Gimana nih g bikin nangis evangelis

Started by kusalaputto, 22 February 2010, 12:53:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: joemarselo on 19 May 2010, 04:09:59 PM
don't worry, itu hanya urusan manusia dan manusia. evangelis, missionaris, pastor, pendeta, bhikku, bhante, ulama, ... semua itu hanya manusia. manusia boleh ngomong A, dan yang lainnya gak suka A, tapi suka B.

cuma hanya saya blom bisa ngerti, ...
jika kamu sekalian bisa memercayai dewa, para buddha, buddha gautama, bodhisatva, dan lain-lain.
mengapa tidak mampu / tidak sanggup memercayai Tuhan sebagai Ultimate Creator?
Apa bedanya? apakah karena harus ada distribusi power di alam semesta ini?
atau hal apa?
SIAPA YANG BILANG PERCAYA DEWA/BUDDHA/BODDHISATVA?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dipasena

mau bikin nangis evangelish ? gampang... km oles mata evangelish dengan sambal... pasti menetes air mata nya... itu tujuan nya agar evangelish melek mata nya, jd bisa liat kebenaran... wkwkwkwk....

K.K.

Quote from: joemarselo on 19 May 2010, 04:09:59 PM
don't worry, itu hanya urusan manusia dan manusia. evangelis, missionaris, pastor, pendeta, bhikku, bhante, ulama, ... semua itu hanya manusia. manusia boleh ngomong A, dan yang lainnya gak suka A, tapi suka B.

cuma hanya saya blom bisa ngerti, ...
jika kamu sekalian bisa memercayai dewa, para buddha, buddha gautama, bodhisatva, dan lain-lain.
mengapa tidak mampu / tidak sanggup memercayai Tuhan sebagai Ultimate Creator?
Apa bedanya? apakah karena harus ada distribusi power di alam semesta ini?
atau hal apa?
Bedanya, menurut saya adalah jika Ultimate Creator itu ada, berarti ia juga yang menciptakan segala penderitaan di alam semesta ini.



J.W

Quote from: joemarselo on 19 May 2010, 04:09:59 PM
don't worry, itu hanya urusan manusia dan manusia. evangelis, missionaris, pastor, pendeta, bhikku, bhante, ulama, ... semua itu hanya manusia. manusia boleh ngomong A, dan yang lainnya gak suka A, tapi suka B.

cuma hanya saya blom bisa ngerti, ...
jika kamu sekalian bisa memercayai dewa, para buddha, buddha gautama, bodhisatva, dan lain-lain.
mengapa tidak mampu / tidak sanggup memercayai Tuhan sebagai Ultimate Creator?
Apa bedanya? apakah karena harus ada distribusi power di alam semesta ini?
atau hal apa?
Sebenarnya byk hal lohh yg tidak anda mengerti dlm buddhism..
Dan bukan tidak mampu/tidak sanggup mempercayai tuhan sbg ultimate creator. Tapi TIDAK MAU.
Bedanya ? Akan anda temukan, jika anda mengerti ajaran buddhism.

Caranya ? Sering2 mampir ke DC dan rajin2 diskusi yak... ;D Baca2 di board pemula..

Gak mau ?? Yahh berarti tidak akan pernah mengerti lohhh....

_/\_

dipasena

Quote from: joemarselo on 19 May 2010, 04:09:59 PM
don't worry, itu hanya urusan manusia dan manusia. evangelis, missionaris, pastor, pendeta, bhikku, bhante, ulama, ... semua itu hanya manusia. manusia boleh ngomong A, dan yang lainnya gak suka A, tapi suka B.

cuma hanya saya blom bisa ngerti, ...
jika kamu sekalian bisa memercayai dewa, para buddha, buddha gautama, bodhisatva, dan lain-lain.
mengapa tidak mampu / tidak sanggup memercayai Tuhan sebagai Ultimate Creator?
Apa bedanya? apakah karena harus ada distribusi power di alam semesta ini?
atau hal apa?

hehehe... mampu... sy pribadi yaitu dhanuttono ato yg dipanggil aa'tono mampu dan sangat mampu untuk mempercayai Tuhan sebagai Ultimate Creator, namun sayang... yang aa percayai sebagai Tuhan bukan Tuhan dalam sosok individu seperti yang di gambarkan oleh agama2 samawi, termasuk kr1sten...

nah... cuma aa'tono juga blom bisa ngerti, ...
jika kamu (red : joemarselo dan rekan2 kr1sten nya) sekalian bisa memercayai allah, anak tuhan dan roh kudus.
mengapa tidak mampu / tidak sanggup memercayai Buddha sebagai Great Teacher ?
Apa bedanya?

nah loh... klo ternyata ga mampu berarti emang ada beda nya ya ? klo ada beda nya maka muncul agama2 beserta tuhan2 nya, salah satu contohnya kr1sten... klo emang sama... bilang ma si tuhan, sapa suruh jadi pengecut yg bersembunyi di ketiadaan namun nyaring bunyi nya seakan jadi pahlawan dunia yg kesiangan...

salam aa'tono

wen78

Quote from: joemarselo on 19 May 2010, 04:09:59 PM
cuma hanya saya blom bisa ngerti, ...
jika kamu sekalian bisa memercayai dewa, para buddha, buddha gautama, bodhisatva, dan lain-lain.
mengapa tidak mampu / tidak sanggup memercayai Tuhan sebagai Ultimate Creator?
Apa bedanya? apakah karena harus ada distribusi power di alam semesta ini?
atau hal apa?

