Apakah devadatta vegetarian??

Started by Juice_alpukat, 26 January 2010, 11:34:57 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Jadi kalau ada orang yang berdana daging ke Buddha karma buruk yah Juice? Bisa kasih referensi sutta nya?
Buddha makan daging kena karma buruk dong!
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Juice_alpukat

Quote from: upasaka on 27 January 2010, 09:18:23 AM
Quote from: Juice_alpukat on 27 January 2010, 09:10:15 AM
Quote from: upasaka on 27 January 2010, 08:58:00 AM
[at] Jadi kalau Anda tahu, Anda melihat dan Anda mendengar suatu barang didapatkan dengan cara merampok, dan Anda juga membelinya; Anda tidak melakukan kamma buruk. Kamma hanya berbicara dalam tataran saat kini. Saat kini adalah saat Anda membeli. Anda tidak terlibat dalam perampokan itu, jadi Anda tidak melakukan kamma buruk.

Saya pikir ini sudah OOT (Out of Topic).
sy pkr blm oot, ini brkaitan dngan membeli daging.
msl ada tempat khusus menjual hasil brng perampokan, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi merampok dan menjual,dan pergi merampok. Dmikianlah
msl ada tempat menjual objek makhluk hasil pembunuhann, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi membunuh dan menjual,dan pergi membunuh lagi. Apakah penjual sebgai pihak :
yg mengetahui adanya makhluk hdup,
yg berniat membunuh,
yg melakukan tindakan membunuh,
dan makhluk itu mati.
Makhluk2 hasil pembunuhan setiap hari  dijual sebnyak miliaran ekor di seluruh dunia, yg menjadi daging, dan miliaran orang membeli daging.
Apakah subjek pihak menjual dan membunuh makhluk mlakukan kamma buruk ?


Sudah saya bilang, yang melakukan kamma buruk adalah yang membunuh, yang mencuri. Menjual hewan dan menjual barang rampasan termasuk jenis perdagangan tidak baik.

Sedangkan membeli barang-barang itu sama sekali bukan kamma buruk.
oo i see.
ada suttanya gak bro? kalau beli barang2 hasil rampokan bukan kamma buruk? /\

Juice_alpukat

Quote from: upasaka on 27 January 2010, 09:18:23 AM
Quote from: Juice_alpukat on 27 January 2010, 09:10:15 AM
Quote from: upasaka on 27 January 2010, 08:58:00 AM
[at] Jadi kalau Anda tahu, Anda melihat dan Anda mendengar suatu barang didapatkan dengan cara merampok, dan Anda juga membelinya; Anda tidak melakukan kamma buruk. Kamma hanya berbicara dalam tataran saat kini. Saat kini adalah saat Anda membeli. Anda tidak terlibat dalam perampokan itu, jadi Anda tidak melakukan kamma buruk.

Saya pikir ini sudah OOT (Out of Topic).
sy pkr blm oot, ini brkaitan dngan membeli daging.
msl ada tempat khusus menjual hasil brng perampokan, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi merampok dan menjual,dan pergi merampok. Dmikianlah
msl ada tempat menjual objek makhluk hasil pembunuhann, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi membunuh dan menjual,dan pergi membunuh lagi. Apakah penjual sebgai pihak :
yg mengetahui adanya makhluk hdup,
yg berniat membunuh,
yg melakukan tindakan membunuh,
dan makhluk itu mati.
Makhluk2 hasil pembunuhan setiap hari  dijual sebnyak miliaran ekor di seluruh dunia, yg menjadi daging, dan miliaran orang membeli daging.
Apakah subjek pihak menjual dan membunuh makhluk mlakukan kamma buruk ?


Sudah saya bilang, yang melakukan kamma buruk adalah yang membunuh, yang mencuri. Menjual hewan dan menjual barang rampasan termasuk jenis perdagangan tidak baik.

