yg bagaimanakah disebut makhluk hidup

Started by marcedes, 14 December 2009, 11:59:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

The Ronald

#15
Quote from: adi lim on 18 December 2009, 08:52:20 AM
Quote from: luis on 16 December 2009, 08:10:32 PM
Quote from: The Ronald on 30 December 1973, 02:20:45 PM

setau saya, yg di sebut mahluk hidup itu yg memiliki pikiran. walaupun begitu definisi makhluk hidup, pada dasarnya mempunyai 5 khanda
- vinnana khandha
- vedana khandha
- sankhara khandha
- sanna khandha
- rupa khandha

Syarat minimum nya 4 khandha aja ya (minus rupa khandha), soalnya para Brahma di alam Arupa Loka tidak memiliki rupa atau tubuh fisik :)


Alam Brahma Asannasatta !
Only Body, No. Mind
Usianya panjang lagi 500MK
_/\_
yup.. tp mereka terlahir di alam sana karena kamma atau pikiran atau keduanya
...

marcedes

jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

chingik

Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

lho bukannya masalah makan tidak ada kaitan dgn jalan kesucian? jadi knapa masih menanyakan boleh atau tidak?
???

johan3000

Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

telur yg jenis apa dulu....

maksudnya ?

1. telur yg belum terbenih.....(dieram-eram gak bisa jadi anak ayam)
2. yg bakal jadi anak ayam bila dieram...

kalau yg 1...  menurut gw, silahkan... asal jangan banyak2 ya...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

The Ronald

#19
jgnkan telur..daging pun boleh*


*syarat dan ketentuan berlaku
...

adi lim

Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

emang di Tipitaka ada Larangan makan telur ?

Setahu saya di ilmu kesehatan, telur tidak boleh makan banyak, 1 hari cukup 1 butir.
Karena kuning telur, kolesterol nya tinggi.
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

The Ronald

Quote from: adi lim on 19 December 2009, 08:27:58 AM
Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

emang di Tipitaka ada Larangan makan telur ?

Setahu saya di ilmu kesehatan, telur tidak boleh makan banyak, 1 hari cukup 1 butir.
Karena kuning telur, kolesterol nya tinggi.
_/\_
... tipitaka di larang makan mahluk hidup dgn kondisi2 tertentu, emang seh ga ada larangan memakan telur... dan juga ada ada larangan membunuh unta, gurita, dan lumba2...
tp bukan berati "telur" dan segala jenis hewan namanya harus masuk dalam tipitaka dulu..baru oh ini tidak boleh krn ada tertulis di tipitaka
telur tidak boleh salah satunya jika, tuh ayam lagi erami, terus di ambil dan di masak, karena kemungkinan besar telur itu udah dalam tahap embrio
klo telur, tampa pembuahan, ato di dlm kulkas, ato yg di jual di toko, itu tdk bisa menjadi anak... salah satunya sebabnyanya itu, kenapa tidak dan kenapa boleh
...

Nevada

Quote from: Peacemind on 18 December 2009, 11:16:47 AM
Jika telur, sel, kuman / virus memiliki pikiran, maka mereka bisa dikategorikan sebagai makhluk. Namun, apakah mereka memiliki pikiran ataukah tidak, sangat sulit untuk dibuktikan.

Terlepas dari apakah mereka termasuk kategori makhluk ataukah bukan, ada beberapa referensi dalam Sutta2 dan kitab2 komentar yang mungkin akan memberikan sedikit gambaran mengenai hal ini.

Berkaitan dengan telur, Sang Buddha sendiri mengatakan ada beberapa makhluk yang lahir melalui telur. Ini menunjukkan bahwa telur juga bisa dianggap sebagai makhluk. Kitab komentar Karaniyamettasutta telah menjelaskan secara detil definisi kata bhūta (makhluk yang telah dilahirkan) dan sambhavesi (makhluk yang sedang mencari kelahiran). Salah satu definisinya adalah bahwa sejauh cangkang telur itu belum terbuka, makhluk yang ada di dalamnya termasuk sambhavesi (yāva  aṇḍakosaṃ  vatthikosañca  na  bhindanti, tāva sambhavesī nāma), sedangkan setelah cangkang telur itu retak/ terbuka, makhluk itu disebut sebagai bhūta (aṇḍakosaṃ vatthikosañca  bhinditvā  bahi  nikkhantā  bhūtā  nāma). Jadi intinya di sini, telur itu sendiri bisa disebut sebagai makhluk tentu jika di dalamnya ada citta (pikiran) dan makhluk ini dikategorikan sebagai sambhavesi.

