Bagaimana Dapat Bersatu Lagi di Kehidupan Mendatang?

Started by No Pain No Gain, 08 April 2010, 11:17:34 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

No Pain No Gain

Bagaimana Dapat Bersatu Lagi di Kehidupan Mendatang?

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa(3X)

Dhammacārī sukhaṁ seti, asmiṁ loke paramhi ca'ti

Barang siapa yang hidup sesuai dengan Dhamma, maka akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

(Dhammapada 169)
Segala sesuatu yang kita perjuangkan di dunia ini, yang kita kerjakan dan yang kita lakukan, bila sudah memberikan hasil, maka dari hasil itu pula jika bisa dinikmati dengan sepenuhnya, akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Hampir semua orang bila apa yang dikerjakan, apa yang diperjuangkan dan apa yang dilakukan bila sudah mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan kesuksesan, maka diharapkan terus-menerus berjalan/ berlanjut. Benarkah demikian? Coba saja kita perhatikan ketika kita memulai membuka sebuah usaha misal usaha berdagang/berjualan apa saja, bila sudah berhasil/ sukses pasti menginginkan di waktu berikutnya demikian. Demikian juga terhadap bidang lainnya. Tidak itu saja sampai kehidupan rumah tangga suami-istri pun bila merasa cocok, serasi, sepadan, seucap dan sekata, maka diharapkan sampai usia tua tetap selalu berkumpul berdua.

Jadi, segala sesuatu yang kita nikmati atau yang kita miliki ingin selalu bersama kita seperti halnya anak-anak dan orangtua (suami-istri) selalu hidup bersama. Sebagian orang yang belum mengerti Dhamma banyak yang berpikir dan mereka mengharapkan bagaimana agar kehidupan suami-istri itu bisa berlanjut di kemudian hari/sesudah kita meninggal nanti. Hal ini sesungguhnya tidak asing lagi jika kita mengerti Dhamma bahwa dalam ajaran Sang Buddha kita tidak saja bisa ketemu/berjodoh dalam kehidupan sekarang, tetapi juga pada kehidupan yang akan datang setelah kita meninggal (pada kelahiran yang baru). Sebagai contohnya adalah Guru Agung kita Sang Buddha, dikisahkan bahwa sebanyak 500 kali kelahiran selalu hidup berpasangan dengan istrinya yang dalam kehidupan sekarang; yaitu Yasodhara.

Inginkah bapak/ibu bersatu kembali dalam kehidupan yang akan datang dengan pasangan bapak/ibu? Kalau ingin, ikutilah kisah berikut:

"Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di antara penduduk Bhagga, dekat Sungsumaragiri, di taman Rusa di Hutan Bhesakala. Suatu pagi Sang Buddha berpakaian, mengambil jubah atas dan mangkuk-Nya, lalu pergi ke tempat tinggal perumah tangga Nakulapita. Setelah tiba di sana, Beliau duduk di tempat yang telah disediakan. Perumah tangga Nakulapita dan istrinya, Nakulamata mendekati Sang Buddha. Setelah memberi hormat, mereka duduk di satu sisi. Kemudian, perumah tangga Nakulapita berkata kepada Sang Buddha, "Yang Mulia, sejak istri saya, Nakulamata yang masih muda, di bawa ke rumah saya yang pada waktu itu juga masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga."

Kemudian Nakulamata sang istri itu berkata kepada Sang Buddha, "Yang Mulia, sejak saya yang pada waktu itu masih muda dibawa ke rumah suamiku Nakulapita yang masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia secara sadar sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga."

Kemudian Sang Buddha berkata demikian, "Perumah tangga, jika suami dan istri ingin tidak terpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan yang akan datang juga, harus memiliki keyakinan yang sama, moralitas yang sama, kedermawanan yang sama, kebijaksanaan yang sama, dengan demikian mereka tidak akan berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.

Bila keduanya memiliki keyakinan dan kedermawanan,

Memiliki pengendalian diri, Menjalani kehidupan yang benar,

Mereka datang bersama sebagai suami dan istri,

Penuh cinta kasih satu sama lain.

Banyak berkah datang kepada mereka,

Mereka hidup bersama di dalam kebahagiaan,

Musuh-musuh mereka dibiarkan merana,

Bila keduanya setara moralitasnya.

Setelah hidup sesuai Dhamma di dunia ini,

Setara dalam moralitas dan ketaatan,

Mereka bersuka cita di alam dewa setelah kematian,

Menikmati kebahagiaan yang melimpah."

