bulu dekat pantat bebek mandarin + baca sutra = pernikahan harmonis..benarkah?

Started by marcedes, 17 March 2010, 12:37:17 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

seniya

O ya keyakinan juga salah satu dari lima kekuatan (pancabala) yg disebut dalam Bala Sutta & Mahaparinibbana Sutta:
1. Kekuatan keyakinan (saddhabala)
2. Kekuatan semangat (viriyabala)
3. Kekuatan perhatian (satibala)
4. Kekuatan konsentrasi (samadhibala)
5. Kekuatan kebijaksanaan (pannabala)

Dalam Mahaparinibbana Sutta kelima kekuatan tsb merupakan salah satu dari 7 kelompok (37 unsur totalnya)dari bodhipakhiyadhamma (kualitas yg membawa menuju Pencerahan)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

lophenk

^ setuju bro, tanpa adanya keyakinan biarpun baca sampai mulut berbusa jg gak ada gunanya :)
thanks Buddha...

ryu

Quote from: lophenk on 26 March 2010, 09:06:16 AM
^ setuju bro, tanpa adanya keyakinan biarpun baca sampai mulut berbusa jg gak ada gunanya :)
iya makanya belajarlah beriman.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 26 March 2010, 09:21:15 AM
Quote from: lophenk on 26 March 2010, 09:06:16 AM
^ setuju bro, tanpa adanya keyakinan biarpun baca sampai mulut berbusa jg gak ada gunanya :)
iya makanya belajarlah beriman.
Beriman ada 2 jenis: yang dengan pengertian dan yang tanpa pengertian (dogmatis).
Beriman yang dengan pengertian juga ada 2: dengan pengertian benar dan dengan pengertian keliru.

Memang semua jenis keyakinan menghasilkan sesuatu kekuatan, seperti dalam kisah nenek yang salah baca. Namun kualitasnya, perkembangannya, dan kelanggengan kekuatan itu sendiri berbeda. Dalam Buddhisme, bukan semuanya dianjurkan atau ditolak, yang dianjurkan adalah dengan pengertian yang benar.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 09:34:58 AM
Quote from: ryu on 26 March 2010, 09:21:15 AM
Quote from: lophenk on 26 March 2010, 09:06:16 AM
^ setuju bro, tanpa adanya keyakinan biarpun baca sampai mulut berbusa jg gak ada gunanya :)
iya makanya belajarlah beriman.
Beriman ada 2 jenis: yang dengan pengertian dan yang tanpa pengertian (dogmatis).
Beriman yang dengan pengertian juga ada 2: dengan pengertian benar dan dengan pengertian keliru.

Memang semua jenis keyakinan menghasilkan sesuatu kekuatan, seperti dalam kisah nenek yang salah baca. Namun kualitasnya, perkembangannya, dan kelanggengan kekuatan itu sendiri berbeda. Dalam Buddhisme, bukan semuanya dianjurkan atau ditolak, yang dianjurkan adalah dengan pengertian yang benar.

sayangnya yang dibesarkan malah imannya bukan pengertian benarnya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

lophenk

Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 09:34:58 AM
Quote from: ryu on 26 March 2010, 09:21:15 AM
Quote from: lophenk on 26 March 2010, 09:06:16 AM
^ setuju bro, tanpa adanya keyakinan biarpun baca sampai mulut berbusa jg gak ada gunanya :)
iya makanya belajarlah beriman.
Beriman ada 2 jenis: yang dengan pengertian dan yang tanpa pengertian (dogmatis).
Beriman yang dengan pengertian juga ada 2: dengan pengertian benar dan dengan pengertian keliru.

Memang semua jenis keyakinan menghasilkan sesuatu kekuatan, seperti dalam kisah nenek yang salah baca. Namun kualitasnya, perkembangannya, dan kelanggengan kekuatan itu sendiri berbeda. Dalam Buddhisme, bukan semuanya dianjurkan atau ditolak, yang dianjurkan adalah dengan pengertian yang benar.


tentu saja Keyakinan ini haruslah dilandasi dgn pengertian yg benar, jika tdk malah akan memperparah kekotoran batin saja _/\_
thanks Buddha...