Sedangkan membeli barang-barang itu sama sekali bukan kamma buruk.
oo i see.
ada suttanya gak bro? kalau beli barang2 hasil rampokan bukan kamma buruk? /\
Quote from: Forte on 27 January 2010, 09:21:50 AM
mungkin harus diperhatikan, selain karma baik, karma buruk ada juga yang dinamakan netral.
jadi kadang agak sulit menjawab ini karma baik / buruk, karena kadang netral2 aja, tidak buruk dan tidak juga baik

kira2 mgkn kiriya kamma. hehehe.

Juice_alpukat

Quote from: ryu on 27 January 2010, 09:35:22 AM
Jadi kalau ada orang yang berdana daging ke Buddha karma buruk yah Juice? Bisa kasih referensi sutta nya?
Buddha makan daging kena karma buruk dong!
bentar,lagi cari. ;D

Juice_alpukat

Oke all.
Kesimpulan mengenai bhiku penjilat lidah devadatta adalah ;
-tidak tahu pasti apakah beliau vegetarian apa nggak.
-dia menetapkan lima peraturan itu setelah gagal mencelakai buddha, dan itu sbgai siasat lain untk menjadi ketua sangha.

-setelah pisah dari sanggha Buddha Gotama, dia pergi menjauh membawa para bhikkhu ikut bersamanya.
-setelah pisah ,beberapa bulan kemudian dia akhirnya ingn kembali kepada Buddha untk menyatakan penyesalan, tapi niatnya tdak kesampaian.

Dan yg jelas,devadatta selama hdupnya,apakah vegetarian atau tidak,masih kabur.
Semoga tidak ada lagi umat Buddha menertawakan orang vegetarian dngan membawa2 tameng mengenai devadatta yg dianggap vegetarian.

Diskusi kita tutup sampai disini,akhir kata mari kita memanjatkan sabbe satta bhavantu sukhitata,semoga semua makhluk berbahagia.
Kalau ada yg lanjut dipersilahkan. ;D

FZ

Kesimpulan mengenai bhiku penjilat lidah devadatta adalah ;

_/\_

The Ronald

dari tetangga  :P

QuoteDari: Joni Prasetiyo, San Francisco
Bhante, sebelumnya saya minta maaf kalo pertanyaan saya kurang sopan.
Saya ada pertanyaan mengenai vegetarianisme. Menurut ajaran Buddha (Aliran Theravada) selama kita membeli daging di pasar dan memasaknya, hal itu bukanlah tindakan yang salah. Hal ini saya analogikan dengan hal berikut: Ada seseorang yang mata pencahariannya adalah merampok, tidak jarang dalam menjalankan aksinya perampok tersebut harus membunuh korbannya. Perampok tersebut selalu menjalankan aksinya di kota lain. Setelah merampas harta benda korbannya, perampok tersebut menjualnya di pasar gelap dengan harga yang miring. Kita asumsikan bahwa banyak orang yang tahu bahwa dia perampok, tapi semua diam saja bahkan banyak orang yang jadi pelanggannya karena memang harganya yang miring. Pertanyaan saya:
1. Menurut ajaran Theravada berarti saya tidak salah kalo membeli barang hasil perampokan tersebut, karena toh saya bukan yang memesan. Barang tersebut sudah ada di pasar gelap.
2. Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan bahwa menjadi vegetarian tidak akan mengurangi pembunuhan. Mengacu pada analogi perampok tadi, kalo semua orang sadar bahwa benda tersebut berasal dari orang yang terampas haknya, sehingga mereka tidak mau membeli lagi, pada akhirnya perampok tersebut akan berhenti merampok, karena dia tidak bisa menjual hasil rampokannya lagi sehingga tidak ada insentif baginya untuk meneruskan mata pencahariannya. Memang betul hanya dengan beberapa umat Buddhis menjadi vegetarian tidak akan membuat perubahan yang signifikan, tetapi bukankah lebih baik kalo kita memulai berbuat baik dari kita sendiri dulu?
3. Apakah kalo saya tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa daging berasal dari "perampokan terhadap hewan" berarti batin saya masih kotor?
Demikian pertanyaan dari saya.
Semoga semua mahkluk berbahagia.

