Grand Puja Avalokiteshvara 1000 Persembahan & Naga Puja

Started by Neverdiez, 25 January 2010, 07:35:04 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Neverdiez

Grand Puja Avalokiteshvara 1000 Persembahan & Naga Puja


Di dunia ini, mantra 6 suku kata merupakan latihan yang paling sesuai untuk orang awam. Sang Buddha telah mengajarkan 84.000 pintu Dharma, dan jika semua ajaran ini dirangkumkan, maka rangkuman itu adalah Mantra 6 Suku kata. Kita telah mengalami kelahiran yang tak terhitung lagi dalam samsara, dan tiap kali terlahir dalam samsara, kita melakukan banyak sekali karma negatif, serta pelanggaran sila dan sumpah.
Grand Puja yang diadakan kali ini mengangkat tema Bodhisattva Avalokiteshvara berguna untuk memurnikan semua kemunduran, pelanggaran dan kekotoran batin.

Tadi adalah sinopsis singkat tentang Grand Puja ini, dan sekarang saya ingin terangkan secara singkat tentang kegiatan-kegiatan dalam Grand Puja ini. ( Untuk lebih lengkap, silahkan lihat di brosur yang ada di spoiler akhir post ini, sambil menunggu loading gambar brosur, tulisan berikut silahkan dibaca :) )

Hayagriva
Hayagriva merupakan wujud murka/menyeramkan dari Bodhisattva Avalokiteshvara dan dipercaya juga mempunyai 108 wujud lainnya. Wujud murka ini ditujukan untuk mengatasi keburukan-keburukan seperti nafsu indra, kebodohan, kebencian, kesombongan dan keserakahan. Dengan menerima inisiasi dan berkah dari inisiasi ini, seseorang cepat menghilangkan semua sumber penyakit dan ketidakberuntungan, semua ilmu hitam akan dihilangkan, harapan seseorang akan terpenuhi dan dengan mudah berlatih Dharma - Pengumpulan kebajikan tak terbatas dan pada akhirnya mencapai Pencerahan.

Puja Torma Pengganti Tubuh
Dengan menggunakan torma orang-orangan dan banyak jenis torma lainnya, yang akan mewakili penderitaan kita, sebagaimana yang diinginkan setan dan pengikutnya. Ketika torma-torma ini dibuang, visualisasikan bahwa semua rintangan karma dan hutang karma kita mengikutinya dan tidak akan pernah kembali lagi ke kita.

Pao Phing/Guci Berkah Raja Naga
Manusia selalu mengotori lingkungan dengan sampah-sampah yang dibuang setiap harinya seperti kotoran kimia, darah, bangkai binatang, senjata perang dan sebagainya. Oleh karena itu Dewa Naga membuat Dewa Naga kurang menyukai manusia. Dalam upaya menunjukkan ketidak sukaannya, Dewa Naga menciptakan bencana seperti Tsunami, Gempa bumi, dan bencana alam lainnya. Persembahan ini sebagai usaha mengurangi kebencian Dewa Naga terhadap manusia. Kebajikan dari persembahan ini sangat besarm diharapkan para umat bisa mengambil kesempatan ini dengan mendukung dan berpatisipasi dalam puja ini.

Puja Chau Tu
Upacara ini akan memberikan berkah yang sangat besar kepada yang telah meninggal dan menciptakan sebab dan kondisi untuk pembebasan bagi mereka. Doa dalam puja ini juga merupakan suatu persembahan bantuan kepada makhluk yang berada pada tahap antara kematian dan kelahiran kembali. Semoga makhluk-makhluk yang telah meninggal dan memiliki hutang karma terbebaskan menuju alam alam yang lebih tinggi dan tanah suci Buddha melalui jasa kebaikan anda.