percaya dewa, para buddha, buddha gautama, bodhisatva?
maaf, anda harus pelajari Buddhism lebih dalam.



anda tentu tidak percaya alien karena tidak melihat dengan mata kepala sendiri bukan?
dan anda juga tidak akan percaya jika saya mengatakan saya bisa terbang karena tidak melihat dengan mata kepala sendiri bukan?

tapi, kenapa anda bisa percaya ada tuhan padahal anda tidak melihat dengan mata kepala sendiri?
jika anda bisa percaya akan adanya tuhan tanpa melihat dengan mata kepala sendiri, seharusnya anda percaya ada alien dan anda seharusnya juga percaya bahwa saya bisa terbang.


segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

joemarselo

::: aa'tono , wen87, dan rekan-rekan

OK mungkin saya bisa menerima kalau memang umat agama lain tidak setuju tentang konsep Tuhan. No problem, we can agree to disagree, and it's common.     Saya percaya akan Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, karena itu yang saya pelajari, temukan dan alami, dalam hidup saya shg saya jadi percaya.

Saya juga bisa percaya bahwa banyak Guru-guru besar, bahkan Guru Agung di luar K4th0l1k, dari aliran apapun, Socrates, Buddha Gautama, Hui Neng, Sakyamuni, Gandhi, atau malah yang seperti Feud dan Frederick Nitcze.
Bedanya, KEBENARAN dan Hidup Kekal.

Orang-orang bijak di bumi, mengajarkan tentang jalan atau cara membentuk sikap kita dalam menjalani hidup dibumi. Setelah itu, mati. Tidak ada yang tahu setelah mati itu seperti apa.
Namun dalam iman K4th0l1k saya, panutan saya, orang yang saya ikuti, sudah menyatakan bahwa dengan mengikuti Dia, manusia akan diselamatkan. Dan panutan saya itu telah menjalani kematian, namun Ia bisa bangkit hidup lagi. Lalu Dia terangkat ke surga, dengan menyampaikan pesan bahwa Ia akan mendahului manusia untuk mempersiapkan tempat di Rumah Bapa.

Jadi Tuhan bukan 'bersembunyi' dalam ketiadaan. Tuhan sudah secara proaktif berbuat dan berkarya dalam kehidupan manusia. Tuhan telah menunjukkan diriNya bahwa Ia ada, dan mau bersama-sama menjadi manusia. Ia memberi teladan bagaimana hidup yang taat itu, dimana Adam telah gagal menjalani hidup yang taat.

Mengenai menjadi percaya dan bukti atas apa yang dipercayai itu;

Kamu tidak bisa hanya percaya atas apa yang dialami indra fisikmu – lihat, dengar, rasa, sentuh.
Apakah sesuatu yang tidak terlihat, otomatis tidak diakui keberadaannya? Come on, ... you are way much better than that!

Ada banyak sesuatu yang tak tampak dan tak nyata secara fisik, namun ada. Seperti, cinta kepada orang tua. Mana barangnya yang disebut 'cinta kepada orang tua itu' ? tapi orang lain bisa melihat si A itu cinta kepada orang tuanya, karena A sering meluangkan waktu bersama or.tu.nya. A tidak pernah lupa menemui or.tu.nya tiap pulang kerja. Dsb ... dsb.

Masa kamu melupakan pelajaran penalaran, secara induksi dan konduksi? Kita bisa tahu sesuatu itu ada (thing is exist) dari akibatnya (by the effect) yang nyata. Kita bisa tahu sesuatu itu ada, dari penyebabnya (by the cause) yang nyata.

Now, let's talk in philosophic science.

Dalam disiplin ilmu lain, ada teori yang lebih mutakhir, teori klasik "The Big Bank", sampai teori abad ini dari Stephen Hawking, "Singularity" dalam bukunya The Brief History of Time. Tetap sama juga hasilnya bahwa tidak ada penjelasan tuntas darimana awal semua itu.

Jika dianggap terlalu sederhana dalam mengatakan "segala dari yang awal" itu adalah Tuhan, maka ada penjelasan lain. Dalam hubungan sebab-akibat, action-reaction, stimuli-response, semuanya ini adalah satu set, rangkaian yang absolut. Disini ada peluang bagi manusia yang meragukan Tuhan. Segala yang tesentuh air, basah. Segala yang tersentuh api, panas. Segala tragedi, menimbulkan emosi haru/sedih atau tipe emosi sejenis. Mengapakah hal itu bisa demikian absolut?

Apakah yang bisa dibuat oleh manusia untuk mengubah akibat tersebut? Apakah ada manusia membuat format efek yang berbeda dari setiap gejala dari 'sebab', lain daripada yang disebut kodrat/hukum alam atau istilah
sejenisnya? Disinilah Tuhan berperan, karena Dia telah menciptakannya.
Dalam dialektika/proses yang lebih tinggi, kita boleh menyebut Tuhan-lah yang telah merangkai Universal System ini, dan Ia telah hidup didalamnya.