Jawaban:
Dalam Dhamma, memang niat adalah yang menentukan karma seseorang. Karena tidak berniat melakukan pembunuhan, maka seseorang dinyatakan tidak bersalah untuk memakan daging yang ia beli sebagai bangkai di pasar. Persamaan logika tentang barang curian itu kelihatannya memang masuk akal, namun, hendaknya dimengerti pula bahwa perilaku dalam Dhamma tidak pernah melanggar hukum yang berlaku di suatu negara. Tidak adanya pelanggaran hukum negara inilah yang membuat Sang Buddha dengan 'aman' mengajar Dhamma selama 45 tahun tanpa ada permusuhan dari rakyat maupun raja.
Menurut hukum yang berlaku di suatu negara, membeli barang hasil rampokan adalah merupakan pelanggaran, maka hal ini tidak bisa pula dilakukan oleh seorang umat Buddha.
Apabila suatu ketika nanti ada negara yang memberlakukan larangan membeli bangkai hewan di pasar, maka seorang umat Buddha juga tidak boleh membeli bangkai lagi di pasar. Membeli bangkai di pasar pada saat itu akan menjadi salah menurut Dhamma.
Dengan demikian, ukuran yang dipergunakan oleh seorang umat Buddha dalam tindakan agar sesuai Dhamma adalah ukuran Buddha Dhamma dan juga sekaligus ukuran tempat ia tinggal. Singkatnya, perbuatan seseorang hendaknya ditimbang dengan Hukum Dhamma dan juga Hukum Negara.

2. Tidak menyetujui dengan pendapat bahwa 'menjadi vegetarian tidak akan mengurangi pembunuhan' tidak masalah, karena semua orang tentu mempunyai latar belakang pemikirannya sendiri. Dari latar belakang pemikirannya sendiri itulah orang akan menentukan sikap dan perbuatannya. Kalau seseorang tidak atau belum menyetujui pendapat itu, tentu saja ia akan melakukan perbuatan yang sesuai dengan ketidaksetujuannya itu. Mungkin, ia akan menjadi vegetarian. Hal itu tidak ada masalah. Hal itu juga baik, paling tidak untuk mengurangi keinginan pada makanan yang berasal dari daging.

3. Kalau dalam pikiran seseorang muncul anggapan bahwa makan daging adalah merupakan "perampokan terhadap hewan" maka tentunya ia tidak akan makan daging, dan hal itu yang menjadi dasar untuk perilaku yang dipilihnya. Pandangan itu tentunya bukan merupakan kekotoran batin, melainkan merupakan rasionalisasi dasar suatu perbuatan.
Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat.
Semoga bahagia.
Salam metta,
B. Uttamo
...

bond

#82
Quote
Intinya jangan melekat. Seorang yang memegang pandangan vegetarian, akan memilih-milih makanan dalam menjalani penghidupan sucinya. Namun seseorang yang memegang pandangan non-vegetarian, tidak akan pusing memilih-milih makanan. Ia hanya makan dari apa yang ia dapatkan. Tentunya makanan yang higienis dan tidak berbahaya.

Jadi dilihat dari unsur kemelekatannya, mana yang lebih berbahaya: "menjadi vegetarian atau menjadi non-vegetarian*"? Smiley

*non-vegetarian maksudnya adalah orang yang tidak mutlak memegang pandangan vegetarianisme; bukan artinya sebagai orang yang terobsesi pada makanan hewani.

Nurut aye mau non veg atau veg sama2 berbahaya dalam hal unsur kemelekatannya...itu dipikiran kan...jadi kata lebih berbahaya ini dan itu hanya suatu pemikiran kontroversi saja ;D

Org veg ngak susah juga dan tidak pusing memilih makanan...tergantung orgnya kan...yg non veg aja kalo ke resto juga pilih menu  ^-^. Hari ini mo masak apa ya? atau hari ini mo makan apa ya? ngak mau maka ini mau makan itu...lihat LDM dimana2  ;D

Contohnya gue ngak pusing...dan enjoy2 aja veg....yg pusing kadang pikiran org yg non veg...suka nanya "koq lu veg sih ini dan itu..." ^-^

Ada satu bhikkhu hutan Ajhan Yantra Amaro...ngak repot tuh......Beliau juga veg lho...

