[ask] bahaya obat penurun panas (base on Komik)

Started by ryu, 04 February 2010, 09:56:57 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Tema perawatan medis yang aku dan Sawachan dapatkan setelah melakukan wawancara langsung dengan dokter Kondo dari rumah sakit Universitas Keiou me-ngenai permasalahan perawatan medis di Jepang mendapatkan respon luar biasa dari pembaca. Terutama, orang tua yang memiliki anak yang masih kecil. "Jadi kalau demam sampai 40C juga tidak perlu ke rumah sakit?", "Jadi kalau demam, sebaiknya melakukan apa?", "Saat seperti apa sebaiknya pergi ke rumah sakit?" dan pertanyaan sejenis tentunya tak boleh kuacuhkan. Dr Kondo, bagaimana tanggapan anda? Jawab pertanyaanku ini ya


Kalau demam berkelanjutan,sebaiknya bagaimana? Menurut dokter Kondo tadi, jika demam tinggi saat terjangkit flu, percuma minum obat dan sebenarnya justru panas itu dibutuhkan, bukan?


Benar. Seperti yang sampaikan, dan akan kutegaskan lagi. Pertama-tama, influenza hanyalah merupakan salah satu jenis flu. Walau 90% penyebab masuk angin adalah virus, tetapi virus penyebab flu jenisnya ada lebih dari 200. Virus penyebab influenza pun masuk di dalamnya.

Tentu saja, anak-anak dan lansia yang Mengalami demam tinggi, staminanya menurun, tapi justru itu pula yang menimbulkan risiko lebih tinggi bila menkonsumsi obat penurun panas.
Intinya, yang terpenting mengetahui bahwa tidak ada kematian dan gangguan otak akibat demam jadi, kalau anak demam karena flu, apa yang harus dilakukan?
Pada dasarnya, mendinginkan tubuh. Paling efektif mengompres pembuluh arteri, seperti di belakang leher atau di bawah ketiak.
Selanjutnya, perhatikan asupan air minum. Lalu, jangan membuat anak lebih sengsara. jangan paksa mereka untuk selalu rebahan. Biarkan melakukan apa yang mereka suka.



Kudengar dari seorang ibu yang memiliki anak kecil anaknya mengalami demam, tubuhnya rnenggigil dan bagian putih matanya membalik. Sepertinya "sesak nafas" atau "berkelanjutan", dalam kondisi seperti itu pun, tidak perlu obat penurun panas?

Maksudmu demam kejang-kejang, ya? Kejang akibat demam biasanya hanya berlangsung selama 5 menit. jika dibiarkan kondisi tersebut akan berhenti, tidak perlu dikhawatirkan. Sebenarnya aku sendiri pernah mengalaminya saat masih kecil. Lihat saja, aku sehat walafiat begini, jadi tidak perlu khawatir.
Akan tetapi, bila kejang-kejangnya berlanjut hingga 10 menit lebih dan berulang-ulang tanpa henti, hilang kesadaran, atau kondisi abnormal lainnya, harus segera di bawa ke rumah sakit, dan penting kiranya berdiskusi dengan dokter jika memiliki penyakit bawaan (penyakit turunan)



Saat bagaimana sebaiknya kita ke rumah sakit?
Kalau dengar pembicaraan dokter ini, rasanya terdengar jangan ke rumah sakit!


Lebih baik hindari pergi berobat ke dokter dan menkonsumsi obat, padahal hanya terjangkit flu. Karena banyak dokter di jepang yang terikat prosedur standar untuk memberi obat jika menerima pasien

Sekalipun demam tinggi hingga 40°C akibat flu atau influenza, tidak akan berbahaya. Timbulnya demam adalah reaksi tubuh saat melindungi diri untuk memerangi bakteri dan virus yang menyusup ke dalam tubuh. Jika demam diturunkan dengan cara meminum obat penurun panas, mungkin tubuh akan terasa nyaman, tetapi virus pun akan lebih mudah beraktifitas. Akibatnya, proses penyembuhannya pun melambat



Mudah dimengerti. Terima kasih, dokter! Tapi, apa memang obat itu sebegitu mengerikannya?

