News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Komik Ehipassiko

Started by fabian c, 28 March 2010, 10:33:21 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

Teman-teman sekalian saya minta pendapatnya ya?
Entah mengapa bila saya melihat komik-komik Bodhi (ehipassiko) kayaknya nggak sreg rasanya, ada beberapa alasan yang menyebabkan begitu, diantaranya,

Kesatu:
Bentuk kepala Sang Buddha sama seperti bentuk kepala manusia biasa. Menurut penerbit supaya nampak membumi, menurut saya ini penyimpangan karena tak sesuai dengan penggambaran dalam Cakkavatti Sihanada sutta. Dalam Cakkavatti Sihanada sutta dikatakan bahwa kepala Cakkavatti/Buddha seperti memakai turban (unhissa). Jadi tidak seperti manusia biasa.

Sekedar bahan perenungan: Ketika Sang Buddha ditanya dalam perjalanan, karena penampilanNya yang agung mereka bertanya "apakah anda Dewa? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda Brahma? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda manusia? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda peta? Bukan jawab Sang Buddha", "Jadi siapakah anda? Saya adalah Buddha, jawab Sang Buddha"

Buddha adalah Buddha jangan disamakan dengan manusia, bila ciri Buddha adalah demikian biarkanlah tetap demikian, mengubah ciri tersebut saya anggap penyimpangan.

Kedua:
Buddha adalah sosok yang kita puja yang kita hormati, jangan dijadikan objek lucu-lucuan, penggambaran Buddha yang nampak "cute" adalah bentuk  komersialisasi figur Buddha dengan pembenaran supaya mem"bumi".

Minta pendapat teman-teman sekalian.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Mr.Jhonz

Pandangan om serupa dgn pandangan om mercedes..;D

Artinya pembuatan kaos dgn karikatur murid2 buddha yg imut kurang tepat dunk??
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

fabian c

#2
Quote from: Mr.Jhonz on 28 March 2010, 10:58:16 AM
Pandangan om serupa dgn pandangan om mercedes..;D

Artinya pembuatan kaos dgn karikatur murid2 buddha yg imut kurang tepat dunk??

Bro Jhonz yang baik, Saya berlindung pada Sangha selain pada Buddha dan Dhamma, apakah baik membuat mereka yang menjadi tempat perlindungan kita sebagai bahan lucu-lucuan? Kecuali pangeran Siddhattha, saya rasa masih boleh dijadikan karikatur, karena pangeran Siddhattha belum menjadi Buddha.

Walau umat kr****n sendiri sangat menghormati , rasanya saya tak pernah lihat komik yang menggambarkan mr.J dewasa digambarkan seperti itu. Apalagi kita umat Buddha terhadap Guru para dewa dan manusia. Mahluk tertinggi yang mengajarkan kita jalan pembebasan.

Saya merasa penggambaran seperti itu terasa mengolok-olok.

Agama kita sering diolok-olok oleh umat agama lain dan kita tak berdaya memprotes, mengapa ditambahkan oleh olok-olok dari umat kita sendiri?

Jika bukan umat kita sendiri yang menghormati Junjungannya, apakah umat agama lain yang akan menghormati?

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Riky_dave

Quote from: fabian c on 28 March 2010, 10:33:21 AM
Teman-teman sekalian saya minta pendapatnya ya?
Entah mengapa bila saya melihat komik-komik Bodhi (ehipassiko) kayaknya nggak sreg rasanya, ada beberapa alasan yang menyebabkan begitu, diantaranya,

Kesatu:
Bentuk kepala Sang Buddha sama seperti bentuk kepala manusia biasa. Menurut penerbit supaya nampak membumi, menurut saya ini penyimpangan karena tak sesuai dengan penggambaran dalam Cakkavatti Sihanada sutta. Dalam Cakkavatti Sihanada sutta dikatakan bahwa kepala Cakkavatti/Buddha seperti memakai turban (unhissa). Jadi tidak seperti manusia biasa.

Sekedar bahan perenungan: Ketika Sang Buddha ditanya dalam perjalanan, karena penampilanNya yang agung mereka bertanya "apakah anda Dewa? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda Brahma? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda manusia? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda peta? Bukan jawab Sang Buddha", "Jadi siapakah anda? Saya adalah Buddha, jawab Sang Buddha"

Buddha adalah Buddha jangan disamakan dengan manusia, bila ciri Buddha adalah demikian biarkanlah tetap demikian, mengubah ciri tersebut saya anggap penyimpangan.