Dengan kondisi pikiran manusia yang memiliki kesadaran yang tinggi dan dalam keadaan bertanya-tanya, timbullah filsafat. Yang kemudian berkembang menjadi segala ilmu-ilmu turunannya, yang mencoba mengerti dan menemukan hakekat sesuatu dan apa yang terjadi di alam ini. Berarti ini sebuah relativitas manusia menghadapi absolutisme alam. Orang-orang dengan filsafat yang tinggi ada yang tetap rendah hati, menggali/mengexplore banyak hal sambil tetap berdecak kagum bagaimana Tuhan merancang ini semua.

Namun ada yang meninggalkan hakekatnya dan memasuki keraguan akan adanya Tuhan, sebab setalah sekian banyak yang ia ketahui, seakan-akan segala sesuatu telah mengikuti sebuah system yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan.

Tapi sebuah kebenaran yang absolut yang pertama adalah "tidak ada manusia yang bisa memberi penjelasan akan segala sesuatu".

Kebenaran absolut yang kedua adalah "segala sesuatu telah, sedang, dan akan terjadi demikian adanya menurut hukum alam/kodrat, dengan atau tanpa manusia bisa mengetahui/memahaminya"
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

Indra

 [at] joemarselo

di masa lalu ada seorang member sejenis anda bernama Petrus, yg sekarang sudah tidak ada lagi. saya menyarankan kepada anda untuk membaca thread di mana member Petrus berpartisipasi, sebelum anda melanjutkan diskusi, karena sebagian besar dari apa yang anda kemukakan sudah pernah dibahas sebelumnya khusunya oleh Petrus ini. silahkan gunakan fasilitas "search" dengan keyword "petrus"


ryu

Quote from: joemarselo on 20 May 2010, 09:24:34 AM
::: aa'tono , wen87, dan rekan-rekan

OK mungkin saya bisa menerima kalau memang umat agama lain tidak setuju tentang konsep Tuhan. No problem, we can agree to disagree, and it's common.     Saya percaya akan Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, karena itu yang saya pelajari, temukan dan alami, dalam hidup saya shg saya jadi percaya.

Saya juga bisa percaya bahwa banyak Guru-guru besar, bahkan Guru Agung di luar K4th0l1k, dari aliran apapun, Socrates, Buddha Gautama, Hui Neng, Sakyamuni, Gandhi, atau malah yang seperti Feud dan Frederick Nitcze.
Bedanya, KEBENARAN dan Hidup Kekal.

Orang-orang bijak di bumi, mengajarkan tentang jalan atau cara membentuk sikap kita dalam menjalani hidup dibumi. Setelah itu, mati. Tidak ada yang tahu setelah mati itu seperti apa.

Namun dalam iman K4th0l1k saya, panutan saya, orang yang saya ikuti, sudah menyatakan bahwa dengan mengikuti Dia, manusia akan diselamatkan. Dan panutan saya itu telah menjalani kematian, namun Ia bisa bangkit hidup lagi. Lalu Dia terangkat ke surga, dengan menyampaikan pesan bahwa Ia akan mendahului manusia untuk mempersiapkan tempat di Rumah Bapa.

Jadi Tuhan bukan 'bersembunyi' dalam ketiadaan. Tuhan sudah secara proaktif berbuat dan berkarya dalam kehidupan manusia. Tuhan telah menunjukkan diriNya bahwa Ia ada, dan mau bersama-sama menjadi manusia. Ia memberi teladan bagaimana hidup yang taat itu, dimana Adam telah gagal menjalani hidup yang taat.

Mengenai menjadi percaya dan bukti atas apa yang dipercayai itu;

Kamu tidak bisa hanya percaya atas apa yang dialami indra fisikmu – lihat, dengar, rasa, sentuh.
Apakah sesuatu yang tidak terlihat, otomatis tidak diakui keberadaannya? Come on, ... you are way much better than that!

Ada banyak sesuatu yang tak tampak dan tak nyata secara fisik, namun ada. Seperti, cinta kepada orang tua. Mana barangnya yang disebut 'cinta kepada orang tua itu' ? tapi orang lain bisa melihat si A itu cinta kepada orang tuanya, karena A sering meluangkan waktu bersama or.tu.nya. A tidak pernah lupa menemui or.tu.nya tiap pulang kerja. Dsb ... dsb.

Masa kamu melupakan pelajaran penalaran, secara induksi dan konduksi? Kita bisa tahu sesuatu itu ada (thing is exist) dari akibatnya (by the effect) yang nyata. Kita bisa tahu sesuatu itu ada, dari penyebabnya (by the cause) yang nyata.

Now, let's talk in philosophic science.

Dalam disiplin ilmu lain, ada teori yang lebih mutakhir, teori klasik "The Big Bank", sampai teori abad ini dari Stephen Hawking, "Singularity" dalam bukunya The Brief History of Time. Tetap sama juga hasilnya bahwa tidak ada penjelasan tuntas darimana awal semua itu.

Jika dianggap terlalu sederhana dalam mengatakan "segala dari yang awal" itu adalah Tuhan, maka ada penjelasan lain. Dalam hubungan sebab-akibat, action-reaction, stimuli-response, semuanya ini adalah satu set, rangkaian yang absolut. Disini ada peluang bagi manusia yang meragukan Tuhan. Segala yang tesentuh air, basah. Segala yang tersentuh api, panas. Segala tragedi, menimbulkan emosi haru/sedih atau tipe emosi sejenis. Mengapakah hal itu bisa demikian absolut?