Pada dasarnya, lebih baik berpikir bahwa obat dan efek samping tak terpisahkan. Pada obat apa pun, terdapat resiko efek samping. Jika terjangkit bakteri pneunomia atau peradangan sumsum tulang belakang tentu saja antibiotik dibutuhkan, tetapi tidak bisa dikatakan tak ada risiko efek samping karenanya. Reye's Syndrome (flu otak) yang dibahas di komik juga.
Tegasnya, gejala ini bisa muncul sekalipun bukan obat penyebabnya. Tetapi, khususnya pada kasus yang telah akut, aku berpendapat obatlah penyebab mayoritasnya.

Kuharap, masyarakat memikirkan risiko itu saat menkonsumsi obat. Kecuali pneumonia, untuk penyakit yang bisa sembuh dengan istirahat seperti flu, Justru lebih berbahaya jika menkonsumsi obat, terutama obat yang memperlambat penyembuhan seperti obat penurun panas. Di antara negara-negara maju, hanya jepang Negara yang membiarkan hal sebodoh ini tetap berlangsung.
Kutegaskan sekali lagi, penting untuk memahami bahwa [tidak ada kasus kematian akibat demam], [obat tak terpisahkan dari efek samping]. Jangan terlalu mudah pergi berobat ke dokter... sungguh memilukan bahwa aku harus mengatakan hal seperti ini.

Misalnya para dokter di Belanda, jika ada pasien yang didiagnosis terjangkit flu, mereka akan meresepkan obat dan menganjurkan 'pulang dan istirahat yang cukup' atau kembalilah jika demamnya tidak turun setelah 3 hari'.
Dengan kata lain, 3 hari itu adalah patokan standar karena flu yang disertai demam tinggi, biasanya berlangsung tidak lebih dari 3 hari Apabila demamnya berkelanjutan hingga 3 hari, lakukan pemeriksaan lanjutan baru dibuatkan resep yang tepat. Intinya, Pekerjaan seorang dokter adalah melakukan diagnosis.

Tetapi, sebagian dokter di jepang tidak seperti itu. Akibat rendahnya kemampuan diagnosis mereka, cukup banyak kasus yang menyamakan dokter dengan penjual obat. obat penurun panas, antibiotik, obat batuk, obat pilek, banyak dokter yang memberikan berbagai obat yang tak dibutuhkan, bahkan sekarang ini dipercaya ada 'obat penghilang panas'.

Tentu saja, bukan berarti semua dokter tidak benar. Dokter yang luar biasa hebat juga banyak. Masyarakat harus mampu memilah dokter mana yang paling baik. Aku merasa kasihan pada orang jepang yang harus bersusah-payah seperti itu.



Rasanya jadi kacau semua. Sedang apa para politikus itu! Ngomong-ngomong 'dok, jadi di saat seperti apa 'kita harus pergi berobat ke dokter' itu?

Para dokter di Belanda itu bisa di jadikan patokan, bukan. jika demamnya berkelanjutan hingga lebih dari 3 hari, lebih baik memeriksakan ke rumah sakit.
Lalu, untuk batuk, jika dahak kita mulai berwarna kuning atau hijau, dikhawatirkan terkena pneunomia, lebih baik periksakan ke dokter. jika mencurigai adanya gejala awal epilepsi, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Di luar itu, jika hilang kesadaran atau muncul kejadian abnormal lain, secepatnya pergilah berobat ke dokter dan minta pemeriksaan lebih lanjut.
Yah intinya, jika merasa penyakit yang diderita bukan sekedar flu, ands bisa menemui dokter. Penting diingat adalah mencari dokter yang baik dan jangan mengganggap dokter adalah penjual obat.

======================================

Kesimpulan waktu yang tepat memeriksakan diri ke dokter
Demam berkelanjutan hingga lebih dari 3 hari
Mengeluarkan dahak yang berwarna
Saat mencurigai adanya gejala tidak biasa (gejala kronis)
Selain itu, saat timbul kondisi abnormal

=========================================

Si pengarang sepertinya ada survey dan mendapatkan ini dari sumber dokter beneran.
Pertanyaan aye, benarkah hal di atas itu? soalnya ada yang masuk akal juga sih, sebenernya ada dibahas juga masalah berbahayanya antibiotik, cuma aye lupa ada di jilid berapa. (Komiknya berjudul Kunimitsu)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

40C gpp?
walah, anak gw 37,5C dah dikasih obat :(

trus kalau batuk berdahak, biasanya malah setelah minum obat jadi berwarna hijau/kuning...
kok gitu ya?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

FZ

jawabannya : benar tapi tidak tepat.