Sebenarnya vegetarian adalah pilihan dan bukan lah suatu kelemahan dalam pengikisan LDM...sama halnya bhikkhu memiliki sila2 pokok dan sila tambahan. Demikian jika seorang bhikkhu vegetarian tidak terhalangi dalam usaha mencapai kesucianya....yang menjadi penghalang adalah pikiran kotor...

Malahan gua liat banyak juga tuh lobhanya yg pemakan daging... ;D(bentar lagi gue dikeroyok   pemangsa nih ^-^) lobha vs dosa,  oh my God...  :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Tekkss Katsuo

btw jangan selalu mengatakan bahwa Bhikkhu Devadatta adalah penjilat lidah. kagak baik di baca. bilang aja Bhikkhu Devadata.

Nevada

Quote from: bond on 27 January 2010, 10:38:14 AM
Quote
Intinya jangan melekat. Seorang yang memegang pandangan vegetarian, akan memilih-milih makanan dalam menjalani penghidupan sucinya. Namun seseorang yang memegang pandangan non-vegetarian, tidak akan pusing memilih-milih makanan. Ia hanya makan dari apa yang ia dapatkan. Tentunya makanan yang higienis dan tidak berbahaya.

Jadi dilihat dari unsur kemelekatannya, mana yang lebih berbahaya: "menjadi vegetarian atau menjadi non-vegetarian*"? Smiley

*non-vegetarian maksudnya adalah orang yang tidak mutlak memegang pandangan vegetarianisme; bukan artinya sebagai orang yang terobsesi pada makanan hewani.

Nurut aye mau non veg atau veg sama2 berbahaya dalam hal unsur kemelekatannya...itu dipikiran kan...jadi kata lebih berbahaya ini dan itu hanya suatu pemikiran kontroversi saja ;D

Org veg ngak susah juga dan tidak pusing memilih makanan...tergantung orgnya kan...yg non veg aja kalo ke resto juga pilih menu  ^-^. Hari ini mo masak apa ya? atau hari ini mo makan apa ya? ngak mau maka ini mau makan itu...lihat LDM dimana2  ;D

Contohnya gue ngak pusing...dan enjoy2 aja veg....yg pusing kadang pikiran org yg non veg...suka nanya "koq lu veg sih ini dan itu..." ^-^

Ada satu bhikkhu hutan Ajhan Yantra Amaro...ngak repot tuh......Beliau juga veg lho...

Sebenarnya vegetarian adalah pilihan dan bukan lah suatu kelemahan dalam pengikisan LDM...sama halnya bhikkhu memiliki sila2 pokok dan sila tambahan. Demikian jika seorang bhikkhu vegetarian tidak terhalangi dalam usaha mencapai kesucianya....yang menjadi penghalang adalah pikiran kotor...

Malahan gua liat banyak juga tuh lobhanya yg pemakan daging... ;D(bentar lagi gue dikeroyok   pemangsa nih ^-^) lobha vs dosa,  oh my God...  :))

Memang benar. Dalam tataran perumah-tangga, orang yang vegetarian cenderung terkonteminasi dosa (penolakan) terhadap daging; sedangkan orang yang non-vegetarian cenderung terkontaminasi lobha (ketertarikan) terhadap daging.

