Apakah devadatta vegetarian??

Started by Juice_alpukat, 26 January 2010, 11:34:57 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Jerry

Praktek makan daging bentuk cinta kasih juga koq. Kalo ngga dimakan, bisa berbahaya bagi keseimbangan ekosistem, para hewan pemakan sayur bertambah banyak merajalela ditambah manusia yang vegetarian juga. Coba bayangin babi tambah banyak. Wah flu babi ke mana-mana :whistle:
appamadena sampadetha

Indra

Quote from: Jerry on 26 January 2010, 08:23:31 PM
Praktek makan daging bentuk cinta kasih juga koq. Kalo ngga dimakan, bisa berbahaya bagi keseimbangan ekosistem, para hewan pemakan sayur bertambah banyak merajalela ditambah manusia yang vegetarian juga. Coba bayangin babi tambah banyak. Wah flu babi ke mana-mana :whistle:

maksud loe?

Tekkss Katsuo

Quote from: Jerry on 26 January 2010, 08:23:31 PM
Praktek makan daging bentuk cinta kasih juga koq. Kalo ngga dimakan, bisa berbahaya bagi keseimbangan ekosistem, para hewan pemakan sayur bertambah banyak merajalela ditambah manusia yang vegetarian juga. Coba bayangin babi tambah banyak. Wah flu babi ke mana-mana :whistle:

byk alasannnn. :))  . blg aja suka makan daging =)) ,,,, lagian tdk mungkin semua org bisa vegetarian, imposible mission. karena sayuran bakal ga mencukupi, lahan kan makin berkurang karena dibuat pemukiman dan lain lain

Nevada

#63
Quote from: ryu on 26 January 2010, 08:08:49 PM
Quote from: bond on 26 January 2010, 07:32:21 PM
Quote
Lagipula mengambil gaya hidup bervegetarian pun sepertinya terperangkap dalam jaring "dosa mula citta", seperti yang disebutkan Bro Ryu.

Keknya yg mengambil gaya hidup non vegetarian pun sepertinya terperangkap dalam jaring 'Lobha mula citta".  ;D
Jadi sepertinya banyak yg terperangkap jaring2 sensasi lho 8)
makanya Buddha mengajarkan jangan terperangkap terhadap ektrim vege or non vege.

[at] Bond

;D

Intinya jangan melekat. Seorang yang memegang pandangan vegetarian, akan memilih-milih makanan dalam menjalani penghidupan sucinya. Namun seseorang yang memegang pandangan non-vegetarian, tidak akan pusing memilih-milih makanan. Ia hanya makan dari apa yang ia dapatkan. Tentunya makanan yang higienis dan tidak berbahaya.

Jadi dilihat dari unsur kemelekatannya, mana yang lebih berbahaya: "menjadi vegetarian atau menjadi non-vegetarian*"? :)

*non-vegetarian maksudnya adalah orang yang tidak mutlak memegang pandangan vegetarianisme; bukan artinya sebagai orang yang terobsesi pada makanan hewani.


Quote from: The Ronald on 26 January 2010, 07:45:37 PM
Quote from: Juice_alpukat on 26 January 2010, 07:41:59 PM
woukeihlah bro upasaka, menurut anda,apakah membuka industri ( menjual daging hewan ) termasuk karma buruk?
coba cek di "bermata pencaharian yang benar" :D

[at] Juice_alpukat

Ya, memang membuka industri pejagalan hewan (menjual daging hewan) termasuk dalam salah satu jenis perdagangan yang seharusnya dihindari menurut pandangan Buddhisme.

Dikatakan sebaiknya dihindari, sebab jenis perdagangan ini meletakkan hewan sebagai objek komersil. Apalagi hewan yang menjadi bahan perdagangan ini dianiya; misalnya untuk mengambil daging, bulu, susu, sarang, bagian tubuh lainnya, dsb. Menjalankan jenis perdagangan ini merupakan bentuk eksploitasi manusia terhadap hewan, sehingga melahirkan beragam kekerasan dan pelanggaran sila (moralitas). Inilah yang harus dihindari, bukan memakan daging.