Mengenai sel dan kuman, sekali lagi jika ada pikiran di situ, maka bisa dikategorikan sebagai makhluk. Secara science pun, mungkin sangat sulit untuk membuktikan apakah sel dan kuman ini juga memiliki pikiran atau tidak, karena pada dasarnya kita2 yang tidak memilki abhiññā tidak bisa melihat pikiran makhluk lain. Namun demikian, dalam tradisi Theravāda, ada beberapa fakta yang menunjukkan keberadaan makhluk2 yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa. Maklhuk2 ini bukanlah makhluk peta atau dewa, namun makhluk binatang yang begitu kecil dan halus.  Dalam Karaniyamettasutta, dikatakn bahwa cintakasih harus dipancarkan ke semua maklhluk termasuk makhluk 'aṇukā'. Kata 'aṇukā' di sini mengacu pada makhluk yang sangat kecil seperti atom. Kitab komentar dari sutta ini menjelaskan, " Aṇukāti maṃsacakkhussa agocarā dibbacakkhuvisayā udakādīsu  nibbattā  sukhumattabhāvā  sattā" yang bisa diterjemahkan sebagai, "Aṇukā adalah maklhuk2 yang sangat kecil, dilahirkan di dalam air dan lain2, berada di luar jangkauan mata daging dan bisa dilihat melalui Mata Dewa. Jika sel dan virus memilki pikiran, maka makhluk ini bisa dikategorikan sebgai makhluk aṇukā / atom.

Bagaimana pendapat teman2?

Be happy.

Beberapa referensi menyebutkan bahwa dahulu Sang Buddha menyatakan ada banyak sekali makhluk di dalam secawan air. Dewasa ini orang-orang memiliki intepretasi bahwa makhluk yang disebut Sang Buddha adalah mikroorganisme; seperti ganggang, bakteri, plankton, dan sebagainya.

Apakah Anda tahu referensi otentik dari Tipitaka yang menyampaikan kisah ini?

marcedes

Quote from: chingik on 19 December 2009, 12:47:56 AM
Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

lho bukannya masalah makan tidak ada kaitan dgn jalan kesucian? jadi knapa masih menanyakan boleh atau tidak?
???
tapi kan kalau kita makan telur yg jika merupakan makhluk hidup sama sj melanggar sila ke 1.

sedangkan pertanyaan anda tidak relevan, karena anda mengaitkan dengan pertanyaan seputar daging dan sayur...

------------------------------------------------------------------------------
Quote from: johan3000 on 19 December 2009, 03:06:11 AM
Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

telur yg jenis apa dulu....

maksudnya ?

1. telur yg belum terbenih.....(dieram-eram gak bisa jadi anak ayam)
2. yg bakal jadi anak ayam bila dieram...

kalau yg 1...  menurut gw, silahkan... asal jangan banyak2 ya...
nah bro.
telur yg bagaimana nomor 1 dan nomor 2...bisa minta penjelasan...?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Peacemind

Quote from: upasaka on 19 December 2009, 09:29:40 AM
Quote from: Peacemind on 18 December 2009, 11:16:47 AM
Jika telur, sel, kuman / virus memiliki pikiran, maka mereka bisa dikategorikan sebagai makhluk. Namun, apakah mereka memiliki pikiran ataukah tidak, sangat sulit untuk dibuktikan.

Terlepas dari apakah mereka termasuk kategori makhluk ataukah bukan, ada beberapa referensi dalam Sutta2 dan kitab2 komentar yang mungkin akan memberikan sedikit gambaran mengenai hal ini.