Namun dalam tataran kehidupan sebagai seorang bhikkhu, menurut saya lebih baik memilih menjadi seorang non-vegetarian. Karena bhikkhu non-vegetarian lebih mudah dirawat dan tidak melekat maupun memilih-milih soal makanan. Berbeda dengan bhikkhu yang memilih menjadi seorang vegetarian. Namun di luar daripada itu, Sang Buddha sendiri memberi kebebasan kepada para bhikkhu untuk memilih tetap bervegetarian atau tidak bervegetarian. Sebab makanan tidak akan mengandung kilesa (kekotoran batin). Kilesa hanya ada di pikiran, dan pikiranlah yang dikendalikan; bukan makanan yang dipilih-pilih.

Ketika sudah mencapai Pembebasan, saya pikir seorang bhikkhu sudah tidak akan memusingkan jenis makanannya. Dengan kata lain, seorang bhikkhu itu tidak akan melekat pada makanan, menerima pemberian makanan apa adanya; maka dari itu Sang Buddha tidak menyetujui usul Devadatta.

:)

Nevada

Quote from: Juice_alpukat on 27 January 2010, 09:36:13 AM
Quote from: upasaka on 27 January 2010, 09:18:23 AM
Sudah saya bilang, yang melakukan kamma buruk adalah yang membunuh, yang mencuri. Menjual hewan dan menjual barang rampasan termasuk jenis perdagangan tidak baik.

Sedangkan membeli barang-barang itu sama sekali bukan kamma buruk.
oo i see.
ada suttanya gak bro? kalau beli barang2 hasil rampokan bukan kamma buruk? /\

Tidak ada Sutta yang secara spesifik membahas kamma apa yang muncul dari membeli barang rampokan. Namun Sang Buddha mengajarkan bahwa kamma bergantung dari kehendak (cetana). Jika Anda membeli barang rampokan dengan kehendak baik, maka perbuatan Anda adalah baik. Jika Anda membeli barang "bersih" dengan kehendak buruk, maka perbuatan Anda adalah buruk.

Sepertinya Anda sedang berusaha mencari celah-celah tertentu. Padahal judul topik ini adalah "Apakah Devadatta vegetarian??"

:)


Quote from: Juice_alpukat on 27 January 2010, 09:42:19 AM
Oke all.
Kesimpulan mengenai bhiku penjilat lidah devadatta adalah ;
-tidak tahu pasti apakah beliau vegetarian apa nggak.
-dia menetapkan lima peraturan itu setelah gagal mencelakai buddha, dan itu sbgai siasat lain untk menjadi ketua sangha.

-setelah pisah dari sanggha Buddha Gotama, dia pergi menjauh membawa para bhikkhu ikut bersamanya.
-setelah pisah ,beberapa bulan kemudian dia akhirnya ingn kembali kepada Buddha untk menyatakan penyesalan, tapi niatnya tdak kesampaian.

Dan yg jelas,devadatta selama hdupnya,apakah vegetarian atau tidak,masih kabur.
Semoga tidak ada lagi umat Buddha menertawakan orang vegetarian dngan membawa2 tameng mengenai devadatta yg dianggap vegetarian.

Diskusi kita tutup sampai disini,akhir kata mari kita memanjatkan sabbe satta bhavantu sukhitata,semoga semua makhluk berbahagia.
Kalau ada yg lanjut dipersilahkan. ;D

Saya sendiri pernah menjadi seorang vegetarian selama 2 tahun penuh. Menurut saya memilih menjalani kehidupan sebagai seorang vegetarian adalah pilihan sendiri. Tapi janganlah berpikir bahwa vegetarian adalah bukti praktik cinta-kasih terhadap hewan; karena jika kita telusuri jauh ke dalam, sebenarnya itu hanya perasaan-perasaan saja.

Salam hangat untuk teman-teman yang bervegetarian dan teman-teman yang non-vegetarian. Semoga kita bisa mengambil hal yang bermanfaat dari kisah Bhikkhu Devadatta ini.

bond

Quote from: upasaka on 27 January 2010, 02:07:46 PM
Quote from: bond on 27 January 2010, 10:38:14 AM
Quote
Intinya jangan melekat. Seorang yang memegang pandangan vegetarian, akan memilih-milih makanan dalam menjalani penghidupan sucinya. Namun seseorang yang memegang pandangan non-vegetarian, tidak akan pusing memilih-milih makanan. Ia hanya makan dari apa yang ia dapatkan. Tentunya makanan yang higienis dan tidak berbahaya.