Kedua:
Buddha adalah sosok yang kita puja yang kita hormati, jangan dijadikan objek lucu-lucuan, penggambaran Buddha yang nampak "cute" adalah bentuk  komersialisasi figur Buddha dengan pembenaran supaya mem"bumi".

Minta pendapat teman-teman sekalian.

Setuju Bro Fabian..sangat setuju dengan anda..tetapi sayang,kita tidak bisa berbuat banyak,karena ini juga tarik ulur kepentingan...saya lihat[menurut asumsi saya],Handaka sedang berusaha untuk membuat "sistem marketing" didalam Ajaran Buddha..mungkin ini adalah salah 1 ciri dalam 16 Ramalan Buddha Gotama? :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Riky_dave

Quote from: fabian c on 28 March 2010, 11:49:04 AM
Quote from: Mr.Jhonz on 28 March 2010, 10:58:16 AM
Pandangan om serupa dgn pandangan om mercedes..;D

Artinya pembuatan kaos dgn karikatur murid2 buddha yg imut kurang tepat dunk??

Bro Jhonz yang baik, Saya berlindung pada Sangha selain pada Buddha dan Dhamma, apakah baik membuat mereka yang menjadi tempat perlindungan kita sebagai bahan lucu-lucuan? Kecuali pangeran Siddhattha, saya rasa masih boleh dijadikan karikatur, karena pangeran Siddhattha belum menjadi Buddha.

Walau umat kr****n sendiri sangat menghormati , rasanya saya tak pernah lihat komik yang menggambarkan mr.J dewasa digambarkan seperti itu. Apalagi kita umat Buddha terhadap Guru para dewa dan manusia. Mahluk tertinggi yang mengajarkan kita jalan pembebasan.

Saya merasa penggambaran seperti itu terasa mengolok-olok.

Agama kita sering diolok-olok oleh umat agama lain dan kita tak berdaya memprotes, mengapa ditambahkan oleh olok-olok dari umat kita sendiri?

Jika bukan umat kita sendiri yang menghormati Junjungannya, apakah umat agama lain yang akan menghormati?

_/\_

Bro fabian,kira2 apa pendapat anda sendiri terhadap kasus ini?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

fabian c

#5
Quote from: Riky_dave on 28 March 2010, 11:57:27 AM
Quote from: fabian c on 28 March 2010, 11:49:04 AM
Quote from: Mr.Jhonz on 28 March 2010, 10:58:16 AM
Pandangan om serupa dgn pandangan om mercedes..;D

Artinya pembuatan kaos dgn karikatur murid2 buddha yg imut kurang tepat dunk??

Bro Jhonz yang baik, Saya berlindung pada Sangha selain pada Buddha dan Dhamma, apakah baik membuat mereka yang menjadi tempat perlindungan kita sebagai bahan lucu-lucuan? Kecuali pangeran Siddhattha, saya rasa masih boleh dijadikan karikatur, karena pangeran Siddhattha belum menjadi Buddha.

Walau umat kr****n sendiri sangat menghormati , rasanya saya tak pernah lihat komik yang menggambarkan mr.J dewasa digambarkan seperti itu. Apalagi kita umat Buddha terhadap Guru para dewa dan manusia. Mahluk tertinggi yang mengajarkan kita jalan pembebasan.

Saya merasa penggambaran seperti itu terasa mengolok-olok.

Agama kita sering diolok-olok oleh umat agama lain dan kita tak berdaya memprotes, mengapa ditambahkan oleh olok-olok dari umat kita sendiri?

Jika bukan umat kita sendiri yang menghormati Junjungannya, apakah umat agama lain yang akan menghormati?

_/\_

Bro fabian,kira2 apa pendapat anda sendiri terhadap kasus ini?

Wah saya tak bisa melihat hati orang bro Riky yang baik, walau secara langsung saya juga melihat itu sebagai strategi marketing yang mengorbankan keagungan Buddha. mudah-mudahan penerbit Ehipassiko melihat thread ini dan mengubah penerbitan selanjutnya. Saya juga mengharapkan komentar teman-teman sekalian.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Riky_dave

walau kadang saya memang juga tidak begitu sreg dengan penerbitan dari Ehipassiko,dan gaya bahasanya itu,tetapi dari buku pertama sampai keenam[saya mempunyai buku tersebut,walau dipinjami sama orang lain,hehe],saya melihat perubahan gaya bahasa yang semakin bagus.. :)

dan manfaatnya juga bagus,karena komik2 tersebut saya pinjamkan kepada teman2 saya yang lainnya,kemudian perlahan saya pinjamkan mereka dhammapada ,mengajak mereka ke vihara,meditasi..dan hasilnya memuaskan.. :)

kata orang,"kalau tak ada rotan,akar pun jadi"