Apakah yang bisa dibuat oleh manusia untuk mengubah akibat tersebut? Apakah ada manusia membuat format efek yang berbeda dari setiap gejala dari 'sebab', lain daripada yang disebut kodrat/hukum alam atau istilah
sejenisnya? Disinilah Tuhan berperan, karena Dia telah menciptakannya.
Dalam dialektika/proses yang lebih tinggi, kita boleh menyebut Tuhan-lah yang telah merangkai Universal System ini, dan Ia telah hidup didalamnya.

Dengan kondisi pikiran manusia yang memiliki kesadaran yang tinggi dan dalam keadaan bertanya-tanya, timbullah filsafat. Yang kemudian berkembang menjadi segala ilmu-ilmu turunannya, yang mencoba mengerti dan menemukan hakekat sesuatu dan apa yang terjadi di alam ini. Berarti ini sebuah relativitas manusia menghadapi absolutisme alam. Orang-orang dengan filsafat yang tinggi ada yang tetap rendah hati, menggali/mengexplore banyak hal sambil tetap berdecak kagum bagaimana Tuhan merancang ini semua.

Namun ada yang meninggalkan hakekatnya dan memasuki keraguan akan adanya Tuhan, sebab setalah sekian banyak yang ia ketahui, seakan-akan segala sesuatu telah mengikuti sebuah system yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan.

Tapi sebuah kebenaran yang absolut yang pertama adalah "tidak ada manusia yang bisa memberi penjelasan akan segala sesuatu".

Kebenaran absolut yang kedua adalah "segala sesuatu telah, sedang, dan akan terjadi demikian adanya menurut hukum alam/kodrat, dengan atau tanpa manusia bisa mengetahui/memahaminya"
yang di bold, anda sepertinya sok tau, kata siapa tidak ada yang tahu setelah mati itu seperti apa?
kalau soal ngomong doang semua juga bisa cuy ngomong setelah mati ke sana kesini tapi apakah itu merupakan kebenaran atau hanya berdasarkan katanya?
sedangkan dasar anda itu hanya berdasarkan iman semata dan hanya tertulis di kitab anda dan anda mempercayainya secara buta khan tanpa anda tahu kebenarannya apakah itu kenyataan atau ilusi.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

J.W

Quote from: joemarselo on 20 May 2010, 09:24:34 AM
::: aa'tono , wen87, dan rekan-rekan

OK mungkin saya bisa menerima kalau memang umat agama lain tidak setuju tentang konsep Tuhan. No problem, we can agree to disagree, and it's common.     Saya percaya akan Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, karena itu yang saya pelajari, temukan dan alami, dalam hidup saya shg saya jadi percaya.

Saya juga bisa percaya bahwa banyak Guru-guru besar, bahkan Guru Agung di luar K4th0l1k, dari aliran apapun, Socrates, Buddha Gautama, Hui Neng, Sakyamuni, Gandhi, atau malah yang seperti Feud dan Frederick Nitcze.
Bedanya, KEBENARAN dan Hidup Kekal.

Orang-orang bijak di bumi, mengajarkan tentang jalan atau cara membentuk sikap kita dalam menjalani hidup dibumi. Setelah itu, mati. Tidak ada yang tahu setelah mati itu seperti apa.
Namun dalam iman K4th0l1k saya, panutan saya, orang yang saya ikuti, sudah menyatakan bahwa dengan mengikuti Dia, manusia akan diselamatkan. Dan panutan saya itu telah menjalani kematian, namun Ia bisa bangkit hidup lagi. Lalu Dia terangkat ke surga, dengan menyampaikan pesan bahwa Ia akan mendahului manusia untuk mempersiapkan tempat di Rumah Bapa.

Jadi Tuhan bukan 'bersembunyi' dalam ketiadaan. Tuhan sudah secara proaktif berbuat dan berkarya dalam kehidupan manusia. Tuhan telah menunjukkan diriNya bahwa Ia ada, dan mau bersama-sama menjadi manusia. Ia memberi teladan bagaimana hidup yang taat itu, dimana Adam telah gagal menjalani hidup yang taat.

Mengenai menjadi percaya dan bukti atas apa yang dipercayai itu;

Kamu tidak bisa hanya percaya atas apa yang dialami indra fisikmu – lihat, dengar, rasa, sentuh.
Apakah sesuatu yang tidak terlihat, otomatis tidak diakui keberadaannya? Come on, ... you are way much better than that!

Ada banyak sesuatu yang tak tampak dan tak nyata secara fisik, namun ada. Seperti, cinta kepada orang tua. Mana barangnya yang disebut 'cinta kepada orang tua itu' ? tapi orang lain bisa melihat si A itu cinta kepada orang tuanya, karena A sering meluangkan waktu bersama or.tu.nya. A tidak pernah lupa menemui or.tu.nya tiap pulang kerja. Dsb ... dsb.

Masa kamu melupakan pelajaran penalaran, secara induksi dan konduksi? Kita bisa tahu sesuatu itu ada (thing is exist) dari akibatnya (by the effect) yang nyata. Kita bisa tahu sesuatu itu ada, dari penyebabnya (by the cause) yang nyata.

