dhamma hanya merupakan jalan untuk menuju indahnya kematian, seharusnya samaneri tidak usah dihantui oleh masa lalu. Memang Dhamma hanya satu2nya jalan untuk memperoleh kematian yang indah. Contoh, dikatakan bahwa ketika seseorang suka mempraktikkan meditasi keluar masuknya nafas, ia akan sadar nafas terakhirnya ketika meninggal. Artinya, ia akan mati dengan pikiran sadar dan tidak bingung. COntoh lain, ketika seseorang suka mempraktikkan meditasi cinta-kasih, dikatakan salah satu manfaatnya adalah ia akan mati dengan pikiran tidak bingung. Berbasis pada pentingnya kebajikan, Sang Buddha menasehati para muridnya dalam kaitannya dengan kematian sebagai berikut:

"Kusalaṃ katabbaṃ, brahmacariyaṃ caritabbaṃ, natthi jāti amaranaṃ - Lakukan kebajikan, praktikkan kehidupan suci, karena apa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian".

Be happy.

pannadevi

#23
pls accept my deepest respect to u Rev.
Anumodana  for ur kindly responded. _/\_
penjelasan yg sangat baik. thank u so much. Kebajikan bukan hanya dilakukan melalui badan jasmani maupun ucapan, dan juga tidak harus dilakukan ketika ada materi. Jika kita tidak bisa melakukan hal2 yang positif melalui jasmani dan ucapan dan juga melalui materi, saat ini sekarang, kita bisa melihat batin dan jasmani kita. Kita menyadari mereka tanpa reaksi, melihat mereka apa adanya. Kita periksa apakah masih ada kemelekatan ataukah tidak, apakah batin kita masih dipengaruhi oleh perasaan yang menyenangkan ataukah tidak. Jika kita melatih diri demikian, kita tidak lagi terpengaruh oleh waktu, jam, hari, minggu atau bulan karena kebajikan / latihan hal2 yang positif sudah tersedia setiap saat setiap waktu dalam kondisi apapun.


tidak sy quote semua krn terlalu panjang kasihan yg baca.
untuk tulisan sy "pikiran seperti ini telah menghantui saya mungkin lebih dari 20 thn yang lalu" maksud sy bukan dihantui, spt kita ketakutan dg bayang2 kematian,mungkin sy kurang pas menggunakan kata2nya tetapi maksud sy hal ini terngiang terus di dlm pikiran tentang bhw sy bisa mati esok hari, apakah sy sdh cukup baik hari ini? wkt 20 thn yg lalu itu adl keinginan ingin mati, jadi bukan ketakutan dihantui kematian. dan saat ini adl persiapan menghadapi kematian, setiap saat sy bisa mati dan sy tidak takut, dg cara apapun, namun seandainya klo boleh memilih tidak ingin kematian sy merepotkan banyak orang dan memerlukan banyak biaya RS krn sy tdk memiliki apa2, hanya jubah saja...hehehe

"Kusalaṃ katabbaṃ, brahmacariyaṃ caritabbaṃ, natthi jāti amaranaṃ - Lakukan kebajikan, praktikkan kehidupan suci, karena apa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian".

mohon info ini Dhp atau sutta, apabila sutta mohon info nama suttanya Rev. (Thx b4)

may all beings be happy

mettacittena,



Peacemind

Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 04:37:42 PM
pls accept my deepest respect to u Rev.
untuk tulisan sy "pikiran seperti ini telah menghantui saya mungkin lebih dari 20 thn yang lalu" maksud sy bukan dihantui, spt kita ketakutan dg bayang2 kematian,mungkin sy kurang pas menggunakan kata2nya tetapi maksud sy hal ini terngiang terus di dlm pikiran tentang bhw sy bisa mati esok hari, apakah sy sdh cukup baik hari ini? wkt 20 thn yg lalu itu adl keinginan ingin mati, jadi bukan ketakutan dihantui kematian. dan saat ini adl persiapan menghadapi kematian, setiap saat sy bisa mati dan sy tidak takut, dg cara apapun, namun seandainya klo boleh memilih tidak ingin kematian sy merepotkan banyak orang dan memerlukan banyak biaya RS krn sy tdk memiliki apa2, hanya jubah saja...hehehe