_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

fabian c

Quote from: Riky_dave on 28 March 2010, 12:05:55 PM
walau kadang saya memang juga tidak begitu sreg dengan penerbitan dari Ehipassiko,dan gaya bahasanya itu,tetapi dari buku pertama sampai keenam[saya mempunyai buku tersebut,walau dipinjami sama orang lain,hehe],saya melihat perubahan gaya bahasa yang semakin bagus.. :)

dan manfaatnya juga bagus,karena komik2 tersebut saya pinjamkan kepada teman2 saya yang lainnya,kemudian perlahan saya pinjamkan mereka dhammapada ,mengajak mereka ke vihara,meditasi..dan hasilnya memuaskan.. :)

kata orang,"kalau tak ada rotan,akar pun jadi"

_/\_

Bro Riky yang baik, Superman dan banyak tokoh superhero yang lain juga tidak membumi, toh banyak orang yang menyukai. Bila ada cara penggambaran yang lebih elegan mengapa membuat penggambaran yang mengubah otentisitas suatu ciri?

Komik Tiger Wong malah lebih laris daripada komik Buddha yang dari Jepang kan?

Saya rasa bila Buddha digambarkan dengan segala kelebihanNya malah akan lebih "marketable", penggambaran Buddha seperti dalam komik bodhi hanya nyontek komik komersil Buddha dari Jepang, bukan suatu bentuk kreativitas.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Riky_dave

Quote from: fabian c on 28 March 2010, 12:18:14 PM
Quote from: Riky_dave on 28 March 2010, 12:05:55 PM
walau kadang saya memang juga tidak begitu sreg dengan penerbitan dari Ehipassiko,dan gaya bahasanya itu,tetapi dari buku pertama sampai keenam[saya mempunyai buku tersebut,walau dipinjami sama orang lain,hehe],saya melihat perubahan gaya bahasa yang semakin bagus.. :)

dan manfaatnya juga bagus,karena komik2 tersebut saya pinjamkan kepada teman2 saya yang lainnya,kemudian perlahan saya pinjamkan mereka dhammapada ,mengajak mereka ke vihara,meditasi..dan hasilnya memuaskan.. :)

kata orang,"kalau tak ada rotan,akar pun jadi"

_/\_

Bro Riky yang baik, Superman dan banyak tokoh superhero yang lain juga tidak membumi, toh banyak orang yang menyukai. Bila ada cara penggambaran yang lebih elegan mengapa membuat penggambaran yang mengubah otentisitas suatu ciri?

Komik Tiger Wong malah lebih laris daripada komik Buddha yang dari Jepang kan?

Saya rasa bila Buddha digambarkan dengan segala kelebihanNya malah akan lebih "marketable", penggambaran Buddha seperti dalam komik bodhi hanya nyontek komik komersil Buddha dari Jepang, bukan suatu bentuk kreativitas.

_/\_

um...benar...tetapi tentunya "si pemilik" membidik kaum muda-mudi kita,maka mungkin dia mengasumsikan haruslah pembuatanya bersikap "gaul" "keren" dan bisa diterima oleh kaum muda..Saya sudah pernah pinjam RAPB kepada teman saya[dia ngotot mau pinjam,saya bilang emangnya sanggup banyak,dia bilang sanggup..setelah saya pinjamin,baru 1 hari dia sudah angkat tangan.. :)]..

bagaimana kalau yang ini Bro Fabian?ada pendapat lain?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Mr.Jhonz

#9
 [at] om fabian
Ada karikatur mr.J yg dibuat lucu-lucuan

Ya gimana lagi om,"hidup memang dukha"..
Kalau kita selalu berharap penyebaran ag.buddha seperti yg kita harapkan(tanpa sadar membentuk ego)bila tidak sesuai harapan muncul penderitaan.
kan ga akan mungkin semua orang mempunyai pola pikir yg sama semua..
Ujung2nya setelah kita memeluk agama buddha bukannya tambah bahagia malah tambah menderita ;D
Contohnya,tadi udah mau belatih meditasi,eh iseng2 ke forum maitreya,eh malah jadi beban pikiran(timbul penolakan dalam batin)..keknya latihan medit bakal jadi susah fokus...

Belum lagi soal maitreya,LSY,falun gong,buddha bar.dll

Ya kalo mau bicara idealnya,memang harus praktekin ajaran "objek itu netral" dhe..