(Aṅguttara Nikāya V, 55)

Sedangkan syarat lainnya Sang Buddha juga menjelaskan di dalam Sigalovāda Sutta, ada lima kewajiban suami dan istri sebagai pedoman kehidupan rumah tangga yang baik. Dengan lima cara seorang istri diperlakukan dengan baik oleh suaminya, yaitu: perhatian, ramah-tamah, setia, menyerahkan kekuasaan tertentu kepadanya, dan memberikan barang-barang perhiasan kepadanya.

Demikian juga seorang istri memperlakukan suaminya dengan lima cara, yaitu: melakukan kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya, berlaku ramah-tamah kepada sanak keluarga dari kedua belah pihak, setia, menjaga barang-barang yang ia bawa, serta pandai dan rajin mengurus segala pekerjaan rumah tangga.

(Sigalovāda Sutta, Dīgha Nikāya)

Demikianlah hal-hal yang harus dilakukan agar pada kelahiran mendatang anda dapat bertemu kembali sebagai pasangan suami istri yang cocok.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā

thx to: singthung
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Edward

Di jaman modern seperti sekarang ini, terkadang istri juga bekerja di luar, dan pembagian tugas rumah tangga dibagikan sama rata. Koq rasanya bertentangan dengan kutipan d atas yah?
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

andry

Samma Vayama

Edward

dikatakan yashodara n sidharta itu pasangan suami istri yang selalu bersama melewati beribu-ribu kehidupan sampai akhirnya sidharta mencapai penerangan sempurna lho...

mungkin maksudnya bersama2 melatih diri untuk mencapai kesucian kali...
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

dhammadinna

Quote from: Doggie on 08 April 2010, 11:17:34 PM

....
Setelah memberi hormat, mereka duduk di satu sisi. Kemudian, perumah tangga Nakulapita berkata kepada Sang Buddha, "Yang Mulia, sejak istri saya, Nakulamata yang masih muda, di bawa ke rumah saya yang pada waktu itu juga masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga."

...

Sepertinya bukan melayani. Ini ada versi lainnya:

Perumah tangga Nakulapita dan isterinya Nakulamata mendatangi Sang Buddha; setelah bersimpuh, Nakulapita berkata: "Guru, sejak isteri saya dibawa ke rumah pada saya, ketika itu saya masih seorang anak perjaka, dia masih seorang anak gadis, saya tidak pernah secara sadar menyakitinya baik rohaniah, apalagi jasmaniah. Guru, kami bertekad untuk saling menyayangi, tidak saja pada kehidupan ini, namun juga pada kehidupan mendatang."

Nakulamata kemudian berkata: "Guru, sejak saya dibawa kerumah suamiku, ketika itu saya masih seorang anak gadis, dia masih seorang anak perjaka, saya tidak pernah secara sadar menyakitinya baik rohaniah, apalagi jasmaniah. Guru, kami bertekad untuk saling menyayangi, tidak saja pada kehidupan ini, namun juga pada kehidupan mendatang."

sumber: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=72&multi=T&hal=0

dhammadinna

Quote from: No Pain No Gain on 08 April 2010, 11:17:34 PM
......
Kemudian Sang Buddha berkata demikian, "Perumah tangga, jika suami dan istri ingin tidak terpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan yang akan datang juga, harus memiliki keyakinan yang sama, moralitas yang sama, kedermawanan yang sama, kebijaksanaan yang sama, dengan demikian mereka tidak akan berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.
......

Berarti memiliki "saddha, sila, dana, panna" yang sama. Lalu Yasodhara mempunyai panna yang sama dengan Siddhatta? Kok Siddhatta akhirnya menjadi Sammasambuddha, beda banget sama Yasodhara?

Indra

Quote from: Mayvise on 04 June 2010, 03:26:26 PM
Quote from: No Pain No Gain on 08 April 2010, 11:17:34 PM
......
Kemudian Sang Buddha berkata demikian, "Perumah tangga, jika suami dan istri ingin tidak terpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan yang akan datang juga, harus memiliki keyakinan yang sama, moralitas yang sama, kedermawanan yang sama, kebijaksanaan yang sama, dengan demikian mereka tidak akan berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.
......

Berarti memiliki "saddha, sila, dana, panna" yang sama. Lalu Yasodhara mempunyai panna yang sama dengan Siddhatta? Kok Siddhatta akhirnya menjadi Sammasambuddha, beda banget sama Yasodhara?

beda adhithana