Now, let's talk in philosophic science.

Dalam disiplin ilmu lain, ada teori yang lebih mutakhir, teori klasik "The Big Bank", sampai teori abad ini dari Stephen Hawking, "Singularity" dalam bukunya The Brief History of Time. Tetap sama juga hasilnya bahwa tidak ada penjelasan tuntas darimana awal semua itu.

Jika dianggap terlalu sederhana dalam mengatakan "segala dari yang awal" itu adalah Tuhan, maka ada penjelasan lain. Dalam hubungan sebab-akibat, action-reaction, stimuli-response, semuanya ini adalah satu set, rangkaian yang absolut. Disini ada peluang bagi manusia yang meragukan Tuhan. Segala yang tesentuh air, basah. Segala yang tersentuh api, panas. Segala tragedi, menimbulkan emosi haru/sedih atau tipe emosi sejenis. Mengapakah hal itu bisa demikian absolut?

Apakah yang bisa dibuat oleh manusia untuk mengubah akibat tersebut? Apakah ada manusia membuat format efek yang berbeda dari setiap gejala dari 'sebab', lain daripada yang disebut kodrat/hukum alam atau istilah
sejenisnya? Disinilah Tuhan berperan, karena Dia telah menciptakannya.
Dalam dialektika/proses yang lebih tinggi, kita boleh menyebut Tuhan-lah yang telah merangkai Universal System ini, dan Ia telah hidup didalamnya.

Dengan kondisi pikiran manusia yang memiliki kesadaran yang tinggi dan dalam keadaan bertanya-tanya, timbullah filsafat. Yang kemudian berkembang menjadi segala ilmu-ilmu turunannya, yang mencoba mengerti dan menemukan hakekat sesuatu dan apa yang terjadi di alam ini. Berarti ini sebuah relativitas manusia menghadapi absolutisme alam. Orang-orang dengan filsafat yang tinggi ada yang tetap rendah hati, menggali/mengexplore banyak hal sambil tetap berdecak kagum bagaimana Tuhan merancang ini semua.

Namun ada yang meninggalkan hakekatnya dan memasuki keraguan akan adanya Tuhan, sebab setalah sekian banyak yang ia ketahui, seakan-akan segala sesuatu telah mengikuti sebuah system yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan.

Tapi sebuah kebenaran yang absolut yang pertama adalah "tidak ada manusia yang bisa memberi penjelasan akan segala sesuatu".

Kebenaran absolut yang kedua adalah "segala sesuatu telah, sedang, dan akan terjadi demikian adanya menurut hukum alam/kodrat, dengan atau tanpa manusia bisa mengetahui/memahaminya"

Just info : agar tidak malu2in diri sendiri.... yg merah tuh sama yak..

wen78

Quote from: joemarselo on 20 May 2010, 09:24:34 AM
Kamu tidak bisa hanya percaya atas apa yang dialami indra fisikmu – lihat, dengar, rasa, sentuh.
Apakah sesuatu yang tidak terlihat, otomatis tidak diakui keberadaannya? Come on, ... you are way much better than that!

Ada banyak sesuatu yang tak tampak dan tak nyata secara fisik, namun ada. Seperti, cinta kepada orang tua. Mana barangnya yang disebut 'cinta kepada orang tua itu' ? tapi orang lain bisa melihat si A itu cinta kepada orang tuanya, karena A sering meluangkan waktu bersama or.tu.nya. A tidak pernah lupa menemui or.tu.nya tiap pulang kerja. Dsb ... dsb.
Mana barangnya yang disebut 'cinta kepada orang tua itu' ? barangnya adalah karena anda melihat dengan mata kepala sendiri A sering meluangkan waktu bersama orang tuanya. karena anda melihat dengan kepala mata sendiri, anda yg menyimpulkan sendiri bahwa A cinta kepada orang tuanya.
jika anda tidak melihat dengan mata kepala sendiri apakah anda bisa menyimpulkan demikian?


Quote from: joemarselo on 20 May 2010, 09:24:34 AM
Dalam disiplin ilmu lain, ada teori yang lebih mutakhir, teori klasik "The Big Bank", sampai teori abad ini dari Stephen Hawking, "Singularity" dalam bukunya The Brief History of Time. Tetap sama juga hasilnya bahwa tidak ada penjelasan tuntas darimana awal semua itu.

Jika dianggap terlalu sederhana dalam mengatakan "segala dari yang awal" itu adalah Tuhan, maka ada penjelasan lain. Dalam hubungan sebab-akibat, action-reaction, stimuli-response, semuanya ini adalah satu set, rangkaian yang absolut. Disini ada peluang bagi manusia yang meragukan Tuhan. Segala yang tesentuh air, basah. Segala yang tersentuh api, panas. Segala tragedi, menimbulkan emosi haru/sedih atau tipe emosi sejenis. Mengapakah hal itu bisa demikian absolut?

Apakah yang bisa dibuat oleh manusia untuk mengubah akibat tersebut? Apakah ada manusia membuat format efek yang berbeda dari setiap gejala dari 'sebab', lain daripada yang disebut kodrat/hukum alam atau istilah
sejenisnya? Disinilah Tuhan berperan, karena Dia telah menciptakannya.
Dalam dialektika/proses yang lebih tinggi, kita boleh menyebut Tuhan-lah yang telah merangkai Universal System ini, dan Ia telah hidup didalamnya.