Cmiiw
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Riky_dave

Quote from: Mr.Jhonz on 28 March 2010, 12:50:23 PM
[at] om fabian
Ada karikatur mr.J yg dibuat lucu-lucuan

Ya gimana lagi om,"hidup memang dukha"..
Kalau kita selalu berharap penyebaran ag.buddha seperti yg kita harapkan(tanpa sadar membentuk ego) kan ga akan mungkin semua orang mempunyai pola pikir yg sama semua..
Ujung2nya setelah kita memeluk agama buddha bukannya tambah bahagia malah tambah menderita ;D
Contohnya,tadi udah mau belatih meditasi,eh iseng2 ke forum maitreya,eh malah jadi beban pikiran(timbul penolakan dalam batin)..keknya latihan medit bakal jadi susah fokus...

Belum lagi soal maitreya,LSY,falun gong,buddha bar.dll

Ya kalo mau bicara idealnya,memang harus praktekin ajaran "objek itu netral" dhe..

Cmiiw

perlukah kita meneladani YM Mahakassapa dalam melindungi Dhamma,atau kita menggunakan dalih untuk mengacuhkan semua hal? :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

gajeboh angek

saya pribadi memang kurang sreg dengan gambaran ehipassiko yang menurut saya terlalu sembarangan.
para murid giginya kelihatan kemana-mana, tingkah lakunya tidak digambarkan seperti seorang ariya yang terhormat, melainkan setara dengan tokoh-tokoh komik yang emosinya kemana-mana.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Riky_dave

Quote from: gachapin on 28 March 2010, 01:09:15 PM
saya pribadi memang kurang sreg dengan gambaran ehipassiko yang menurut saya terlalu sembarangan.
para murid giginya kelihatan kemana-mana, tingkah lakunya tidak digambarkan seperti seorang ariya yang terhormat, melainkan setara dengan tokoh-tokoh komik yang emosinya kemana-mana.

solusi anda?kalau terlalu terhormat,nantinya terasa "menekan" gitu.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

johan3000

Quote from: fabian c on 28 March 2010, 10:33:21 AM
Teman-teman sekalian saya minta pendapatnya ya?
Entah mengapa bila saya melihat komik-komik Bodhi (ehipassiko) kayaknya nggak sreg rasanya, ada beberapa alasan yang menyebabkan begitu, diantaranya,

Kesatu:
Bentuk kepala Sang Buddha sama seperti bentuk kepala manusia biasa. Menurut penerbit supaya nampak membumi, menurut saya ini penyimpangan karena tak sesuai dengan penggambaran dalam Cakkavatti Sihanada sutta. Dalam Cakkavatti Sihanada sutta dikatakan bahwa kepala Cakkavatti/Buddha seperti memakai turban (unhissa). Jadi tidak seperti manusia biasa.

bentuk rambut Bhudda yg melingkar adalah luar biasa menarik. ini merupakan ciri khas, lha koq malah diubah????? tidaklah perlu mengubah sesuatu yg udah bagus..(personal image)

Sekedar bahan perenungan: Ketika Sang Buddha ditanya dalam perjalanan, karena penampilanNya yang agung mereka bertanya "apakah anda Dewa? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda Brahma? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda manusia? Bukan jawab Sang Buddha", "Apakah anda peta? Bukan jawab Sang Buddha", "Jadi siapakah anda? Saya adalah Buddha, jawab Sang Buddha"

Buddha adalah Buddha jangan disamakan dengan manusia, bila ciri Buddha adalah demikian biarkanlah tetap demikian, mengubah ciri tersebut saya anggap penyimpangan.

Kedua:
Buddha adalah sosok yang kita puja yang kita hormati, jangan dijadikan objek lucu-lucuan, penggambaran Buddha yang nampak "cute" adalah bentuk  komersialisasi figur Buddha dengan pembenaran supaya mem"bumi".

lebih baik Bodhi menciptakan karakter yg baru sama sekali, ubah sepuas, buat lucu habissss

Minta pendapat teman-teman sekalian.

mungkin begitu ;D ;D
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

dhammadinna

Sodara saya cerita, waktu itu di vihara, anak-anak kecil disuruh tutup mata dan membayangkan sosok seorang Buddha. Setelah mereka membuka mata, lalu ditanya seperti apa kah Buddha itu? ada anak kecil yang jawab: "seperti Naruto"  :|

Jadi ya, menurut saya, tampilkan gambaran Buddha dengan ciri khas-nya aja baik fisik maupun sikap, lama-lama anak-anak bisa punya gambaran yang lebih baik seperti apa kah seorang Buddha sebenarnya.