Demam dengan ditandai peningkatan suhu tubuh memang merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk memerangi mikroba apakah itu virus / bakteri dll. Namun perlu diketahui juga bahwa peningkatan suhu tubuh itu ibarat pisau bermata 2. Memang ada kemungkinan bisa membunuh kuman, namun jangan lupa tubuh kita ini juga terdiri dari sel yang mana tersusun dari protein. Apa yang terjadi kalau protein dipanaskan berlebihan ? denaturasi-lah jawabannya. Apa yang terjadi jika ada denaturasi pada sel, maka bisa menyebabkan gangguan sel, apakah terdapat gangguan sel saraf, yang mana bisa menyebabkan kejang2 terus timbulnya kejang2 akan menyebabkan suplai oksigen terhenti, dan makin merusak sel2 lainnya. Makanya tidak heran, ada yang habis demam tinggi sampai kejang timbul gangguan2 seperti lumpuh, gila, kelainan fokus pada mata, gagap, dll.

Jadi bisa disimpulkan, tubuh ini sebenarnya memiliki mekanisme "bom bunuh diri bersama mikroba". Jika mikroba serang, maka autodestuctive mode on

Di satu sisi, dikatakan jika demam turun, maka virus akan mudah kembali beraktivitas. Nah karena gak ada bom, maka mikroba bebas. itu juga gak salah. berarti mikroba bebas donk berkeliaran ? Waduh ? terus gimana ? kasih antibiotik kaga mempan karena antibiotik hanya mempan pada bakteri..

Kita balik lagi ke sistem organ, di mana manusia dilengkapi dengan sistem imunitas / dikenal dengan sistem kekebalan. Jadi jika demam turun, naikkanlah imunitas dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Percayalah pada tentara sel darah putih yang akan menyerang. Makanya banyak kasus flu akan hilang dengan sendirinya bukan ?

Lalu orang tua dilarang konsumsi obat penurun panas ? Sebenarnya juga gak relevan. Karena obat penurun panas bisa dihitung koq dosisnya agar aman bagi manula.. Misal ada gangguan fungsi hati, dihitung saja dosisnya agar aman. Mau dosis yang lebih kecil namun tetap mantap. Masukkan via anus melalui supositoria. pembuluh darah anus sangat membantu koq dalam absorbsi obat, bahkan kadang kala bisa menghindari 1st pass effect.
Andai kata, anggaplah manulanya memiliki hati yang sangat parah, tinggal pakai terapi non farmakologis, yaitu kompres

Intinya dari postingan ini. Obat memang berbahaya, makanya pakailah obat dengan smart. Jangan dikit2 minum obat. Namun kalau butuh minum obat, maka minumlah.
Membedakan apakah demam itu bisa melampaui 40'C / bisa menimbulkan kejang juga gak gampang.. Jadi ada baiknya jangan ambil resiko.. Kalau menganggap sepele, fatal akibatnya. Bekali diri dengan ketrampilan juga. Misal tidak menggunakan obat, bisa menggunakan kompres dingin, memakaikan kaos kaki agar suhu badan turun ke kaki agar merata.




ryu

Quote from: Forte on 04 February 2010, 10:34:33 PM
jawabannya : benar tapi tidak tepat.

Demam dengan ditandai peningkatan suhu tubuh memang merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk memerangi mikroba apakah itu virus / bakteri dll. Namun perlu diketahui juga bahwa peningkatan suhu tubuh itu ibarat pisau bermata 2. Memang ada kemungkinan bisa membunuh kuman, namun jangan lupa tubuh kita ini juga terdiri dari sel yang mana tersusun dari protein. Apa yang terjadi kalau protein dipanaskan berlebihan ? denaturasi-lah jawabannya. Apa yang terjadi jika ada denaturasi pada sel, maka bisa menyebabkan gangguan sel, apakah terdapat gangguan sel saraf, yang mana bisa menyebabkan kejang2 terus timbulnya kejang2 akan menyebabkan suplai oksigen terhenti, dan makin merusak sel2 lainnya. Makanya tidak heran, ada yang habis demam tinggi sampai kejang timbul gangguan2 seperti lumpuh, gila, kelainan fokus pada mata, gagap, dll.