Dengan kondisi pikiran manusia yang memiliki kesadaran yang tinggi dan dalam keadaan bertanya-tanya, timbullah filsafat. Yang kemudian berkembang menjadi segala ilmu-ilmu turunannya, yang mencoba mengerti dan menemukan hakekat sesuatu dan apa yang terjadi di alam ini. Berarti ini sebuah relativitas manusia menghadapi absolutisme alam. Orang-orang dengan filsafat yang tinggi ada yang tetap rendah hati, menggali/mengexplore banyak hal sambil tetap berdecak kagum bagaimana Tuhan merancang ini semua.

Namun ada yang meninggalkan hakekatnya dan memasuki keraguan akan adanya Tuhan, sebab setalah sekian banyak yang ia ketahui, seakan-akan segala sesuatu telah mengikuti sebuah system yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan.
anda sendiri yg menyimpulkan bahwa tuhan berperan. kembali lagi ke pertanyaannya, apakah anda melihat sendiri bahwa dia sendiri menciptakannya?

saya belum pernah membaca artikel dimana para filosof berdecak kagum pada tuhan. artikel yg mana dan oleh siapa yak? Plato? Socrates?


Quote from: joemarselo on 20 May 2010, 09:24:34 AM
OK mungkin saya bisa menerima kalau memang umat agama lain tidak setuju tentang konsep Tuhan. No problem, we can agree to disagree, and it's common.
kl begitu end of discussion. agree?
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

K.K.

Quote from: joemarselo on 20 May 2010, 09:24:34 AM
[...]
Jadi Tuhan bukan 'bersembunyi' dalam ketiadaan. Tuhan sudah secara proaktif berbuat dan berkarya dalam kehidupan manusia. Tuhan telah menunjukkan diriNya bahwa Ia ada, dan mau bersama-sama menjadi manusia. Ia memberi teladan bagaimana hidup yang taat itu, dimana Adam telah gagal menjalani hidup yang taat.
Maksudnya Yesus? Boleh minta Ayat di Alkitab di mana Yesus mengatakan dirinya adalah Tuhan?


QuoteMengenai menjadi percaya dan bukti atas apa yang dipercayai itu;

Kamu tidak bisa hanya percaya atas apa yang dialami indra fisikmu – lihat, dengar, rasa, sentuh.
Apakah sesuatu yang tidak terlihat, otomatis tidak diakui keberadaannya? Come on, ... you are way much better than that!
Bukan sesuatu yang tidak dipersepsi yang tidak diakui, namun sesuatu yang tidak bermanfaat, tidak logis dan tidak konsisten.


QuoteAda banyak sesuatu yang tak tampak dan tak nyata secara fisik, namun ada. Seperti, cinta kepada orang tua. Mana barangnya yang disebut 'cinta kepada orang tua itu' ? tapi orang lain bisa melihat si A itu cinta kepada orang tuanya, karena A sering meluangkan waktu bersama or.tu.nya. A tidak pernah lupa menemui or.tu.nya tiap pulang kerja. Dsb ... dsb.

Masa kamu melupakan pelajaran penalaran, secara induksi dan konduksi? Kita bisa tahu sesuatu itu ada (thing is exist) dari akibatnya (by the effect) yang nyata. Kita bisa tahu sesuatu itu ada, dari penyebabnya (by the cause) yang nyata.
Betul, cinta tidak ada barangnya, tapi ada efeknya dirasakan. Entahlah dengan Tuhan, saya lihat semua orang bertuhan dan tidak bertuhan, sama-sama saja hidupnya.


QuoteNow, let's talk in philosophic science.

Dalam disiplin ilmu lain, ada teori yang lebih mutakhir, teori klasik "The Big Bank", sampai teori abad ini dari Stephen Hawking, "Singularity" dalam bukunya The Brief History of Time. Tetap sama juga hasilnya bahwa tidak ada penjelasan tuntas darimana awal semua itu.
Mungkin maksudnya "Big Bang"?

QuoteJika dianggap terlalu sederhana dalam mengatakan "segala dari yang awal" itu adalah Tuhan, maka ada penjelasan lain. Dalam hubungan sebab-akibat, action-reaction, stimuli-response, semuanya ini adalah satu set, rangkaian yang absolut. Disini ada peluang bagi manusia yang meragukan Tuhan. Segala yang tesentuh air, basah. Segala yang tersentuh api, panas. Segala tragedi, menimbulkan emosi haru/sedih atau tipe emosi sejenis. Mengapakah hal itu bisa demikian absolut?

Apakah yang bisa dibuat oleh manusia untuk mengubah akibat tersebut? Apakah ada manusia membuat format efek yang berbeda dari setiap gejala dari 'sebab', lain daripada yang disebut kodrat/hukum alam atau istilah
sejenisnya? Disinilah Tuhan berperan, karena Dia telah menciptakannya.
Dalam dialektika/proses yang lebih tinggi, kita boleh menyebut Tuhan-lah yang telah merangkai Universal System ini, dan Ia telah hidup didalamnya.