Jika samaneri merasa lebih bersemangat untuk praktik Dhamma atau praktik kebajikan ketika menyadari kematian, itu merupakan hal yang positif. Sebagai tambahan, perlu ditekankan di sini bahwa agama Buddha berbasis kepada kebijaksanaan. Karena kebijaksanaan ini, seseorang yang mempraktikkan Dhamma akan terus berada pada Jalan Tengah. Ia tidak akan terjatuh ke dalam kondisi ekstrim. Kaitannya dengan kesadaran kematian, jika seseorang justru merasa stress, takut, atau pesimis ketika menyadari kematian, ia telah jatuh ke dalam kondisi dan pandangan ekstrim. Demikian pula jika seseorang tidak mau peduli terhadap fakta kematian, ia pun telah masuk kepada pandangan ekstrim. Oleh karena itu, kebijaksanaan dibutuhkan dalam menerima dan menganalisa kesadaran akan fakta kematian. Secara bijaksana seseorang sadar dan menerima fakta kematian yang akan datang setiap saat padanya. Secara sadar ia menerima fakta ini sebagai fenomena alam yang sangat alamiah, dan karenanya ia akan menerimanya tanpa harus takut, pesimis atau stress. Namun meskipun ini merupakan fenomena alam yang sangat alamiah, bukan berarti seseorang tidak peduli terhadap fakta ini. Secara bijaksana pula, ia menggunakan fakta alam ini sebagai pendorong dirinya untuk melakukan kebajikan, untuk mengembangkan batinnya sehingga ia tidak akan terus bertumimbal lahir di alam penderitaan ini.

Quote
"Kusalaṃ katabbaṃ, brahmacariyaṃ caritabbaṃ, natthi jāti amaranaṃ - Lakukan kebajikan, praktikkan kehidupan suci, karena apa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian".

mohon info ini Dhp atau sutta, apabila sutta mohon info nama suttanya Rev. (Thx b4)


Ada di Paṭhama-ayusutta, Sagathavagga dari Samyuttanikāya.

Be happy.

wiithink

kalo aku di tanya, udah siap ato belum, aku pasti jawab siap..

soalnya, setiap manusia pasti mati, tak bisa kita elak. mau ndak mau, harus siap

makanya, sekarang ini, gw selalu melakukan hal hal yang gw mau. misalnya, rajin ngunjungin temen lah, rajin tersenyum (karena gw denger2, orang yang rajin tersenyum, bisa melakukan kamma baik), dan lain lain..

kullatiro

hihi oot dikit yah main city of eternal di facebook saja biar rasain hidup sesudah mati jadi vampir gitu.

andry

belum, karena saia tau, deposit saia belum cukup.
Samma Vayama

Mr.Jhonz

#28
 [at] semua member
Katakanlah karena kalian(om2&tante2,samanera dan samaneri) berhasil mengumpulkan kebajikan yg banyak pada kehidupan ini,
Kalo bisa memilih terlahir dialam yg kalian inginkan..
Kalian(om2,tante2,samanera dan samaneri) milih terlahir dimana??
*alam bahagia?
*alam manusia(umat buddha lagi)?

Nb,*dilarang memberikan jawaban nge-junk ya.. :ngomel:

*edit,reason; untuk kepuasan pelangan
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

pannadevi

#29
Deva aja musti jadi manusia dlu utk mencapai Arahat, paccekabuddha, ato bahkan sammasambuddha. jadi klo kebajikan kita cukup sy ingin terlahir lagi dialam zaman Buddha mendatang krn ga mungkin mundur di jaman Buddha Gautama, dan bisa menjadi muridnya dan mencapai arahat (jika kebajikan cukup).