Jadi bisa disimpulkan, tubuh ini sebenarnya memiliki mekanisme "bom bunuh diri bersama mikroba". Jika mikroba serang, maka autodestuctive mode on

Di satu sisi, dikatakan jika demam turun, maka virus akan mudah kembali beraktivitas. Nah karena gak ada bom, maka mikroba bebas. itu juga gak salah. berarti mikroba bebas donk berkeliaran ? Waduh ? terus gimana ? kasih antibiotik kaga mempan karena antibiotik hanya mempan pada bakteri..

Kita balik lagi ke sistem organ, di mana manusia dilengkapi dengan sistem imunitas / dikenal dengan sistem kekebalan. Jadi jika demam turun, naikkanlah imunitas dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Percayalah pada tentara sel darah putih yang akan menyerang. Makanya banyak kasus flu akan hilang dengan sendirinya bukan ?

Lalu orang tua dilarang konsumsi obat penurun panas ? Sebenarnya juga gak relevan. Karena obat penurun panas bisa dihitung koq dosisnya agar aman bagi manula.. Misal ada gangguan fungsi hati, dihitung saja dosisnya agar aman. Mau dosis yang lebih kecil namun tetap mantap. Masukkan via anus melalui supositoria. pembuluh darah anus sangat membantu koq dalam absorbsi obat, bahkan kadang kala bisa menghindari 1st pass effect.
Andai kata, anggaplah manulanya memiliki hati yang sangat parah, tinggal pakai terapi non farmakologis, yaitu kompres

Intinya dari postingan ini. Obat memang berbahaya, makanya pakailah obat dengan smart. Jangan dikit2 minum obat. Namun kalau butuh minum obat, maka minumlah.
Membedakan apakah demam itu bisa melampaui 40'C / bisa menimbulkan kejang juga gak gampang.. Jadi ada baiknya jangan ambil resiko.. Kalau menganggap sepele, fatal akibatnya. Bekali diri dengan ketrampilan juga. Misal tidak menggunakan obat, bisa menggunakan kompres dingin, memakaikan kaos kaki agar suhu badan turun ke kaki agar merata.




umat awam biasanya kurang mengetahui dengan benar yang disebut dokter yang baik itu seperti bagaimana.
Terkadang memang ada dokter yang memberikan obat yang saya rasa terlalu banyak, bisa memberi obat sampai 5/6 macam obat.
dari sisi pasien kadang mempunyai pikiran banyak obat pasti sembuh.
dari sisi lain ada dokter yang mengejar target dari penjual obat dari merk tertentu.

bagaimana menyikapinya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

FZ

kan ada forum ini.. sebelumnya saya sudah banyak memberikan artikel2 singkat, mana yang perlu obat, mana yang tidak perlu

seperti flu => tidak butuh antibiotik.. , tapi naikkan gizi. batuk tidak berwarna tidak perlu antibiotik, cukup pengencer dahak. batuk kering, jangan beri obat batuk yang ada expectorannya, namun beri antitusiv.

intinya seh jangan malu bertanya, termasuk pada dokternya juga. bro bayar duit ke dokter. maka bro berhak tanya. tanyakan saja apa guna obat yang diresepkannya. kalau dokter malas jawab.. mungkin bisa berpikir pindah dokter yang lebih friendly dan ramah dan mau membagi ilmu..

idealnya di saat ini yang semua kebutuhan menjadi mahal, kita juga harus pintar2.. dan hindari pemikiran banyak obat cepat sembuh.. hal itu belum tentu.. di samping itu R/ yang wajar sebenarnya hanya berkisar 5 R/ kalau kebanyakan R/ harus diwaspadai..

ryu

Quote from: Forte on 04 February 2010, 10:48:09 PM
kan ada forum ini.. sebelumnya saya sudah banyak memberikan artikel2 singkat, mana yang perlu obat, mana yang tidak perlu

seperti flu => tidak butuh antibiotik.. , tapi naikkan gizi. batuk tidak berwarna tidak perlu antibiotik, cukup pengencer dahak. batuk kering, jangan beri obat batuk yang ada expectorannya, namun beri antitusiv.