Berkaitan dengan telur, Sang Buddha sendiri mengatakan ada beberapa makhluk yang lahir melalui telur. Ini menunjukkan bahwa telur juga bisa dianggap sebagai makhluk. Kitab komentar Karaniyamettasutta telah menjelaskan secara detil definisi kata bhūta (makhluk yang telah dilahirkan) dan sambhavesi (makhluk yang sedang mencari kelahiran). Salah satu definisinya adalah bahwa sejauh cangkang telur itu belum terbuka, makhluk yang ada di dalamnya termasuk sambhavesi (yāva  aṇḍakosaṃ  vatthikosañca  na  bhindanti, tāva sambhavesī nāma), sedangkan setelah cangkang telur itu retak/ terbuka, makhluk itu disebut sebagai bhūta (aṇḍakosaṃ vatthikosañca  bhinditvā  bahi  nikkhantā  bhūtā  nāma). Jadi intinya di sini, telur itu sendiri bisa disebut sebagai makhluk tentu jika di dalamnya ada citta (pikiran) dan makhluk ini dikategorikan sebagai sambhavesi.

Mengenai sel dan kuman, sekali lagi jika ada pikiran di situ, maka bisa dikategorikan sebagai makhluk. Secara science pun, mungkin sangat sulit untuk membuktikan apakah sel dan kuman ini juga memiliki pikiran atau tidak, karena pada dasarnya kita2 yang tidak memilki abhiññā tidak bisa melihat pikiran makhluk lain. Namun demikian, dalam tradisi Theravāda, ada beberapa fakta yang menunjukkan keberadaan makhluk2 yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa. Maklhuk2 ini bukanlah makhluk peta atau dewa, namun makhluk binatang yang begitu kecil dan halus.  Dalam Karaniyamettasutta, dikatakn bahwa cintakasih harus dipancarkan ke semua maklhluk termasuk makhluk 'aṇukā'. Kata 'aṇukā' di sini mengacu pada makhluk yang sangat kecil seperti atom. Kitab komentar dari sutta ini menjelaskan, " Aṇukāti maṃsacakkhussa agocarā dibbacakkhuvisayā udakādīsu  nibbattā  sukhumattabhāvā  sattā" yang bisa diterjemahkan sebagai, "Aṇukā adalah maklhuk2 yang sangat kecil, dilahirkan di dalam air dan lain2, berada di luar jangkauan mata daging dan bisa dilihat melalui Mata Dewa. Jika sel dan virus memilki pikiran, maka makhluk ini bisa dikategorikan sebgai makhluk aṇukā / atom.

Bagaimana pendapat teman2?

Be happy.

Beberapa referensi menyebutkan bahwa dahulu Sang Buddha menyatakan ada banyak sekali makhluk di dalam secawan air. Dewasa ini orang-orang memiliki intepretasi bahwa makhluk yang disebut Sang Buddha adalah mikroorganisme; seperti ganggang, bakteri, plankton, dan sebagainya.

Apakah Anda tahu referensi otentik dari Tipitaka yang menyampaikan kisah ini?


Sebenarnya saya baru mendengar kalau Sang Buddha mengatakan demikian. Namun dalam dalam salah satu peraturan vinaya seorang Bhikkhu ada satu kisah yang menceritakan bahwa beberapa bhikkhu yang dikenal sebagai chabbagiya bhikkhu satu kali minum air yang ada makhluk2 kecil di dalamnya. Setelh dilaporkan kepada Sang BUddha, Sang BUddha kemudian memberikan peraturan untuk tidak minum air yang ada makhluk2 di dalamnya. Oleh karena itu, seorang bhikkhu yang ingin minum air mentah, ia hendaknya menyaring terlebih dahulu. Praktik ini masih dilakukan oleh para bhikkhu hutan di Sri Lanka. Meskipun ada referensi mengenai makhluk2 dalam air, di sini tidak menyebutkan mengenai keberadaan banyak makhluk di dalam secawan air. Bahkan tampaknya, makhluk2 yang dimaksud di sini masih kasat mata, dan bukan mikro-organisme.