Selain memperdagangkan hasil olahan dari hewan, menjual hewan dalam keadaan hidup itu sendiri juga merupakan jenis perdagangan yang sebaiknya dihindari. Dalam hal ini, menjual hewan ternak, menjual ikan hias, menjual burung, dsb. merupakan termasuk dalam jenis perdagangan ini. Ini juga yang seharusnya dihindari. Dalam pandangan Buddhisme, menjual makhluk-makhluk itu adalah tidak baik. Namun bila Anda membeli hewan ternak, membeli ikan hias, membeli burung, dsb. untuk kemudian Anda rawat dengan baik, itu bukan merupakan perbuatan buruk. Demikian pula seperti memakan daging. :)

Sebagai referensi tambahan, berikut ini saya cantumkan petikan Amagandha Sutta dari Sutta Nipata - Khudaka Nikaya...

---------------

Suatu ketika Sang Buddha Gotama didatangi oleh seorang petapa vegetarian. Petapa vegetarian itu bertanya kepada Sang Buddha apakah Beliau adalah seorang "amagandha" atau bukan. Sang Buddha kemudian bertanya balik tentang apakah yang dimaksud dengan "amagandha" itu. Petapa vegetarian itu menjawab bahwa "amagandha" artinya adalah "bau amis, bau daging"; yang secara komprehensif dapat diartikan bahwa "amagandha" adalah hal yang bau, kotor, jijik, dan menodai kehidupan suci. Setelah itu, Sang Buddha Gotama membabarkan khotbah kepada petapa vegetarian itu. Dalam kesempatan ini, Sang Buddha Gotama mengulang khotbah yang pernah dibabarkan oleh Buddha Kassapa kepada Petapa Tissa. Demikianlah khotbah-Nya...


Petapa Tissa berkata:

1. Orang bajik yang makan padi-padian, buncis dan kacang-kacangan, dedaunan dan akar-akaran yang dapat dimakan, serta buah dari tanaman rambat apapun yang diperoleh dengan benar; tidak akan berbohong karena kesenangan indria. (239)

2. Oh, Kassapa, Engkau memakan makanan apapun yang diberikan orang lain, yang disiapkan dengan baik, diatur dengan indah, bersih dan menarik; dia yang menikmati makanan seperti itu, yang terbuat dari nasi, berarti makan [daging yang membusuk, yang mengeluarkan] bau busuk. (240)

3. Oh, Brahmana, walaupun Engkau mengatakan bahwa serangan bau busuk itu tidak berlaku bagi-Mu sementara Engkau makan nasi dengan unggas yang disiapkan dengan baik, tetapi aku bertanya pada-Mu apa arti ini: "Seperti apa yang Engkau sebut bau busuk itu?" (241)


Buddha Kassapa berkata:

4. Mengambil kehidupan (membunuh), memukul, melukai, mengikat, mencuri, berbohong, menipu, pengetahuan yang tak berharga, berhubungan intim dengan objek yang salah; inilah bau busuk, bukan memakan daging. (242)

5. Di dunia ini, para individu yang tidak terkendali dalam kesenangan indria, yang serakah terhadap hal yang manis, yang berhubungan dengan tindakan-tindakan yang tidak murni, yang memiliki pandangan keliru, yang jahat, yang sulit diikuti; inilah bau busuk, bukan memakan daging. (243)

6. Di dunia ini, mereka yang kasar, sombong, memfitnah, berkhianat, tidak ramah, sangat egois, pelit, dan tidak memberi kepada siapa pun; inilah bau busuk, bukan memakan daging. (244)