Dengan kondisi pikiran manusia yang memiliki kesadaran yang tinggi dan dalam keadaan bertanya-tanya, timbullah filsafat. Yang kemudian berkembang menjadi segala ilmu-ilmu turunannya, yang mencoba mengerti dan menemukan hakekat sesuatu dan apa yang terjadi di alam ini. Berarti ini sebuah relativitas manusia menghadapi absolutisme alam. Orang-orang dengan filsafat yang tinggi ada yang tetap rendah hati, menggali/mengexplore banyak hal sambil tetap berdecak kagum bagaimana Tuhan merancang ini semua.

Namun ada yang meninggalkan hakekatnya dan memasuki keraguan akan adanya Tuhan, sebab setalah sekian banyak yang ia ketahui, seakan-akan segala sesuatu telah mengikuti sebuah system yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan.

Tapi sebuah kebenaran yang absolut yang pertama adalah "tidak ada manusia yang bisa memberi penjelasan akan segala sesuatu".

Kebenaran absolut yang kedua adalah "segala sesuatu telah, sedang, dan akan terjadi demikian adanya menurut hukum alam/kodrat, dengan atau tanpa manusia bisa mengetahui/memahaminya"
Sekarang saya tidak tertarik dengan teori Tuhan ada dan tidak ada. Saya mau tanya, kalau saya percaya, untungnya apa?


No Pain No Gain

#102
Quote from: joemarselo on 20 May 2010, 09:24:34 AM
::: aa'tono , wen87, dan rekan-rekan

OK mungkin saya bisa menerima kalau memang umat agama lain tidak setuju tentang konsep Tuhan. No problem, we can agree to disagree, and it's common.    Saya percaya akan Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, karena itu yang saya pelajari, temukan dan alami, dalam hidup saya shg saya jadi percaya.

bagaimana caranya anda temukan dan alami sehingga membuat anda percaya?

QuoteSaya juga bisa percaya bahwa banyak Guru-guru besar, bahkan Guru Agung di luar K4th0l1k, dari aliran apapun, Socrates, Buddha Gautama, Hui Neng, Sakyamuni, Gandhi, atau malah yang seperti Feud dan Frederick Nitcze.
Bedanya, KEBENARAN dan Hidup Kekal.
Orang-orang bijak di bumi, mengajarkan tentang jalan atau cara membentuk sikap kita dalam menjalani hidup dibumi. Setelah itu, mati. Tidak ada yang tahu setelah mati itu seperti apa.
Namun dalam iman K4th0l1k saya, panutan saya, orang yang saya ikuti, sudah menyatakan bahwa dengan mengikuti Dia, manusia akan diselamatkan. Dan panutan saya itu telah menjalani kematian, namun Ia bisa bangkit hidup lagi. Lalu Dia terangkat ke surga, dengan menyampaikan pesan bahwa Ia akan mendahului manusia untuk mempersiapkan tempat di Rumah Bapa.

ini kan hanya kepercayaan kamu kan?  yang dibold pliss deh..

Quote Jadi Tuhan bukan 'bersembunyi' dalam ketiadaan. Tuhan sudah secara proaktif berbuat dan berkarya dalam kehidupan manusia. Tuhan telah menunjukkan diriNya bahwa Ia ada, dan mau bersama-sama menjadi manusia. Ia memberi teladan bagaimana hidup yang taat itu, dimana Adam telah gagal menjalani hidup yang taat.

bagaimana kamu tau tuhan proaktif dan berkarya dalam kehidupana manusia? trus bagaimana 'Dia" menunjukkan diri dan memberi teldan? trus dr mana anda tau adam itu ada? apakah ada peninggalan sejarah atau ajaran?
Mengenai menjadi percaya dan bukti atas apa yang dipercayai itu;

QuoteKamu tidak bisa hanya percaya atas apa yang dialami indra fisikmu – lihat, dengar, rasa, sentuh.
Apakah sesuatu yang tidak terlihat, otomatis tidak diakui keberadaannya? Come on, ... you are way much better than that!

be real bro..kita melihat sesuatu sebagaimana adanya bukan hanya dengan kapasitas indera fisik kita., tetapi melalu praktek sehingga kita dapat merasakan langsung.

QuoteAda banyak sesuatu yang tak tampak dan tak nyata secara fisik, namun ada. Seperti, cinta kepada orang tua. Mana barangnya yang disebut 'cinta kepada orang tua itu' ? tapi orang lain bisa melihat si A itu cinta kepada orang tuanya, karena A sering meluangkan waktu bersama or.tu.nya. A tidak pernah lupa menemui or.tu.nya tiap pulang kerja. Dsb ... dsb.

melihat langsung = mengalami langsung. seperti halnya rasa manis pada gula. apakah anda bisa mendeskripsikan atau menunjukkan rasa manis seperti apa tanpa mencobanya? jadi, tidak semua pembuktian yang dimaksud di buddhism berupa pembuktian fisik. anda yang harus mengalaminya.

QuoteMasa kamu melupakan pelajaran penalaran, secara induksi dan konduksi ? Kita bisa tahu sesuatu itu ada (thing is exist) dari akibatnya (by the effect) yang nyata. Kita bisa tahu sesuatu itu ada, dari penyebabnya (by the cause) yang nyata.

induksi dan deduksi bro benarnya..jangan malu2in diri sendiri bro ..gw ralat pernyataan bro ya...kita bisa melihat sesuatu ada secara utuh (sejati) dari apa yang dialami oleh kita. bukan berarti kita percaya membabi buta tanpa berdasarkan logika karena pengalaman yang kita alami dianalisa terlebih dahulu..

