Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain

Started by K.K., 04 March 2010, 05:08:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dewi_go

ya kalo dari segi pencapaian arahat bukankah badan jasmani kita ga akan bisa bertahan lebih dari 7 hari jika sudah mencapai arahat? mohon penjelasanny? apakah melihat dari aura saja sudah bisa meyakini bahwa seseorang sudah arahat? ^:)^
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........

kullatiro

#16
Menurut wa tuh kita berdana ke pada sangha saja kan sudah mencakup semua nya dari yang bhikku sangha biasa sampai ariya sangha.

aku selalu biasa menekan kan pada sangha dana.

kullatiro

Quote from: dewi_go on 04 March 2010, 07:25:27 PM
ya kalo dari segi pencapaian arahat bukankah badan jasmani kita ga akan bisa bertahan lebih dari 7 hari jika sudah mencapai arahat? mohon penjelasanny? apakah melihat dari aura saja sudah bisa meyakini bahwa seseorang sudah arahat? ^:)^

Itu untuk umat awam biasa kalau anggota sangha berbeda di mesti lapor kalo tidak dalam tiga hari dia pari nibbana.

dewi_go

Oh y saya lupa kalo arahat berarti parinibbana y mencapai tingkat kesucian, thx bro
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........

ryu

PURABHEDA SUTTA

Sifat-sifat Seorang Muni
1.    Seseorang bertanya kepada Sang Buddha, 'Tuan Gotama, saya ingin bertanya tentang manusia sempurna. Ada yang dapat disebut 'orang yang sudah tenang' -- dapatkah Engkau menjelaskan bagaimana dia melihat segala sesuatu dan bagaimana dia berperilaku?'
2.    'Orang yang sudah tenang, yang telah memadamkan semua nafsu keinginannya sebelum tubuhnya hancur dan hilang, yang tidak peduli bagaimana hal-hal bermula atau bagaimana hal-hal itu akan berakhir, serta tidak melekat dengan apa yang tejadi di antaranya: orang itu tidak lagi memiliki rasa 'lebih suka'.
3.    Dia tidak memiliki kemarahan, ketakutan maupun kesombongan. Tak ada sesuatu pun yang mengganggu ketenangannya dan tidak ada sesuatu pun yang menjadi penyebab untuk penyesalan. Dia adalah manusia bijaksana yang terkendali ucapannya.
4.    Dia tidak merindukan masa depan dan tidak menyesali masa lampau; tidak ada pandangan maupun opini yang memimpinnya. Dia dapat melihat dan tidak melekat pada dunia kesan-indera yang menyesatkan.
5.    Dia tidak menyembunyikan apa pun dan tidak ada sesuatu pun yang dia kukuhi erat-erat. Tanpa ketamakan maupun keirihatian, dia tetap tidak menonjolkan diri; dia tidak merendahkan dan menghina orang lain.
6.    Dia bukanlah manusia yang memikirkan diri sendiri, atau manusia yang kecanduan kenikmatan; dia adalah manusia yang lembut dan waspada, tanpa keyakinan buta; dia tidak menunjukkan kebencian [terhadap apa pun].
7.    Dia bukanlah orang yang bekerja karena menginginkan sesuatu; sekalipun tidak mendapatkan apa-apa sama sekali, dia tetap tidak tergoyahkan; tak ada keserakahan untuk membangun nafsu guna mencicipi kesenangan-kesenangan baru.
8.    Kewaspadaannya membuat dia terus-menerus berada dalam keseimbangan pikiran, di mana kecongkakan tidak mungkin ada. Terhadap dunia di sekitarnya; dia tidak membuat perbandingan sebagai 'lebih tinggi', 'lebih rendah' atau 'setara'.
9.    Karena memahami Hal-hal Sebagaimana Adanya, dia terbebas dari ketergantungan dan tidak ada apa pun yang dia andalkan. Baginya tidak ada lagi nafsu keinginan untuk hidup atau tidak hidup.
10.    Inilah yang kusebut manusia yang telah tenang. Yaitu manusia yang tidak mengejar kesenangan, yang tidak memiliki ikatan apa pun, yang telah melampaui tarikan kemelekatan.
11.    Dia adalah manusia tanpa anak, manusia tanpa harta kekayaan, tanpa ladang, tanpa ternak -- manusia yang tidak memiliki apa pun di dalam dirinya yang dilekatinya sebagai miliknya, serta tidak ada satu pun di dalam dirinya yang di tolaknya sebagai bukan miliknya.    
12.    Dia adalah manusia yang dapat menerima kritik-kritik salah dari orang lain, pandita dan pertapa lain namun tetap tak terganggu dan tak tergoyah oleh kata-kata mereka.
13.    Dia adalah manusia tanpa ketamakan dan tanpa rasa memiliki; dia adalah manusia yang -- karena bijaksana-tidak menganggap dirinya 'lebih tinggi', 'lebih rendah' atau 'setara'. Dia adalah manusia yang tidak memasuki spekulasi, manusia yang terbebas dari spekulasi.    
14.    Dia adalah manusia yang tidak mempunyai apa pun yang dapat disebutnya sebagai miliknya, dan dia tidak menangis karena tidak memiliki apa pun. Dia tenang, karena tidak memegang pandangan-pandangan spekulatif.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Mr.Jhonz

Bukannya sama saja ariya atou ngak..
Yang penting-kan dhamma(objek) yang diajarkannya..ingat pesan guru agung sebelum parinibbana "buatlah pulau pelindung bagi dirimu sendiri"..