Jadi dilihat dari unsur kemelekatannya, mana yang lebih berbahaya: "menjadi vegetarian atau menjadi non-vegetarian*"? Smiley

*non-vegetarian maksudnya adalah orang yang tidak mutlak memegang pandangan vegetarianisme; bukan artinya sebagai orang yang terobsesi pada makanan hewani.

Nurut aye mau non veg atau veg sama2 berbahaya dalam hal unsur kemelekatannya...itu dipikiran kan...jadi kata lebih berbahaya ini dan itu hanya suatu pemikiran kontroversi saja ;D

Org veg ngak susah juga dan tidak pusing memilih makanan...tergantung orgnya kan...yg non veg aja kalo ke resto juga pilih menu  ^-^. Hari ini mo masak apa ya? atau hari ini mo makan apa ya? ngak mau maka ini mau makan itu...lihat LDM dimana2  ;D

Contohnya gue ngak pusing...dan enjoy2 aja veg....yg pusing kadang pikiran org yg non veg...suka nanya "koq lu veg sih ini dan itu..." ^-^

Ada satu bhikkhu hutan Ajhan Yantra Amaro...ngak repot tuh......Beliau juga veg lho...

Sebenarnya vegetarian adalah pilihan dan bukan lah suatu kelemahan dalam pengikisan LDM...sama halnya bhikkhu memiliki sila2 pokok dan sila tambahan. Demikian jika seorang bhikkhu vegetarian tidak terhalangi dalam usaha mencapai kesucianya....yang menjadi penghalang adalah pikiran kotor...

Malahan gua liat banyak juga tuh lobhanya yg pemakan daging... ;D(bentar lagi gue dikeroyok   pemangsa nih ^-^) lobha vs dosa,  oh my God...  :))

Memang benar. Dalam tataran perumah-tangga, orang yang vegetarian cenderung terkonteminasi dosa (penolakan) terhadap daging; sedangkan orang yang non-vegetarian cenderung terkontaminasi lobha (ketertarikan) terhadap daging.

Namun dalam tataran kehidupan sebagai seorang bhikkhu, menurut saya lebih baik memilih menjadi seorang non-vegetarian. Karena bhikkhu non-vegetarian lebih mudah dirawat dan tidak melekat maupun memilih-milih soal makanan. Berbeda dengan bhikkhu yang memilih menjadi seorang vegetarian. Namun di luar daripada itu, Sang Buddha sendiri memberi kebebasan kepada para bhikkhu untuk memilih tetap bervegetarian atau tidak bervegetarian. Sebab makanan tidak akan mengandung kilesa (kekotoran batin). Kilesa hanya ada di pikiran, dan pikiranlah yang dikendalikan; bukan makanan yang dipilih-pilih.

Ketika sudah mencapai Pembebasan, saya pikir seorang bhikkhu sudah tidak akan memusingkan jenis makanannya. Dengan kata lain, seorang bhikkhu itu tidak akan melekat pada makanan, menerima pemberian makanan apa adanya; maka dari itu Sang Buddha tidak menyetujui usul Devadatta.

:)

Nah itulah perbedaan pandangan Kita...Bahwa seorang bhikkhu menjadi vegetarian adalah sila optional seperti menjalani kehidupan dhutangga yg mana mereka menjalankan sila tambahan sebagai dhutangga...apakah ini juga tidak memilih-milih dan mudah dirawat....?...kalau untuk hanya mudah dirawat sebagai alasan, maka bhikkhu tidak perlu pindapata sangat lebih mudah dirawat bukan? ;D

Kalau seorang vegetarian bukanlah karena melekat pada makanan tetapi pilihan praktek...bagaimana bhikkhu yang hanya makan dari mangkuk pattanya saja..apa ia melakat pada pattanya? atau caranya? bhikkhu yg menjalankan vinaya ketat, apakah itu juga berarti melekat pada itu semua? bhikkhu yg tidur hanya dibawah pohon, apakah itu melekat pada tempat tidur dibawah pohon?