Lokasi : Restaurant Nelayan Hall B Jl. Karang Bolong No. 6 Jakarta Utara


Jadwal Puja
Sabtu, 27 Februari 2010

15.00 - 17.00 WIB   Puja Avalokiteshvara 1000 Persembahan
                          Puja Pemberkahan Pao Phing / Guci Berkah Raja Naga

19.00 - 21.00 WIB  Inisiasi Avalokiteshvara

Minggu, 28 Februari 2010
09.30 - 12.00 WIB  Puja Persembahan Pao Phing / Guci Berkah Raja Naga ( Diadakan di Laut )

15.00 - 17.00 WIB  Puja Avalokiteshvara 1000 Persembahan
                          Puja Chautu Avalokiteshvara

19.00 - 21.00 WIB  Puja Torma Pengganti Tubuh
                          Inisiasi Hayagriva

[spoiler=Brosur]
[/spoiler]

Bila ada pertanyaan, silahkan reply di thread ini atau hubungi nomor yang ada di brosur.

Karena Grand Puja akan berlangsung cukup lama, nanti akan dibagikan makanan vegetarian, jadi tidak perlu khawatir. :)

Tolong undangan ini juga disebarkan, diberitahu ke orang-orang dekat atau sesama umat di wihara, dan Grand Puja ini terbuka untuk umum. :)

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca thread ini, dan kami sangat mengharapkan kedatangan teman teman dalam Grand Puja ini. :) Sekali lagi, terima kasih :)

GandalfTheElder

Wowww...

Abhiseka Avalokitesvara = Kriya Tantra

Abhiseka Hayagriva = Carya Tantra

Thx infonya.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Neverdiez

Quote from: GandalfTheElder on 25 January 2010, 07:44:16 PM
Wowww...

Abhiseka Avalokitesvara = Kriya Tantra

Abhiseka Hayagriva = Carya Tantra

Thx infonya.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer

sama2 mod. ditunggu kehadirannya ya :)

_/\_

sukuhong

Pao Phing/Guci Berkah Raja Naga
Manusia selalu mengotori lingkungan dengan sampah-sampah yang dibuang setiap harinya seperti kotoran kimia, darah, bangkai binatang, senjata perang dan sebagainya. Oleh karena itu Dewa Naga membuat Dewa Naga kurang menyukai manusia. Dalam upaya menunjukkan ketidak sukaannya, Dewa Naga menciptakan bencana seperti Tsunami, Gempa bumi, dan bencana alam lainnya. Persembahan ini sebagai usaha mengurangi kebencian Dewa Naga terhadap manusia. Kebajikan dari persembahan ini sangat besarm diharapkan para umat bisa mengambil kesempatan ini dengan mendukung dan berpatisipasi dalam puja ini.


oh dewa naga, dewa naga !!!
benarkan Anda begitu kejam, atau hanya segelintir manusia yang menjual nama Anda !!!!.
Tujuan menakuti bahwa Dewa naga bisa amuk dan menciptakan bencana.

Kasihan benar pengetahuan Dhamma manusia itu, hanya bisa menakuti pakai nama dewa naga.

Jadi saya liat dewa naga dengan Mr. T, tidak jauh beda, dikala tidak suka dengan manusia, maka diciptakan bencana supaya manusia kapok dan jera.

ckckckckck..........

Juice_alpukat

Permisi numpang brtanya,apakah ada manfaat yang kita peroleh dngan melakukan ritual ini?
Apakah kita berbuat kamma baik?
atau tidak melakukan kamma baik?
Bukankah jangan melekat pada ritual,mengapa ada ritual?