intinya seh jangan malu bertanya, termasuk pada dokternya juga. bro bayar duit ke dokter. maka bro berhak tanya. tanyakan saja apa guna obat yang diresepkannya. kalau dokter malas jawab.. mungkin bisa berpikir pindah dokter yang lebih friendly dan ramah dan mau membagi ilmu..

idealnya di saat ini yang semua kebutuhan menjadi mahal, kita juga harus pintar2.. dan hindari pemikiran banyak obat cepat sembuh.. hal itu belum tentu.. di samping itu R/ yang wajar sebenarnya hanya berkisar 5 R/ kalau kebanyakan R/ harus diwaspadai..

Ok Thanks

tambahan, apa beda obat generik dengan yang tidak, pernah ada dokter yang bilang pasti beda generik dengan yang tidak bisa dilihat dari harganya, apa dokter ini ngaco?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Pertanyaan tambahan, kadang Dokter juga bisa salah mendiagnosa penyakit tidak?
Kemudian misalnya dia memberi antibiotik yang salah, apakah ada pengaruh terhadap tubuh?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

FZ

Quote from: Forte on 02 December 2009, 06:40:02 PM
Quote from: exam on 02 December 2009, 06:24:55 PM
obat generik and non generik, bedanya apa aja sih ?

yg kita tangkap,orang awam nih
generik tidak butuh promosi, jadi tidak ada cost utk promosi

non generik lebih di push ke dokter oleh sales
jadi dokter lebih prefer push obat ini ke pasien

generik bisa jadi khasiatnya kalah sama non-generik
krn biaya r&dnya kalah sama non generik

sok tahu amat ya gw, salah semua lagi
hehehe

obat generik adalah obat yang dikemas dengan kemasan standar dan memang dijual murah karena tidak memiliki biaya iklan dll,
bahan pembantu yang digunakan adalah standar, namun bahan aktif yang digunakan sama dengan obat paten.
mengenai omset dan durasi kerja obat generik biasanya memang dibawah obat paten. Karena obat paten menggunakan bahan pembantu yang lebih baik dan tentunya telah melalui riset yang lebih mahal.

Intinya obat generik aman dikonsumsi dan tidak ada pengurangan dalam jumlah dosis obat. Hanya saja ada perbedaan waktu kinerja obat. Misal minum paracetamol biasa dengan minum panadol akan berbeda. Minum paracetamol memberikan efek 30 menit, sedangkan minum panadol memberi efek 10 menit.

Mengapa bisa beda  bukan karena jumlah dosis di panadol lebih besar. Dosisnya sama2 500 mg, hanya saja karena faktor bahan pembantu yang ada di panadol lebih baik sehingga menyebabkan zat khasiat paracetamol cepat terdisosiasi, diabsorbsi dan didistribusikan melalui darah dan akibatnya tentu lebih cepat memberikan efek.

Mengenai obat generik juga, sudah disahkan peraturan pemerintah yang paling baru PP No 51 yang dirilis pada September 2009

Dimana pada Pasal 24 ayat b disampaikan bahwa "Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien" ,,dimana pada penjelasannya dinyatakana bahwa pasal 24 ayat b ini dinyatakan bahwa "Penggantian obat merek dagang dengan obat generik yang sama dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada pasien yang kurang mampu secara finansial untuk tetap dapat membeli obat dengan mutu yang baik"..

Jadi jangan khawatir meminta obat generik ya kalau keuangan lagi susah.

link : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13994.0

FZ

Quote from: ryu on 04 February 2010, 10:58:55 PM
Pertanyaan tambahan, kadang Dokter juga bisa salah mendiagnosa penyakit tidak?
Kemudian misalnya dia memberi antibiotik yang salah, apakah ada pengaruh terhadap tubuh?
jika tidak hipersensitivitas dengan antibiotik tersebut, atau pun tidak ada kelainan organ seperti ginjal, hati dll
harusnya tidak menjadi masalah besar. menjadi masalah besar jika ada pasien yang menderita gangguan ginjal, hati, atau sedang hamil, atau hipersensitif terhadap antibiotik tertentu.. maka akibatnya bisa fatal.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

FZ