Sebenarnya sekalipun seorang bhikkhu menjalankan non veg atau veg tidak ada hubungannya mudah dilayani atau tidak...melekat atau atau tidak....tetapi suatu pilihan dengan suatu alasan yg dapat menunjang latihan bagi si pelaku....

Sang Buddhapun memberi kebebasan artinya sah2 saja bhikkhu menjadi veg...dan jika itu menyebabkan sulit dirawat dan menambah kemelekatan Sang Buddha tentu tidak memberi kebebasan memilih veg atau non veg...nyatanya tidak ada larangan itu.

Dalam kasus devadata tentang usulan vegetarian ditolak dikarenakan motif devadata yang tidak baik tentang vegetarian dan ingin memasukannya kedalam sila pokok.....

Jadi selama masih terperangkap pada dualisme kontroversi veg dan non veg itulah yg sebenarnya telah terjebak pada kemelekatan yang sesungguhnya....kemelekatan pandangan. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

Quote from: bond on 27 January 2010, 10:38:14 AM
Quote
Intinya jangan melekat. Seorang yang memegang pandangan vegetarian, akan memilih-milih makanan dalam menjalani penghidupan sucinya. Namun seseorang yang memegang pandangan non-vegetarian, tidak akan pusing memilih-milih makanan. Ia hanya makan dari apa yang ia dapatkan. Tentunya makanan yang higienis dan tidak berbahaya.

Jadi dilihat dari unsur kemelekatannya, mana yang lebih berbahaya: "menjadi vegetarian atau menjadi non-vegetarian*"? Smiley

*non-vegetarian maksudnya adalah orang yang tidak mutlak memegang pandangan vegetarianisme; bukan artinya sebagai orang yang terobsesi pada makanan hewani.

Nurut aye mau non veg atau veg sama2 berbahaya dalam hal unsur kemelekatannya...itu dipikiran kan...jadi kata lebih berbahaya ini dan itu hanya suatu pemikiran kontroversi saja ;D

Org veg ngak susah juga dan tidak pusing memilih makanan...tergantung orgnya kan...yg non veg aja kalo ke resto juga pilih menu  ^-^. Hari ini mo masak apa ya? atau hari ini mo makan apa ya? ngak mau maka ini mau makan itu...lihat LDM dimana2  ;D

Contohnya gue ngak pusing...dan enjoy2 aja veg....yg pusing kadang pikiran org yg non veg...suka nanya "koq lu veg sih ini dan itu..." ^-^

Ada satu bhikkhu hutan Ajhan Yantra Amaro...ngak repot tuh......Beliau juga veg lho...

Sebenarnya vegetarian adalah pilihan dan bukan lah suatu kelemahan dalam pengikisan LDM...sama halnya bhikkhu memiliki sila2 pokok dan sila tambahan. Demikian jika seorang bhikkhu vegetarian tidak terhalangi dalam usaha mencapai kesucianya....yang menjadi penghalang adalah pikiran kotor...

Malahan gua liat banyak juga tuh lobhanya yg pemakan daging... ;D(bentar lagi gue dikeroyok   pemangsa nih ^-^) lobha vs dosa,  oh my God...  :))
maaf, aye bukan buto maka aye gak ikutan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: bond on 27 January 2010, 09:18:36 PM
Nah itulah perbedaan pandangan Kita...Bahwa seorang bhikkhu menjadi vegetarian adalah sila optional seperti menjalani kehidupan dhutangga yg mana mereka menjalankan sila tambahan sebagai dhutangga...apakah ini juga tidak memilih-milih dan mudah dirawat....?...kalau untuk hanya mudah dirawat sebagai alasan, maka bhikkhu tidak perlu pindapata sangat lebih mudah dirawat bukan? ;D

Kalau seorang vegetarian bukanlah karena melekat pada makanan tetapi pilihan praktek...bagaimana bhikkhu yang hanya makan dari mangkuk pattanya saja..apa ia melakat pada pattanya? atau caranya? bhikkhu yg menjalankan vinaya ketat, apakah itu juga berarti melekat pada itu semua? bhikkhu yg tidur hanya dibawah pohon, apakah itu melekat pada tempat tidur dibawah pohon?