Neverdiez

#5
Quote from: sukuhong on 26 January 2010, 09:41:54 AM
Pao Phing/Guci Berkah Raja Naga
Manusia selalu mengotori lingkungan dengan sampah-sampah yang dibuang setiap harinya seperti kotoran kimia, darah, bangkai binatang, senjata perang dan sebagainya. Oleh karena itu Dewa Naga membuat Dewa Naga kurang menyukai manusia. Dalam upaya menunjukkan ketidak sukaannya, Dewa Naga menciptakan bencana seperti Tsunami, Gempa bumi, dan bencana alam lainnya. Persembahan ini sebagai usaha mengurangi kebencian Dewa Naga terhadap manusia. Kebajikan dari persembahan ini sangat besarm diharapkan para umat bisa mengambil kesempatan ini dengan mendukung dan berpatisipasi dalam puja ini.


oh dewa naga, dewa naga !!!
benarkan Anda begitu kejam, atau hanya segelintir manusia yang menjual nama Anda !!!!.
Tujuan menakuti bahwa Dewa naga bisa amuk dan menciptakan bencana.

Kasihan benar pengetahuan Dhamma manusia itu, hanya bisa menakuti pakai nama dewa naga.

Jadi saya liat dewa naga dengan Mr. T, tidak jauh beda, dikala tidak suka dengan manusia, maka diciptakan bencana supaya manusia kapok dan jera.

ckckckckck..........


Anda memiliki penjelasan yang lebih baik ? Mohon PM saya.

Atau anda hanya dapat menyangkal, tanpa memiliki bukti ?

Maaf, anda menggunakan kata "menjual", kami tekankan, kami tidak mengambil sepeser pun dari dana sukarela, tapi dana tersebut akan digunakan untuk membangun Wihara di Tibet yang hancur karena Revolusi Budaya China dan memberi dana makanan, sekolah dan keperluan lain untuk para Lama ( Bhikku dalam bahasa Tibet ) kecil di Tibet.

Quote from: Juice_alpukat on 26 January 2010, 10:39:09 AM
Permisi numpang brtanya,apakah ada manfaat yang kita peroleh dngan melakukan ritual ini?
Apakah kita berbuat kamma baik?
atau tidak melakukan kamma baik?
Bukankah jangan melekat pada ritual,mengapa ada ritual?


Manfaat yang kita peroleh, akan membantu mengikis kamma buruk, serta sifat sifat buruk yang ada di manusia, tentu akhirnya kembali pada diri manusia sendiri, apakah benar-benar ingin mengikis kamma buruk atau tidak.

Dan Grand Puja ini bukan berisi "ritual" saja, berisi ceramah dhammadesana dari Rinpoche Gaden dan Rinpoche Tenzin.

Ritual ini diadakan menurut aliran Buddha Tantrayana, yang tentunya boleh diikuti oleh setiap orang, maupun Buddhis dan umat agama lain :) Terima kasih :)

Juice_alpukat

o mengikuti ritual puja dapat mengikis karma buruk ya? mengapa ada umat budha bilang agama Budha tidak ada ritual?

Neverdiez

Quote from: Juice_alpukat on 26 January 2010, 02:08:35 PM
o mengikuti ritual puja dapat mengikis karma buruk ya? mengapa ada umat budha bilang agama Budha tidak ada ritual?

Membantu, jangan lupa tambahkan kata itu ya :)

Percuma bila mengikuti Puja ini, tapi dalam kegiatan sehari-harinya tetap melakukan karma buruk, seperti yang saya sebutkan tadi, mengikis kamma buruk harus berdasarkan diri manusianya sendiri. :)

Ya, ritual ini berdasarkan aliran Buddhis Tantrayana, yang berkembang di daerah Tibet, dan sementara di Indonesia, aliran Tantrayana bukan mayoritas. Mungkin sedikit berbeda dalam beberapa budaya ritual dengan aliran buddhis lain, tapi tetap berpusat pada Sang Buddha :)

Terima kasih :)

kusalaputto

ga ngerti dah ritualnya. binggung aku jadi di tantrayana banyak ritual ya ???
klo ada yang bisa jelasin beda tantrayana, mahayana, n theravada tolong ya khususnya buat mod lontong donk ;)
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Juice_alpukat

#9
Kalau orang tak melakukan ritual sama sekali sama saja gak dngan orang yg selalu melakukan puja?Kalau sama saja,mengapa harus repot ke vihara?Bukankah ritual dan peraturan2 termasuk belenggu yg harus dihancurkan agar mencpai sotapanna?