Trus soal berdana kepada sangha,
Sy bingung..kenapa umat sangat antusias berdana kepada bhikku ya?,apalagi bhikku yg di yakini mencapai kesucian tertentu..apa karena katanya "feedback"nya lebih besar???
Bukannya berdana tujuannya untuk melepas??
Trus,waktu salah satu luagpu dtg ke indonesia,
buset dha..dananya ampe satu ruangan penuh..
pertanyannya; salahkah memilih untuk tidak berdana kepada luang-pu tersebut dgn alasan dana yg telah didanakan melimpah-ruah,termasuk pandangan salah kah??
CMIIW
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Mr.Jhonz

Quote from: ryu on 04 March 2010, 09:04:18 PM
PURABHEDA SUTTA

Sifat-sifat Seorang Muni
...............
Om,minta versi lengkapnya dunk,kok gw search di DC ga ada,versi bahasa ya..mau gw renungkan sutta si atas..thank
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

ryu

Quote from: Mr.Jhonz on 04 March 2010, 09:46:44 PM
Quote from: ryu on 04 March 2010, 09:04:18 PM
PURABHEDA SUTTA

Sifat-sifat Seorang Muni
...............
Om,minta versi lengkapnya dunk,kok gw search di DC ga ada,versi bahasa ya..mau gw renungkan sutta si atas..thank
itu versi lengkap kok
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=964
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Riky_dave

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 March 2010, 05:08:51 PM
Kelihatannya hal sepele, tetapi imbasnya bisa ke mana-mana.

Hal ini umum terjadi terutama jika menyangkut hubungan umat dan sangha. Anggota sangha yang diduga sebagai seorang Ariya, biasa keputusannya bisa dianggap lebih benar. Dana yang diberikan pun biasanya lebih diutamakan, semua berbondong-bondong datang demi Bhikkhu(ni) "Ariya" tersebut. Bahkan saya pernah dengar ada metode yang bisa dilakukan orang tertentu untuk "mengintip" apakah anggota sangha tersebut adalah (tanpa tanggung-tanggung,) Arahat.

Bagaimana pendapat rekan-rekan terhadap sikap demikian?



NB: Topic ini bukan untuk memperpanjang dan juga tidak ada hubungannya dengan Topik sebelah, tetapi memang membahas fenomena yang terjadi, apakah sesuai atau tidak sesuai dengan dhamma.

No Junk, Please!

Adalah wajar umat biasa menginginkan kekayaan,keberkahan,dan seterusnya..ini tidak menjadi permasalahan..yang menjadi permasalah adalah kata "menebak" seorang Bhikkhu merupakan Ariya atau bukan,itu lah masalahnya..Saya rasa ada juga didalam sutta yang menceritakan Bhikkhu yang bertingkah laku seperti Ariya padahal bukan Ariya..Ini berbahaya dan bisa menyesatkan,bukan hanya umat awam tetapi juga Bhikkhu tersebut...[termasuk pelanggaran kamma beratkah?]

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

kullatiro


Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

andry

orang awam akan berkata "lihatlah dari pengendalian dirinya"
Tapi bagi saia, saia kurang suka menerka2, karena akan timbul ketamakan/keserakahan.
pokokne dana ne ke biku ntuh.. sakti mandraguna
Samma Vayama

Sumedho

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 March 2010, 05:21:17 PM
Quote from: tesla on 04 March 2010, 05:12:09 PM
I assume all is arahant ;)

Assuming "All is Arahant" or "None is Arahant" causes no discrimination. Thus, no problem. When we discern "this one is Arahant, and this one is not" based only on speculations, not knowledge, discrimination arose. Then by that speculation and lack of knowledge, our thought and conduct toward that person differ. That's the problem.

*mau ngikut english tapi lagi males*
problemnya di tebak2x orang itu arahat atau diskriminasinya?

misalnya kalau sudah pasti dan tidak tebak2x, kan diskriminasinya pasti tetap ada.
There is no place like 127.0.0.1

dhammadinna

#28
Saya rasa kita tidak dapat menilai seseorang adalah Arahat (atau pencapai tingkat kesucian lain) atau bukan. Purabheda Sutta yang dikutip bro Ryu memang adalah karakteristik orang yang telah mencapai tingkat kesucian. Tapi seberapa tenangkah/seimbangkah batinnya? Kita tidak tau. Kita hanya bisa berspekulasi dengan melihat "penampilan luarnya" saja.

Btw, tentang aura, saya rasa kurang tepat. Mama saya pernah dilihat auranya, katanya putih tuh. Hanya ada noda sedikit ;D atau jangan2 mama saya sudah anagami?   ::)

dhammadinna

#29
Quote from: Sumedho on 05 March 2010, 06:01:31 AM
problemnya di tebak2x orang itu arahat atau diskriminasinya?
misalnya kalau sudah pasti dan tidak tebak2x, kan diskriminasinya pasti tetap ada.

IMO, masalahnya bukan di menerka atau diskriminasinya. Tapi "masalah" (bisa) muncul ketika kita mulai meyakini pendiskriminasian ini sebagai kebenaran lalu mulai "pilih kasih", merasa lebih afdol kalo berdana ke bhante yang "kelihatan suci" atau merasa bahwa nasehat bhante tertentu pasti benar karena kelihatan sudah mencapai tingkat kesucian.