K.K.

Quote from: ryu on 26 March 2010, 09:37:09 AM
sayangnya yang dibesarkan malah imannya bukan pengertian benarnya.
Ya, itu kembali pada masing-masing orang.
Ada yang cenderung mengabaikan pengertian benar sehingga tidak suka kalau imannya diuji, khawatir pengertian salahnya terkuak dan imannya goyah. Terhadap orang seperti ini, memang sebaiknya kita tidak mengusik dan dengan sepenuhnya menghormati kepercayaannya.

Ada juga orang yang cenderung selalu menguji kebenaran pengertian akan imannya, sehingga semakin banyak diuji, semakin banyak pengertian yang diperolehnya. Dengan berkembangnya pengertian, otomatis imannya berkembang lebih baik. Terhadap orang seperti ini, bisa diajak diskusi dengan terbuka, berlandaskan kebenaran (bukan dibatasi sentimen tertentu), walaupun tentu saja tidak mengesampingkan toleransi dan etika.


ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 10:01:09 AM
Quote from: ryu on 26 March 2010, 09:37:09 AM
sayangnya yang dibesarkan malah imannya bukan pengertian benarnya.
Ya, itu kembali pada masing-masing orang.
Ada yang cenderung mengabaikan pengertian benar sehingga tidak suka kalau imannya diuji, khawatir pengertian salahnya terkuak dan imannya goyah. Terhadap orang seperti ini, memang sebaiknya kita tidak mengusik dan dengan sepenuhnya menghormati kepercayaannya.

Ada juga orang yang cenderung selalu menguji kebenaran pengertian akan imannya, sehingga semakin banyak diuji, semakin banyak pengertian yang diperolehnya. Dengan berkembangnya pengertian, otomatis imannya berkembang lebih baik. Terhadap orang seperti ini, bisa diajak diskusi dengan terbuka, berlandaskan kebenaran (bukan dibatasi sentimen tertentu), walaupun tentu saja tidak mengesampingkan toleransi dan etika.


Tolak ukur kebenaran itu bisa di ambil dari mana? apakah dari kesaksian yang berhasil? atau dari pengalaman pribadi? atau dari perkataan seseorang yang di pandang terhormat? atau kebenaran itu hanyalah sebatas dalam lingkup ajaran itu saja?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 26 March 2010, 10:17:56 AM
Tolak ukur kebenaran itu bisa di ambil dari mana? apakah dari kesaksian yang berhasil? atau dari pengalaman pribadi? atau dari perkataan seseorang yang di pandang terhormat? atau kebenaran itu hanyalah sebatas dalam lingkup ajaran itu saja?
Semua aspek, termasuk pengalaman diri sendiri, pengalaman/perkataan dari orang lain (apakah terhormat/terkenal atau orang biasa, selama bersifat objektif, memiliki bobot nilai sama), pengkajian ajaran tersebut lebih lanjut, dan juga yang terpenting, realita.

dilbert

Quote from: ryu on 26 March 2010, 09:37:09 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 09:34:58 AM
Quote from: ryu on 26 March 2010, 09:21:15 AM
Quote from: lophenk on 26 March 2010, 09:06:16 AM
^ setuju bro, tanpa adanya keyakinan biarpun baca sampai mulut berbusa jg gak ada gunanya :)
iya makanya belajarlah beriman.
Beriman ada 2 jenis: yang dengan pengertian dan yang tanpa pengertian (dogmatis).
Beriman yang dengan pengertian juga ada 2: dengan pengertian benar dan dengan pengertian keliru.

Memang semua jenis keyakinan menghasilkan sesuatu kekuatan, seperti dalam kisah nenek yang salah baca. Namun kualitasnya, perkembangannya, dan kelanggengan kekuatan itu sendiri berbeda. Dalam Buddhisme, bukan semuanya dianjurkan atau ditolak, yang dianjurkan adalah dengan pengertian yang benar.

sayangnya yang dibesarkan malah imannya bukan pengertian benarnya.