Juice_alpukat

Hallo,salam sjhtera,apakah bs jelaskan
kalau orang tak melakukan ritual sama sekali sama saja gak dngan orang yg selalu melakukan puja?Kalau sama saja,mengapa harus repot ke vihara?Bukankah ritual dan peraturan2 termasuk belenggu yg harus dihancurkan agar mencpai sotapanna?



sukuhong

#11
Quote from: Neverdiez on 26 January 2010, 01:43:31 PM
Quote from: sukuhong on 26 January 2010, 09:41:54 AM
Pao Phing/Guci Berkah Raja Naga
Manusia selalu mengotori lingkungan dengan sampah-sampah yang dibuang setiap harinya seperti kotoran kimia, darah, bangkai binatang, senjata perang dan sebagainya. Oleh karena itu Dewa Naga membuat Dewa Naga kurang menyukai manusia. Dalam upaya menunjukkan ketidak sukaannya, Dewa Naga menciptakan bencana seperti Tsunami, Gempa bumi, dan bencana alam lainnya. Persembahan ini sebagai usaha mengurangi kebencian Dewa Naga terhadap manusia. Kebajikan dari persembahan ini sangat besarm diharapkan para umat bisa mengambil kesempatan ini dengan mendukung dan berpatisipasi dalam puja ini.


oh dewa naga, dewa naga !!!
benarkan Anda begitu kejam, atau hanya segelintir manusia yang menjual nama Anda !!!!.
Tujuan menakuti bahwa Dewa naga bisa amuk dan menciptakan bencana.

Kasihan benar pengetahuan Dhamma manusia itu, hanya bisa menakuti pakai nama dewa naga.

Jadi saya liat dewa naga dengan Mr. T, tidak jauh beda, dikala tidak suka dengan manusia, maka diciptakan bencana supaya manusia kapok dan jera.

ckckckckck..........


Anda memiliki penjelasan yang lebih baik ? Mohon PM saya.

Atau anda hanya dapat menyangkal, tanpa memiliki bukti ?

Maaf, anda menggunakan kata "menjual", kami tekankan, kami tidak mengambil sepeser pun dari dana sukarela, tapi dana tersebut akan digunakan untuk membangun Wihara di Tibet yang hancur karena Revolusi Budaya China dan memberi dana makanan, sekolah dan keperluan lain untuk para Lama ( Bhikku dalam bahasa Tibet ) kecil di Tibet.

Quote from: Juice_alpukat on 26 January 2010, 10:39:09 AM
Permisi numpang brtanya,apakah ada manfaat yang kita peroleh dngan melakukan ritual ini?
Apakah kita berbuat kamma baik?
atau tidak melakukan kamma baik?
Bukankah jangan melekat pada ritual,mengapa ada ritual?


Manfaat yang kita peroleh, akan membantu mengikis kamma buruk, serta sifat sifat buruk yang ada di manusia, tentu akhirnya kembali pada diri manusia sendiri, apakah benar-benar ingin mengikis kamma buruk atau tidak.

Dan Grand Puja ini bukan berisi "ritual" saja, berisi ceramah dhammadesana dari Rinpoche Gaden dan Rinpoche Tenzin.

Ritual ini diadakan menurut aliran Buddha Tantrayana, yang tentunya boleh diikuti oleh setiap orang, maupun Buddhis dan umat agama lain :) Terima kasih :)

Bang neverdiez, terlepas dari dana yg terkumpul mau disumbangkan atau mau di gunakan tuk sosial terserah anda, saya tidak protes masalah dana yang terkumpul tuk digunakan apa.

coba baca lagi ! yang saya bold biru
dimana abang dengan memberikan pernyataan bahwa Dewa Naga bisa amuk dan menciptakan Bencana !!!!!!
apakah benar ada seperti itu, makanya saya memberikan pernyataan juga, bahwa anda 'menjual' nama dewa naga dengan cara menakut-nakuti jadinya seperti cerita dongeng, kebanyakan nonton film kali.

kalau cara demikian dibenarkan jadi apa bedanya dengan 'keyakinan para tetangga'.