7. Kemarahan, kesombongan, kekeras-kepalaan, permusuhan, penipuan, kedengkian, suka membual, egoisme, bergaul dengan yang tidak bermoral; inilah bau busuk, bukan memakan daging. (245)

8. Mereka yang memiliki moral yang buruk, menolak membayar hutang, suka memfitnah, tidak jujur dalam usaha mereka, suka berpura-pura, mereka yang di dunia ini menjadi orang yang teramat keji dan melakukan hal-hal salah seperti itu; inilah bau busuk, bukan memakan daging. (246)

9. Mereka yang di dunia ini tidak terkendali terhadap makhluk hidup, yang cenderung melukai setelah mengambil harta milik mereka, yang tidak bermoral, kejam, kasar, tidak memiliki rasa hormat; inilah bau busuk, bukan memakan daging. (247)

10. Mereka yang menyerang makhluk hidup karena keserakahan atau rasa permusuhan dan selalu cenderung jahat, akan menuju ke kegelapan setelah kematian dan jatuh terpuruk ke dalam alam-alam yang menyedihkan; inilah bau busuk, bukan memakan daging. (248)

11. Tidak memakan ikan dan daging, tidak memakai pakaian, mencukur kepala, berambut kusut, melumuri diri dengan abu, memakai pakaian yang kasar, melakukan pemujaan; tak satu pun dari berbagai bentuk praktik itu yang dilakukan untuk tujuan tidak sehat, termasuk pula melafalkan mantra-mantra pemujaan, persembahan dalam ritual, penyembelihan korban maupun puasa dalam jangka waktu tertentu; yang bisa memurnikan seseorang dari keraguan-raguannya. (249)

12. Dia yang hidup dengan indria yang terjaga dan terkendali, serta telah mantap di dalam Dhamma, akan bergembira dengan kehidupan yang lurus dan lemah-lembut; yang sudah melampaui kemelekatan dan mengatasi kesengsaraan; orang bijaksana itu tidak melekat pada apa yang dilihat dan didengar. (250)

13. Demikianlah Buddha Kassapa mengkhotbahkan hal ini berulang-ulang. Petapa yang pandai dalam menguasai mantra-mantra itu kemudian memahaminya. Orang suci yang telah terbebas dari kekotoran batin, tidak melekat dan sulit diikuti, menyampaikan (khotbah) ini dalam bait-bait yang indah. (251)

14. Maka, setelah mendengarkan kata-kata indah yang mengakhiri semua penderitaan, yang diucapkan oleh Sang Buddha yang telah terbebas dari kekotoran batin, dia menghormati Sang Tathagata dengan segala kerendahan hati dan memohon untuk diterima masuk ke dalam Sangha di tempat itu juga. (252)

Jerry

Quote from: Indra on 26 January 2010, 10:25:19 PM
maksud loe?
maksudnya kita "harus" makan babi, tul ga Om? :D

Quote from: Tekkss Katsuo on 26 January 2010, 10:34:23 PM
byk alasannnn. :))  . blg aja suka makan daging =)) ,,,, lagian tdk mungkin semua org bisa vegetarian, imposible mission. karena sayuran bakal ga mencukupi, lahan kan makin berkurang karena dibuat pemukiman dan lain lain
Emang. Menghadapi yang ngga masuk akal ya dengan yang ga masuk akal juga. >:D

appamadena sampadetha

ryu

Quote from: Jerry on 26 January 2010, 11:19:05 PM
Quote from: Indra on 26 January 2010, 10:25:19 PM
maksud loe?
maksudnya kita "harus" makan babi, tul ga Om? :D

Quote from: Tekkss Katsuo on 26 January 2010, 10:34:23 PM
byk alasannnn. :))  . blg aja suka makan daging =)) ,,,, lagian tdk mungkin semua org bisa vegetarian, imposible mission. karena sayuran bakal ga mencukupi, lahan kan makin berkurang karena dibuat pemukiman dan lain lain
Emang. Menghadapi yang ngga masuk akal ya dengan yang ga masuk akal juga. >:D