Atas Quote-ny.... Terimalah GRP dari saya, Mbah Ryu...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

truth lover

Iya mas Dilbert, saya setuju yang dikatakan mas Ryu, kalau "kita" sudah percaya buta, bila ada hal-hal yang tidak benar atau tidak masuk diakal diungkapkan oleh orang lain mengenai keyakinan "kita", "kita" bukan berterima kasih, "kita" malah meradang, marah-marah lalu membuat berbagai pembenaran.

Umumnya bila "kita" sudah percaya buta, akan cenderung paranoid dan super sensitif seperti orang kebakaran jenggot bila orang lain mengungkapkan hal-hal tersebut. Tak terlintas dalam benak  "kita" untuk merenungkan dan menganalisa kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain.

The truth, and nothing but the truth...

K.K.

Quote from: truth lover on 26 March 2010, 01:39:06 PM
Iya mas Dilbert, saya setuju yang dikatakan mas Ryu, kalau "kita" sudah percaya buta, bila ada hal-hal yang tidak benar atau tidak masuk diakal diungkapkan oleh orang lain mengenai keyakinan "kita", "kita" bukan berterima kasih, "kita" malah meradang, marah-marah lalu membuat berbagai pembenaran.

Umumnya bila "kita" sudah percaya buta, akan cenderung paranoid dan super sensitif seperti orang kebakaran jenggot bila orang lain mengungkapkan hal-hal tersebut. Tak terlintas dalam benak  "kita" untuk merenungkan dan menganalisa kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain.


Oleh karena itu, kalau mau berbagi, cobalah susun kata-kata yang tidak menyinggung. Juga mengajak berpikir, bukan terkesan menyalahkan dan menggurui.

truth lover

Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 01:57:09 PM
Quote from: truth lover on 26 March 2010, 01:39:06 PM
Iya mas Dilbert, saya setuju yang dikatakan mas Ryu, kalau "kita" sudah percaya buta, bila ada hal-hal yang tidak benar atau tidak masuk diakal diungkapkan oleh orang lain mengenai keyakinan "kita", "kita" bukan berterima kasih, "kita" malah meradang, marah-marah lalu membuat berbagai pembenaran.

Umumnya bila "kita" sudah percaya buta, akan cenderung paranoid dan super sensitif seperti orang kebakaran jenggot bila orang lain mengungkapkan hal-hal tersebut. Tak terlintas dalam benak  "kita" untuk merenungkan dan menganalisa kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain.


Oleh karena itu, kalau mau berbagi, cobalah susun kata-kata yang tidak menyinggung. Juga mengajak berpikir, bukan terkesan menyalahkan dan menggurui.


mas kainyn memang bijaksana, saya kadang-kadang mengkhayal, kapankah kita semua dapat berdiskusi tanpa over reaktif bila orang mengemukakan pendapat yang menyinggung keyakinan kita? atau bahkan terkesan menyalahkan dan juga menggurui.

mungkinkah impian saya menjadi kenyataan?

8->
The truth, and nothing but the truth...

K.K.

Quote from: truth lover on 26 March 2010, 02:17:26 PM
mas kainyn memang bijaksana, saya kadang-kadang mengkhayal, kapankah kita semua dapat berdiskusi tanpa over reaktif bila orang mengemukakan pendapat yang menyinggung keyakinan kita? atau bahkan terkesan menyalahkan dan juga menggurui. mungkinkah impian saya menjadi kenyataan?

8->
:) Bisa dimulai sekarang dari diri sendiri. Kalau Bro truth lover melakukannya, minimal sudah ada 1 orang yang begitu. Nanti orang lain mencontoh, tambah banyak lagi yang begitu. Lama-lama impian itu terwujud juga. Dan seperti pernah saya bilang juga, pilihlah lawan diskusi yang tepat, karena tidak semua orang bisa cocok dengan kita.

OK, BTT ke bebek + sutra.

kusalaputto

semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.