Selain refensi di atas, dalam Mahāsihanādasutta dari Majjhimanikāya, Sang BUddha pernah menceritakan salah satu praktik yang beliau praktikkan sewaktu masih sebagai seorang Bodhisatta. Dikatakan bahwa beliau memancarkan kasih sayangnya ke mahkhluk2 kecil di setetes air, demikian:

"ahaṃ,  sāriputta,  satova abhikkamāmi, satova  paṭikkamāmi,  yāva  udakabindumhipi me dayā paccupaṭṭhitā hoti– 'māhaṃ khuddake pāṇe visamagate saṇghātaṃ āpādesiṃ".

"Sāriputta, dengan penuh kesadaran saya melangkah ke depan dan ke belakang. Saya memiliki kasih sayang bahkan terhadap makhluk2 kecil di dalam setetes air, demikian, 'Biarlah saya tidak menyakiti makhluk2 kecil yang terdapat dalam tanah berlobang (yang ada airnya)'."

Meskipun di sini Sang Buddha tidak mengatakan mengenai banyak makhluk2 kecil di dalm secawan air, beliau sepenuhnya sadar keberadaan makhluk2 kecil yang hidup bahkan di dalam setetes air. Mungkin statemen ini ada kaitannya juga. Mengenai banyaknya makhluk di secawan air, sya kok sepertinya baru mendengarnya..

Nevada

Quote from: PeacemindSebenarnya saya baru mendengar kalau Sang Buddha mengatakan demikian. Namun dalam dalam salah satu peraturan vinaya seorang Bhikkhu ada satu kisah yang menceritakan bahwa beberapa bhikkhu yang dikenal sebagai chabbagiya bhikkhu satu kali minum air yang ada makhluk2 kecil di dalamnya. Setelh dilaporkan kepada Sang BUddha, Sang BUddha kemudian memberikan peraturan untuk tidak minum air yang ada makhluk2 di dalamnya. Oleh karena itu, seorang bhikkhu yang ingin minum air mentah, ia hendaknya menyaring terlebih dahulu. Praktik ini masih dilakukan oleh para bhikkhu hutan di Sri Lanka. Meskipun ada referensi mengenai makhluk2 dalam air, di sini tidak menyebutkan mengenai keberadaan banyak makhluk di dalam secawan air. Bahkan tampaknya, makhluk2 yang dimaksud di sini masih kasat mata, dan bukan mikro-organisme.

Selain refensi di atas, dalam Mahāsihanādasutta dari Majjhimanikāya, Sang BUddha pernah menceritakan salah satu praktik yang beliau praktikkan sewaktu masih sebagai seorang Bodhisatta. Dikatakan bahwa beliau memancarkan kasih sayangnya ke mahkhluk2 kecil di setetes air, demikian:

"ahaṃ,  sāriputta,  satova abhikkamāmi, satova  paṭikkamāmi,  yāva  udakabindumhipi me dayā paccupaṭṭhitā hoti– 'māhaṃ khuddake pāṇe visamagate saṇghātaṃ āpādesiṃ".

"Sāriputta, dengan penuh kesadaran saya melangkah ke depan dan ke belakang. Saya memiliki kasih sayang bahkan terhadap makhluk2 kecil di dalam setetes air, demikian, 'Biarlah saya tidak menyakiti makhluk2 kecil yang terdapat dalam tanah berlobang (yang ada airnya)'."

Meskipun di sini Sang Buddha tidak mengatakan mengenai banyak makhluk2 kecil di dalm secawan air, beliau sepenuhnya sadar keberadaan makhluk2 kecil yang hidup bahkan di dalam setetes air. Mungkin statemen ini ada kaitannya juga. Mengenai banyaknya makhluk di secawan air, sya kok sepertinya baru mendengarnya..

Sebenarnya referensi yang saya singgung itu cukup populer di kalangan Buddhis Indonesia. Selama ini saya pun hanya membacanya dari bacaan yang disajikan dengan gaya bahasa argumentatif. Karena saya sendiri belum pernah membaca teks versi Tipitaka mengenai hal ini, saya juga belum bisa percaya 100% kalau Sang Buddha pernah menyatakan hal itu.