Apaka ajaran Buddha emang demikian ? , dimana ada makhluk hidup super selevel dewa yang bisa amuk dan menciptakan BENCANA, karena manusia yang kotor dan ........... sesuai cerita anda.
Kalau manusia menciptakan 'BENCANA' saya yakin,  karena terbukti, dengan menebang hutan/pohon tanpa batas akhirnya bencana longsor, banjir dan lain-lain, kemudian terjadi tsunami dan gempa bumi karena ada pergeseran lempeng bumi, bukan karena 'naga bangun dari tidurnya' di dalam laut dan terjadi tsunami/gempa bumi. itulah point abang neverdiez.

Hehehehe......... untuk meluruskan pernyataan saja, bang !
supaya tidak punya pandangan salah terhadap ajaran Buddha.
Kalau punya pandangan salah seperti itu kemudian dibabarkan kepada umat manusia, juga jadi Akusala Kamma,
Bahaya bang !

Maaf ya bang neverdiez, sedikit protes utk pembenaran,kalau tidak setuju juga ndak apa-apa.
yang penting udah diluruskan.
see you.

GandalfTheElder

#12
Hahaha.... saya kira tidak perlu ada yang diluruskan di sini, hanya saja saran saya, seharusnya di undangan digunakan kata-kata yang berisi penjelasan sehingga tidak menimbulkan keslaahpahaman di mana-mana. Semoga Dharmadesana yang diberikan pada saat acara dapat menjelaskannya, karena kebanyakan dari umat Vajrayana memang saya lihat masih banyak yang berpikir "mistik", yang tentu merupakan satu pandangan salah. Perlu banyak-banyak belajar Lamrim!...hehe....

Seoperti mislanya kata-kata undangan di atas: "Dengan menerima inisiasi dan berkah dari inisiasi ini, seseorang cepat menghilangkan semua sumber penyakit dan ketidakberuntungan." Ini akan condong membuat umat berpikir mistik kalau tidak disertai penjelasan secara benar. Bagi umat-umat Buddhis yang masih berpikir mistik pasti akan tertarik apabila baca beginian. Tapi yang sudah mnegerti Dharma dengan baik, mislanya lewat Lamrim Chenmo dll ya nggak begitu fascinating karena mistiknya, namun mereka fascinate (tertarik) oleh karena diajarkannya satu metode untuk DIPRAKTEKKAN sehingga tercapai pencerahan, ya misalnya abhiseka Hayagriva itu. Di Surabaya pernah datang Rinpoche yang dengan tegas mengatakan apabila tidak dipraktekkan, lebih baik nggak usah ikut Inisiasi saja (Abhiseka!).

Tsunami, gempa bumi dan lain-lain itu ya memang merupakan suatu proses alam yang alamiah adanya, yang turut didukung oleh kekuatan karma para makhluk hidup. Masalah Naga dapat memberi bencana dsb itu ya bukan tidak masuk akal. Karena dengan abhijna yang dimiliki para naga, bisa saja hal itu terjadi. Karena abhijna memungkinkan terjadinya sesuatu yang berada di luar akal sehat kita atau science yang ada saat ini.