Now, let's talk in philosophic science.

QuoteDalam disiplin ilmu lain, ada teori yang lebih mutakhir, teori klasik "The Big Bank", sampai teori abad ini dari Stephen Hawking, "Singularity" dalam bukunya The Brief History of Time. Tetap sama juga hasilnya bahwa tidak ada penjelasan tuntas darimana awal semua itu.

Jika dianggap terlalu sederhana dalam mengatakan "segala dari yang awal" itu adalah Tuhan, maka ada penjelasan lain. Dalam hubungan sebab-akibat, action-reaction, stimuli-response, semuanya ini adalah satu set, rangkaian yang absolut. Disini ada peluang bagi manusia yang meragukan Tuhan. Segala yang tesentuh air, basah. Segala yang tersentuh api, panas. Segala tragedi, menimbulkan emosi haru/sedih atau tipe emosi sejenis. Mengapakah hal itu bisa demikian absolut?

Apakah yang bisa dibuat oleh manusia untuk mengubah akibat tersebut? Apakah ada manusia membuat format efek yang berbeda dari setiap gejala dari 'sebab', lain daripada yang disebut kodrat/hukum alam atau istilah
sejenisnya? Disinilah Tuhan berperan, karena Dia telah menciptakannya.
Dalam dialektika/proses yang lebih tinggi, kita boleh menyebut Tuhan-lah yang telah merangkai Universal System ini, dan Ia telah hidup didalamnya.

adanya sebab menyebabkan akibat..memang pada dasarnya secara sekilas terlihat absolut seperti yang bro katakan..cara pandang buddhism adalah melihat segala sesuatu / fenomena sebagaimana adanya, timbul-lenyap nya sesuatu...dengan menyadari ketidakkekekalan sesuatu,maka tidak ada yang perlu diubah dan disesalkan.
saya masih bingung dengan pernyataan anda yang dibold..hubungan pernyataan yang di bold (eksistensi tuhan) dengan pernyataan anda yang sebelumnya apa? apakah logika pernyataan anda ini yang mendasari eksistensi tuhan?

QuoteDengan kondisi pikiran manusia yang memiliki kesadaran yang tinggi dan dalam keadaan bertanya-tanya, timbullah filsafat. Yang kemudian berkembang menjadi segala ilmu-ilmu turunannya, yang mencoba mengerti dan menemukan hakekat sesuatu dan apa yang terjadi di alam ini. Berarti ini sebuah relativitas manusia menghadapi absolutisme alam. Orang-orang dengan filsafat yang tinggi ada yang tetap rendah hati, menggali/mengexplore banyak hal sambil tetap berdecak kagum bagaimana Tuhan merancang ini semua.

itu kan kamu..apa yang perlu dikagumin apabila kita masih bisa lahir dan mati ?
oya, saya ada pertanyaan untuk kamu. mengapa tuhan menciptakan manusia, sementara manusia pada suatu saat juga pasti mati? apakah tuhan ingin menguji keyakinan manusia terhadap 'dia'? bukannya tuhan maha tahu sehingga tidak perlu diuji juga pasti tau?

QuoteNamun ada yang meninggalkan hakekatnya dan memasuki keraguan akan adanya Tuhan, sebab setalah sekian banyak yang ia ketahui, seakan-akan segala sesuatu telah mengikuti sebuah system yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan.

Tapi sebuah kebenaran yang absolut yang pertama adalah "tidak ada manusia yang bisa memberi penjelasan akan segala sesuatu".

Kebenaran absolut yang kedua adalah "segala sesuatu telah, sedang, dan akan terjadi demikian adanya menurut hukum alam/kodrat, dengan atau tanpa manusia bisa mengetahui/memahaminya"

itu pemikiran kamu kan?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

dhammadinna

#103
Ada perbedaan mendasar dari berbagai agama. Ini tentang masalah kecocokan, gak bisa dipaksakan.  Diskusi ini pun melibatkan penilaian dan pendapat pribadi, belum tentu 100% mewakili apa yang diajarkan dalam agama masing-masing.

Kalo seseorang sudah berbahagia dengan agamanya, ya sudah gak usa diganggu. Kalo ada rasa penasaran tentang agama lain, kok ya begini, kok ya begitu, ya wajar. Boleh-boleh aja bertanya. Tapi setelah diterangkan begini atau begitu, kalo gak bisa menerimanya ya wajar, untuk apa dipaksakan bahwa saya rasa agama sayalah yang benar? Kembali lagi, ini masalah kecocokan. Gak mungkin dipaksakan. Tiap orang punya pola pikir yang berbeda, dan agama yang dipilihnya berarti cocok dengan pola pikirnya.

Kalo seseorang sudah bahagia dengan agamanya, orang lain pun sudah bahagia dengan agamanya, ya sudah masing-masing jalaninlah yang baik. Gak perlu disalah-salahin, dibanding-bandingkan. Trus keknya dari SD juga uda diajarin deh tentang toleransi/hormat-menghormati antarumat beragama, di pelajaran PMP alias PPKN ;D

Nevada

Diskusi yang saat ini bagus. Namun sayangnya semua sudah OOT. :)