:hammer: PEMBENARAN!!!
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: Juice_alpukat on 26 January 2010, 05:28:55 PM
Sepengetahuanku, tatkala devadatta mengusulkan lima peraturan tsb,sang Budha tidak menolak tpi juga tidak menerima,dan menganggap kalau ada yg sanggup boleh dilakukan.
Jadi menurutku ajaran Sang Buddha tidaklah salah dalam hal 4 peraturan tsb.
Dan devadatta terlhat extrim dan aturan tsb seperti penyiksaan diri.
Untuk point kelima,aturan tidak makan daging dan ikan belon tentu salah lho.
Karna Sang Buddha juga sudah berdialog dngan bhku kassapa mengenai makan daging, kasyapa bertanya mengapa dulu sang Buddha memperbolehkan tiga daging bersyarat, sekarang malah semua daging tidak boleh? Buddha berkata itu perlu penyesuaian dan perlahan untk meninggalkan kebiasaan.


Kisah Perpecahan Sangha

DHAMMAPADA XII, 7

        Pada suatu kesempatan, ketika Sang Buddha sedang memberikan khotbah di Vihara Veluvana, Devadatta datang kepadanya dan menyarankan bahwa Sang Buddha kini telah menjadi tua, seharusnya tugas-tugas kepemimpinan Sangha diserahkan kepada Devadatta. Tetapi Sang Buddha menolak permintaannya, menegurnya, dan menyebutnya "penjilat lidah" (khelasika). Sejak saat itu, Devadatta sangat membenci Sang Buddha. Ia bahkan berusaha membunuh Sang Buddha sebanyak tiga kali, tetapi selalu gagal, kemudian Devadatta mencoba taktik lain. Kali ini ia datang kehadapan Sang Buddha dan mengajukan lima peraturan untuk para bhikkhu untuk dilakukan sepanjang hidupnya.

Ia mengajukan:

1. Para bhikkhu harus tinggal di hutan.
 
2. Para bhikkhu harus hidup dengan makanan yang hanya diterima pada saat pindapatta.
 
3. Mereka harus mengenakan jubah yang hanya terbuat dari potongan kain yang diperoleh dari tumpukan sampah.
 
4. Mereka harus berdiam di bawah pohon dan
 
5. Mereka tidak boleh memakan ikan atau daging.
 
        Sang Buddha tidak menolak terhadap peraturan tersebut dan tidak keberatan terhadap siapa yang sanggup melakukannya, tetapi dengan berbagai pertimbangan yang benar, Beliau tidak menetapkan peraturan itu untuk para bhikkhu secara keseluruhan.

        Devadatta menuntut bahwa peraturan yang diajukannya lebih baik daripada peraturan yang telah ada, dan beberapa bhikkhu baru sepakat dengannya.

        Suatu hari, Sang Buddha bertanya kepada Devadatta apakah benar bahwa ia berusaha membuat perpecahan dalam Sangha, dan ia mengakui bahwa hal itu benar. Sang Buddha memperingatkannya bahwa perbuatan itu adalah suatu perbuatan buruk yang serius, tetapi Devadatta tidak memperdulikan peringatan itu. Setelah itu Devadatta bertemu dengan Ananda Thera pada saat berpindapatta di Raja Gaha.

        Devadatta berkata kepada Ananda Thera, "Ananda mulai hari ini, saya akan melakukan kegiatan uposatha, dan menjalankan tugas-tugas Sangha secara terpisah, tidak tergantung kepada Sang Buddha dan pasamuan bhikku-bhikkhu".

        Sekembalinya dari pindapatta, Ananda Thera memberitahu Sang Buddha apa yang telah dikatakan oleh Devadatta.