Mungkin memang yang tertulis di Tipitaka adalah petikan-petikan yang Anda cantumkan di atas. Mungkin saja pernyataan tentang "secawan air" itu lahir dari banyaknya intepretasi orang.

gajeboh angek

Quote from: marcedes on 19 December 2009, 10:47:48 AM
Quote from: chingik on 19 December 2009, 12:47:56 AM
Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

lho bukannya masalah makan tidak ada kaitan dgn jalan kesucian? jadi knapa masih menanyakan boleh atau tidak?
???
tapi kan kalau kita makan telur yg jika merupakan makhluk hidup sama sj melanggar sila ke 1.

sedangkan pertanyaan anda tidak relevan, karena anda mengaitkan dengan pertanyaan seputar daging dan sayur...

------------------------------------------------------------------------------
Quote from: johan3000 on 19 December 2009, 03:06:11 AM
Quote from: marcedes on 19 December 2009, 12:13:20 AM
jadi apakah umat buddha boleh memakan telur?....

telur yg jenis apa dulu....

maksudnya ?

1. telur yg belum terbenih.....(dieram-eram gak bisa jadi anak ayam)
2. yg bakal jadi anak ayam bila dieram...

kalau yg 1...  menurut gw, silahkan... asal jangan banyak2 ya...
nah bro.
telur yg bagaimana nomor 1 dan nomor 2...bisa minta penjelasan...?

berarti makan telurnya mentah?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

The Ronald

bukannya cukup mudah membedakan no 1 dan no 2?
no 1 tuh yg di jual di toko/super market... alias ga bisa jd anak lagi
klo emang punya ayam, lebih mudah lagi.. tampa ayam jantan, ayam betina tetap bertelur.. nah itu terlunya di erami pun ga jd anak
ato telur yg baru keluar, terus di tinggal sama induknya..itu pun ga jd anak

klo setelah bertelur indunknya, ga pindah2 .. telur itu kemungkinan jd anak
itu cara termudah menurut ku
...

marcedes

Quote from: The Ronald on 20 December 2009, 06:34:08 AM
bukannya cukup mudah membedakan no 1 dan no 2?
no 1 tuh yg di jual di toko/super market... alias ga bisa jd anak lagi
klo emang punya ayam, lebih mudah lagi.. tampa ayam jantan, ayam betina tetap bertelur.. nah itu terlunya di erami pun ga jd anak
ato telur yg baru keluar, terus di tinggal sama induknya..itu pun ga jd anak

klo setelah bertelur indunknya, ga pindah2 .. telur itu kemungkinan jd anak
itu cara termudah menurut ku

ow, gitu dah....
jadi kalau telur yg di jual di super market, itu biar di erami ga jadi anak toh....baru tahu gw...hahaha
btw, memangnya kenapa musti ada ayam jantan? bagaimana proses nya.

kan kalau mamalia, sperma ketemu sama sel telur, maka jadi pembuahan...kalau ayam gitu jg ya?....btw, alat kelamin ayam jantan dimana ya?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Jerry

Quote from: adi lim on 18 December 2009, 08:52:20 AM
Quote from: luis on 16 December 2009, 08:10:32 PM
Quote from: The Ronald on 30 December 1973, 02:20:45 PM

setau saya, yg di sebut mahluk hidup itu yg memiliki pikiran. walaupun begitu definisi makhluk hidup, pada dasarnya mempunyai 5 khanda
- vinnana khandha
- vedana khandha
- sankhara khandha
- sanna khandha
- rupa khandha

Syarat minimum nya 4 khandha aja ya (minus rupa khandha), soalnya para Brahma di alam Arupa Loka tidak memiliki rupa atau tubuh fisik :)


Alam Brahma Asannasatta !
Only Body, No. Mind
Usianya panjang lagi 500MK
_/\_
Tapi itu bukan alam Brahma Arupa-loka. Masih rupa-loka. :)
appamadena sampadetha