Sebenarnya sekalipun seorang bhikkhu menjalankan non veg atau veg tidak ada hubungannya mudah dilayani atau tidak...melekat atau atau tidak....tetapi suatu pilihan dengan suatu alasan yg dapat menunjang latihan bagi si pelaku....

Sang Buddhapun memberi kebebasan artinya sah2 saja bhikkhu menjadi veg...dan jika itu menyebabkan sulit dirawat dan menambah kemelekatan Sang Buddha tentu tidak memberi kebebasan memilih veg atau non veg...nyatanya tidak ada larangan itu.

Dalam kasus devadata tentang usulan vegetarian ditolak dikarenakan motif devadata yang tidak baik tentang vegetarian dan ingin memasukannya kedalam sila pokok.....

Jadi selama masih terperangkap pada dualisme kontroversi veg dan non veg itulah yg sebenarnya telah terjebak pada kemelekatan yang sesungguhnya....kemelekatan pandangan. _/\_

Saya pikir topik ini sudah selesai. Konteks pembahasan mengenai bhikkhu yang bervegetarian atau yang tidak bervegetarian bisa kita diskusikan di topik lain saja.

_/\_


Tekkss Katsuo

Quote from: upasaka on 27 January 2010, 10:09:12 PM
Quote from: bond on 27 January 2010, 09:18:36 PM
Nah itulah perbedaan pandangan Kita...Bahwa seorang bhikkhu menjadi vegetarian adalah sila optional seperti menjalani kehidupan dhutangga yg mana mereka menjalankan sila tambahan sebagai dhutangga...apakah ini juga tidak memilih-milih dan mudah dirawat....?...kalau untuk hanya mudah dirawat sebagai alasan, maka bhikkhu tidak perlu pindapata sangat lebih mudah dirawat bukan? ;D

Kalau seorang vegetarian bukanlah karena melekat pada makanan tetapi pilihan praktek...bagaimana bhikkhu yang hanya makan dari mangkuk pattanya saja..apa ia melakat pada pattanya? atau caranya? bhikkhu yg menjalankan vinaya ketat, apakah itu juga berarti melekat pada itu semua? bhikkhu yg tidur hanya dibawah pohon, apakah itu melekat pada tempat tidur dibawah pohon?

Sebenarnya sekalipun seorang bhikkhu menjalankan non veg atau veg tidak ada hubungannya mudah dilayani atau tidak...melekat atau atau tidak....tetapi suatu pilihan dengan suatu alasan yg dapat menunjang latihan bagi si pelaku....

Sang Buddhapun memberi kebebasan artinya sah2 saja bhikkhu menjadi veg...dan jika itu menyebabkan sulit dirawat dan menambah kemelekatan Sang Buddha tentu tidak memberi kebebasan memilih veg atau non veg...nyatanya tidak ada larangan itu.

Dalam kasus devadata tentang usulan vegetarian ditolak dikarenakan motif devadata yang tidak baik tentang vegetarian dan ingin memasukannya kedalam sila pokok.....

Jadi selama masih terperangkap pada dualisme kontroversi veg dan non veg itulah yg sebenarnya telah terjebak pada kemelekatan yang sesungguhnya....kemelekatan pandangan. _/\_

Saya pikir topik ini sudah selesai. Konteks pembahasan mengenai bhikkhu yang bervegetarian atau yang tidak bervegetarian bisa kita diskusikan di topik lain saja.

_/\_




Guru Bond memang mantapppppppp