Dalam Mahamaya Sutta di Kanon Pali dikatakan ada dewa yang dapat menurunkan hujan. Bahkan dalam kisah Theravada, Mara menurunkan hujan badai menyerang Sang Bodhisattva yang bermeditasi di bawah Pohon Bodhi. Nah apa ini semua bertentangan dengan hukum alam? Ya tidak. Karena sebenarnya para dewa tersbut hanya men-trigger hukum alam yang ada sehingga bisa terjadi hujan. Apalagi memang di India kuno, naga dipercayai dapat memberi kemakmuran berupa hujan, seperti Naga Jambucitta yang ada di Kitab Pali dan naga di dalam Vidhurapandita Jataka. Nah apabila para scientist baca beginian, apa mereka gak ketawa? Emang hujan disebabkan oleh para dewa sama naga??

Di dalam kitab Jataka Pali juga dikatakan bahwa hembusan api napas naga itu beracun, membawa penyakit dan pandangannya dapat membutakan makhluk hidup seperti di Sama Jataka dan Parantapa Jataka. Naga istri raja Brahmadatta, Nagaraja Champaka dan Nagaraja Bhuridatta yang ada di kitab-kitab Pali dikatakan memiliki nafas beracun dan dapat menyebabkan penyakit. Ya, Naga di sini mirip sekali dengan mitos Basilisk (ular api gede beracun dan pandangannya mematikan - ingat Harry Potter seri ke-2?).

Maka dari itu di kalangan rakya Tibet, dipercayai bahwa Naga dapat membawa penyakit kusta / kulit sehingga sampai-sampai pada waktu itu YM. Karmapa sendiri dengan abhijnanya mengatasi merebaknya penyakit itu. Nah dipikir secara scientific, emang ada orang yang buta dan terkena penyakit gara2 Naga? Bisa diketawain tuh orang sama dokter2.

Maka dari itu, Naga memang memiliki abhijna seperti yang disebutkan dengan jelas dalam Bhuridatta Jataka, sehingga sangat mungkin dengan abhijna, mereka men-trigger terjadinya bencana. Jadi sebenarnya tidak ada yang mistik di sini, namun ada suatu "hukum lain yang bekerja" yang bisa kita pahami dengan meditasi-meditasi.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

QuoteKalau orang tak melakukan ritual sama sekali sama saja gak dngan orang yg selalu melakukan puja?Kalau sama saja,mengapa harus repot ke vihara?Bukankah ritual dan peraturan2 termasuk belenggu yg harus dihancurkan agar mencpai sotapanna?

Dalam puja seseorang berarti berbuat kebajikan. Apabila disertai dengan Bodhicitta, maka manfaat puja bisa berlipat ganda. Tapi dalam paham buddhis Vajrayana, puja dan blessing itu ya hanya bermanfaat 10% saja dalam kehidupan kita. Sisanya adalah tindakan kita sendiri, bagaimana kita bertindak dengan Bodhicitta untuk membahagiakan semua makhluk.

Karena memang hanya 10%, maka tak heran bro. Neverdiez menulis: "Membantu, jangan lupa tambahkan kata itu ya. Percuma bila mengikuti Puja ini, tapi dalam kegiatan sehari-harinya tetap melakukan karma buruk, seperti yang saya sebutkan tadi, mengikis kamma buruk harus berdasarkan diri manusianya sendiri."

Walaupun manfaat puja hanya 10%, tapi toh tetap saja memberi manfaat bukan? Bahkan bisa saja dalam puja kita tiba-tiba memahami satu Dharma tertentu.

Dan secara Dharma, tak dipungkiri pula bahwa para Dewa dan Naga dapat membantu kita, hanya saja kita TIDAK berlindung atau menyandarkan diri pada mereka.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

Quoteo mengikuti ritual puja dapat mengikis karma buruk ya? mengapa ada umat budha bilang agama Budha tidak ada ritual?

Asal mengerti maknanya, melihat ke dalam diri, penuh keyakinan diikuti Bodhicitta, dan pada saat puja pikiran tidak berlari ke mana-mana, bisa saja.

Tapi kalau pas puja bengong dan membeo saja, ya meski sesering apapun ngikuti puja ya karma buruknya gak "kekikis" deh! Ini karena masih memiliki pandangan salah akan ritual-ritual!!

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.