        Mendengar hal itu, Sang Buddha menjelaskan, "Devadatta melakukan kesalahan yang sangat serius, perbuatan itu akan menyebabkan ia terlahir ke alam Neraka Avici. Bagi orang yang bersifat baik, sangatlah mudah melakukan perbuatan baik dan sulit berbuat jahat, tetapi orang yang jahat, sangatlah mudah berbuat jahat dan sulit melakukan perbuatan baik. Memang, dalam hidup ini adalah mudah untuk melakukan suatu yang tidak bermanfaat, tetapi sulit untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 163 berikut:

Sungguh mudah untuk melakukan hal-hal yang buruk dan tak bermanfaat, tetapi sungguh sulit untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri.

        Kemudian pada hari Uposatha, Devadatta diikuti oleh lima ratus bhikkhu-bhikkhu suku Vajji, memisahkan diri dari Pasamuan Sangha, dan pergi ke Gayasisa. Akan tetapi ketika dua murid utama, Sariputta dan Maha Moggallana pergi menemui para bhikkhu pengikut Devadatta, dan berbicara kepada mereka. Mereka menyadari kesalahannya, sehingga banyak di antara mereka yang kembali bersama dua murid utama kepada Sang Buddha.***
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Juice_alpukat

Woikeh,trmaksh ats pndapat sobat dharma skalian.
misal , perompak menjual barang2 hasil rompakan, dan kita membeli barang2 hasil rampokan,apakh itu trmask karma buruk?
Kategori pencurian;
adanya objek,
mengetahui ada objek,
berniat mengambil objek,
melakukan tindakan ,
objek brhasil dicuri.

Lalu dia jual,kita tahu itu objek rampasan, tapi kita beli,karna :
tidak melhat,
tidak mendngar dan
tidak menduga.
Karna dibeli,dia mndapat keuntungan,besok dia merampok lagi, kita beli lagi,dn strusny.
Apakah sbgai pembeli hasil rampokan itu karma buruk?

The Ronald

penadah yah?
tp yg aneh bagai mana kmu tau itu hasil rampokan?
...

Juice_alpukat

kalau tahu itu hasil rampokan, gmana ya kalau kita beli apakh ada karma buruk?
Kalau tidak tahu itu hasil rampokan gmana kalau kita beli apakah ada karma bruk?

Nevada

[at] Juice_alpukat

Sebenarnya mengetahui, melihat dan mendengar orang lain melakukan pembunuhan atau mencuri bukanlah kamma buruk. Para bhikkhu dilarang memakan daging apabila mengetahui, mendengar dan melihat hewan itu dibunuh untuknya; karena itu merupakan sikap tidak baik di mana bhikkhu itu diam saja ketika menyadari ada makhluk lain yang mati untuknya. Ini yang ditekankan oleh Sang Buddha. Namun yang jelas bukan kamma buruk. Kebiasaan umat Buddha adalah sedikit-dikit bawa-bawa istilah "kamma buruk" atau "kamma baik".

Lagipula sebagai perumah-tangga, tidak ada peraturan 3 syarat itu. Jadi kalau Anda tahu, Anda melihat dan Anda mendengar suatu barang didapatkan dengan cara merampok, dan Anda juga membelinya; Anda tidak melakukan kamma buruk. Kamma hanya berbicara dalam tataran saat kini. Saat kini adalah saat Anda membeli. Anda tidak terlibat dalam perampokan itu, jadi Anda tidak melakukan kamma buruk.

Saya pikir ini sudah OOT (Out of Topic).

The Ronald

Quote from: Juice_alpukat on 27 January 2010, 08:36:55 AM
kalau tahu itu hasil rampokan, gmana ya kalau kita beli apakh ada karma buruk?
Kalau tidak tahu itu hasil rampokan gmana kalau kita beli apakah ada karma bruk?
baik yg tidak tau, maupun yg tau.. terus beli ke 2-2 nya bisa di tahan di kantor polisi (menurut anda itu kamma buruk ato baik)
bagi yg tau itu barang curian, lebih mudah menghindari untuk menjadi penadah
bagi yg tidak tau lebih sulit, dan dia mungkin akan menjadi penadah terus2an
masalahnya di kantor polisi ntar di tanya lebih macam2
jelas karena harganya murah dll, dan mungkin karena ketidak tahuannya dia telah menjadi penadah besar
baik yg tau , dan tidak tau..kemudian membeli.. ke 2-2nya mempunyai effeck buruk
makanya kebijaksaan juga harus di tingkatkan
sila saja tidak lah cukup
...

Juice_alpukat

Quote from: upasaka on 27 January 2010, 08:58:00 AM
[at] Jadi kalau Anda tahu, Anda melihat dan Anda mendengar suatu barang didapatkan dengan cara merampok, dan Anda juga membelinya; Anda tidak melakukan kamma buruk. Kamma hanya berbicara dalam tataran saat kini. Saat kini adalah saat Anda membeli. Anda tidak terlibat dalam perampokan itu, jadi Anda tidak melakukan kamma buruk.

Saya pikir ini sudah OOT (Out of Topic).
sy pkr blm oot, ini brkaitan dngan membeli daging.
msl ada tempat khusus menjual hasil brng perampokan, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi merampok dan menjual,dan pergi merampok. Dmikianlah
msl ada tempat menjual objek makhluk hasil pembunuhann, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi membunuh dan menjual,dan pergi membunuh lagi. Apakah penjual sebgai pihak :
yg mengetahui adanya makhluk hdup,
yg berniat membunuh,
yg melakukan tindakan membunuh,
dan makhluk itu mati.
Makhluk2 hasil pembunuhan setiap hari  dijual sebnyak miliaran ekor di seluruh dunia, yg menjadi daging, dan miliaran orang membeli daging.
Apakah subjek pihak menjual dan membunuh makhluk mlakukan kamma buruk ?

Nevada

Quote from: Juice_alpukat on 27 January 2010, 09:10:15 AM
Quote from: upasaka on 27 January 2010, 08:58:00 AM
[at] Jadi kalau Anda tahu, Anda melihat dan Anda mendengar suatu barang didapatkan dengan cara merampok, dan Anda juga membelinya; Anda tidak melakukan kamma buruk. Kamma hanya berbicara dalam tataran saat kini. Saat kini adalah saat Anda membeli. Anda tidak terlibat dalam perampokan itu, jadi Anda tidak melakukan kamma buruk.

Saya pikir ini sudah OOT (Out of Topic).
sy pkr blm oot, ini brkaitan dngan membeli daging.
msl ada tempat khusus menjual hasil brng perampokan, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi merampok dan menjual,dan pergi merampok. Dmikianlah
msl ada tempat menjual objek makhluk hasil pembunuhann, kita membeli dan tiap kali membeli,dan pelaku pun menjual dan pergi membunuh dan menjual,dan pergi membunuh lagi. Apakah penjual sebgai pihak :
yg mengetahui adanya makhluk hdup,
yg berniat membunuh,
yg melakukan tindakan membunuh,
dan makhluk itu mati.
Makhluk2 hasil pembunuhan setiap hari  dijual sebnyak miliaran ekor di seluruh dunia, yg menjadi daging, dan miliaran orang membeli daging.
Apakah subjek pihak menjual dan membunuh makhluk mlakukan kamma buruk ?


Sudah saya bilang, yang melakukan kamma buruk adalah yang membunuh, yang mencuri. Menjual hewan dan menjual barang rampasan termasuk jenis perdagangan tidak baik.

Sedangkan membeli barang-barang itu sama sekali bukan kamma buruk.

FZ

mungkin harus diperhatikan, selain karma baik, karma buruk ada juga yang dinamakan netral.
jadi kadang agak sulit menjawab ini karma baik / buruk, karena kadang netral2 aja, tidak buruk dan tidak juga baik